Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Chikal Akmalul Fauzi

Mahasiswa dan Masyarakat : Menjaga Spirit Nasionalisme Kebangsaan

Eduaksi | Wednesday, 22 Mar 2023, 00:05 WIB
Sumber Photo : Pixabay

Sebagai Masyarakat yang mecintai bangsa dan negaranya, tentu penting untuk mengetahui nasionalisme kebangsaan, terlebih sebagai mahasiswa yang senantiasa dituntut untuk menjadi Check and Balance di sebuah negara, terkhusus negara Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mecintai bangsa dan negara. Nasionalisme berarti berbicara bagaimana peran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apa yang sudah kita lakukan untuk negara?apa yang sudah kita perbuat untuk negara?apa yang sudah kita kasih untuk negara?atau malah kita sendiri sebagai masyarakat Indonesia yang senantiasa memperkeruh keadaan bangsa?, seperti melakukan tindak kriminalitas dan lain sebagainya.

Ada begitu banyak studi kasus dan wejangan public, yang memberikan gambaran bagaimana masyarakat harus cinta terhadap tanah airnya. Misalnya, dalam hal yang paling kecil, pada saat di bangku sekolah, terkhusus hari dimana upacara dimulai kita selalu menggelar aksi hormat kepada sangsaka merah putih, dan tak jarang kita sebagai siswa di bangku sekolah, harus ikut andil dalam menghafal dan mengamalkan pancasila di lingkungan keluarga maupun sekolah. Inilah bukti bahwa sejak dini, kita sebagai warga negara Indonesia, selalu di suguhkan nutrisi-nutrisi kebangsaan, untuk pada akhirnya memperkuat rasa nasionalisme dalam diri kita sendiri.

Namun pada realitasnya, kenapa seakan-akan kita yang selalu terjebak pada era yang dimana rasa nasionalisme mulai terkikis. Hampir setiap jam, detik dan hari, selalu ada aksi demonstrasi dijalanana atau di sudut kota, dari kalangan manapun, mulai dari mahasiswa, ormas, buruh, pekerja, bahkan dari warga sipil yang senantiasa hadir untuk memberikan aspirasinya. Kemudian, tidak hanya dalam ranah aksi secara langsung, sajian-sajian yang di tampilkan di ruang public pun selalu menuai kontroversi, dari mulai isu nasionalisme kebangsaan sampai isu isu yang sifatnya domestic.

Zaman semakin berkembang pesat, dimana, tekonologi adalah aspek yang paling penting untuk keberlangsungan hidup. Dari sabang sampai merauke, masyarakat di tuntut untuk senantiasa memakai alat yang kiranya untuk menunjang bagaimana teknologi bekerja, yaitu biasa kita sebut Smart Phone. Kemudian, apakah di era yang sebegitu canggih dapat memperkuat rasa nasiolisme kita sebagai warga negara Indonesia?atau malah sebagai ajang memperlemah rasa nasiolisme kita?. Kita terkadang sebagai masyarakat tidak bisa menjadikan pejabat public di negara kita untuk senantiasa dijadikan Roll Model untuk masyarakat, karena sejatinya tindakan dan perubahan hadir dalam seoraang diri, begitupun rasa nasiolisme, jikalau memang para pejabat public yang seakan-akan mengikis rasa nasionalisme padahal mereka lah yang mewakili rakyat, namun pada akhirnya ketika kita diam saja, khususnya sebagai masyarakat dan Mahasiswa apakah akan memperkuat kembali rasa nasionalisme?apakah bisa menularkan rasa nasionalisme itu semua terhadap masyarakat ke berbagai lini?. Maka dari itu, perlu adanya kesadaran kolektif, stimulus yang di gelar, dan aksi yang nyata, yang dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat, dari hulu ke hilir.

Mengutip apa yang si sematkan oleh Soe Hok Gie dalam buku catatan seorang demonstran “kita, generasi kita ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau, Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang di tuduh koruptor koruptor tua, kitalah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia”. Generasi muda dari kalangan masyarakat, mahasiswa atau kalangan manapun, tentu harus mempunyai pemikiran yang futuristic dan visioner, bagaimana meciptakan dan memperjuangkan spirit nasionalisme kebangsaan hingga masif dan konstruktif. Seperti yang disematkan Soe Hok Gie, bahwa generasi muda yang akan menentukan bangsa Indonesia akan dibawa kemana.

Maka dari itu sebagai kesimpulan besar. Stop berkutat pada konflik yang kiranya merusak rasa cinta terhadap tanah air, stop menjadikan masyarakat Indonesia sebagai kendaraan atau alat untuk prosesi politik praktis, stop melakukan budaya koruptif di segala sector, karena contoh ketiga inilah yang akan menjadi problematika kebangsaan, yang secara tidak sadar akan terus menjalar ke semua elemen masyarakat. Jadikan lah waktu atau momentum apapun, untuk senantiasa merefleksikan sudah sejauh mana kita mengabdi untuk tanah air?. Maka, tidak lain dan tidak bukan dengan mendekap rasa nasionalisme, khususnya sebagai mahasiswa dan masyarakat, tentu harus selalu belajar dengan gigih nan ulet, baik dalam sekrup akademik maupun non akamedik, buat karya dan inovasi sekreatif mungkin, karena revolusi nasionalisme hadir bagi mereka yang ingin berjuang, bertaruh dan bertarung.

Oleh : Chikal Akmalul Fauzi

Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UMJ.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image