Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faiz Romzi Ahmad

Ramadan, Bulan Bergengsi Secara Spiritual

Agama | Thursday, 23 Mar 2023, 01:14 WIB

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Q 2:183). Ayat ini yang sering dikutip oleh para da’i dan pengkhotbah jelang maupun saat bulan Ramadan.

Perintah puasa di bulan Ramadan sebagaimana jelas dalam Kitab Suci al-Qur’an dimaksudkan sebagai exam pengendalian diri agar dapat mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi.

Allah menciptakan bulan Ramadan dengan lipatan kemuliaan, Dia masih memberikan kita kesempatan. Ini bagian dari proyeksi untuk makhlukNya agar bersemangat sembah sujud di hadapan Rabbul’ Alamin.

Melipatgandakan tabungan amal guna bekal di alam abadi sana. Puji syukur mari dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah mempercayakan kita untuk bersua dengan Ramadan tahun ini.

Nurcholish Madjid dalam bukunya 30 Sajian Ruhani: Renungan di Bulan Ramadan menyampaikan bahwa ada sebagian dari kita yang merasa berat menjalankan perintah ibadah puasa.

Padahal, sesungguhnya, perintah ibadah puasa yang dari dimensi lahiriah adalah latihan menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan biologis sama sekali bukanlah sebuah paksaan yang bertujuan menyakiti atau menyengsarakan manusia.

Bulan Bergengsi Secara Spiritual

Di balik perintah puasa itu justru ada sebuah target, yakni proses penyehatan secara ruhaniah. Ramadan adalah perjalanan untuk penyiapan rohani kita yang sehat. Dan, yang demikian itu sangat penting bagi kelangsungan manusia itu sendiri. Bagian dari proses penghayatan atas kehadiran Allah dalam setiap life activity.

Ramadan merupakan ruang spiritual yang elegan untuk kita hiking menuju puncak penghambaan. Mempersembahkan penghambaan yang utuh atas kehadiratNya. Sungguh, Ramadan merupakan bulan bergengsi secara spiritual, sangat tepat untuk melakukan renungan diri.

Merenungi tingkah laku kita selama ini, atas kebiasaan buruk yang sudah menahun, atau kelakuan – kelakuan yang secara luar dan dalam tidak baik.

Ini merupakan momentum migrasi yang harus kita jemput, migrasi dari kepungan kefanaan menuju dekapan keinsafan. Membersihkan segala kekelaman yang hinggap di dalam diri.

“Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat hasil dari puasanya itu, kecuali rasa lapar dan haus.” (HR. Ibnu Majah)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image