
Hari Puisi Sedunia dan BJ Habibie
Sastra | Tuesday, 21 Mar 2023, 10:17 WIB
Puisi bisa mencurahkan isi hati yang terdalam dan bisa melukiskan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang. Peringatan Hari Puisi Sedunia atau World Poetry Day pada tanggal 21 Maret 2023 ini, bertujuan untuk merayakan bentuk ekspresi, identitas dan budaya dalam karya sastra puisi.
Peringatan merupakan momentum untuk mengenang dan mengapresiasi karya-karya puisi para penyair dari seluruh dunia. Salah satu Presiden RI yang piawai membuat puisi adalah BJ. Habibie. Sebagai seorang ilmuwan, tokoh penerbangan dan pakar transformasi teknologi kelas dunia, Puisi BJ Habibie sangat menyentuh hati dan bisa menginspirasi bangsanya. Pada akhir hayatnya Eyang Habibie menaruh perhatian besar pada bidang seni dan kebudayaan. Melalui dunia film maupun berbagai macam festival kebudayaan.
Puisi Eyang Habibie yang dinilai paling menyentuh adalah :
Sumpahku!
Terlentang!!! Djatuh! Perih! Kesal! Ibu Pertiwi Engkau Pegangan Dalam perdjalanan Djanji pusaka dan sakti Tanah tumpah darahku Makmur dan sutji!!!
Hantjur badan Tetap berdjalan Djiwa besar dan sutji Membawa aku, padamu!!!
Puisi diatas menggambarkan bahwa BJ Habibie merupakan sosok yang sangat mencintai bangsanya. Baginya Ibu Pertiwi adalah personifikasi jiwa kebangsaan yang terkandung cita-cita dan mimpi yang harus diwujudkan.
Habibie muda yang biasa dipanggil Rudy sejak 1950 sudah memikirkan bagaimana dirinya bisa mewujudkan impian Ibu Pertiwi. Impian Ibu Pertiwi semakin menggema di telinga Rudy. Terlebih ketika 1955 dia bertemu dengan Bung Karno dan menyimak gelora pidato Presiden RI pertama itu. Saat itu Bung Karno menyatakan impian-impian Ibu Pertiwi terkait dengan perlu kemandirian bangsa, utamanya sektor perhubungan di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan kapal laut dan pesawat terbang yang dibuat di dalam negeri dan dilakukan dengan kompetensi putra-putri bangsa sendiri.
Sang waktu telah menobatkan BJ Habibie menjadi eyang bagi generasi bangsanya. Eyang Habibie juga telah membuat Puisi Cinta untuk Ainun Habibie, sang isteri tercinta. Meninggalnya Ainun menjadi ujian berat bagi Eyang Habibie. Sungguh menyentuh kalbu, setiap hari selama 100 hari pertama Eyang rutin ke makam sang isteri. Selepas kepergian Ainun, Habibie sempat menulis tiga puisi cinta yang dedikasikan untuk isterinya, yakni
Untuk Ainun
Tepat jam sepuluh pagi, lima puluh tahun yang lalu
Dengan ucapan Bismillahhirrahmaanirrahim, saya melangkah
Bertemu yang dilahirkan untuk saya dan saya untuk Ainun
Alunan budaya Jawa bernafaskan Islam, menjadikan kita suami isteri
Melalui pasang surut kehidupan, penuh dengan kenangan manis
Membangun keluarga sejahtera, damai dan tentram, keluarga sakinah
Tepat jam 10 pagi lima puluh tahun kemudian, di Taman Makam Pahlawan
Setelah membacakan tahlil bersama mereka yang menyayangimu
Saya panjatkan doa untukmu, selalu dalam lindungan-Nya dan bimbingan-Nya
Bersyukur pada Allah SWT yang telah melindungi dan mengilhami kita
Mengatasi tantangan badai kehidupan, berlayar ke akhirat dalam dimensi apa saja
Sekarang sudah 50 tahun berlalu, selalu menyatu dan tetap menyatu sampai akhirat
Ainun
Hari ini,
tepat 50 tahun dan 8 menit yang lalu, kita bertatap muka
Tanpa direncanakan mata kita bertemu, bagaikan kilat menyambar
memukau, memesona 'Getaran Cinta', bagian dari 'Getaran Jiwa'
Alunan getaran yang tinggi, berirama denyutan jantung dan tarikan nafas
Tak terkendali mengkalbui diri kita sepanjang masa sampai akhirat
Sekarang,
50 tahun dan 8 menit kemudian, berkunjung ke Taman Makam Pahlawan
Tempat peristirahatan ragamu, getaran cinta dan getaran jiwa kita telah menyatu
Memukau, memesona berirama denyutan jatung dan tarikan nafas yang tinggi
Memanjatkan doa kepada Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa telah memanunggalkan kita
Karena cinta kita paling suci, murni, sejati,
sempurna dan abadi sampai akhirat
Seribu
Sudah seribu hari Ainun pindah ke dimensi dan keadaan berbeda
Lingkunganmu, kemampuanmu, dan kebutuhanmu pula berbeda
Karena cinta murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi tak berbeda
Kita tetap manunggal, menyatu, dan tak berbeda sepanjang masa
Ragamu di Taman Pahlawan, bersama para Pahlawan Bangsa lainnya
Jiwa, roh, batin, dan nuranimu telah menyatu denganku
Di mana ada Ainun ada Habibie, di mana ada Habibie ada Ainun
Tetap manunggal dan menyatu tak terpisahkan lagi sepanjang masa
Titipan Allah bibit cinta Ilahi pada setiap insan kehidupan di mana pun
Sesuai keinginan, kemampuan, kekuatan, dan kehendak-Mu Allah
Kami siram dengan kasih sayang, cinta, iman, taqwa, dan budaya kami
Yang murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi sepanjang masa
Allah, lindungi kami dari godaan, gangguan mencemari cinta kami
Perekat kami menyatu, manunggal jiwa, roh, batin, dan nurani kami
Di mana pun dalam keadaan apapun kami tetap tak terpisahkan lagi
Seribu hari, seribu tahun, seribu juga tahun, sampai akhirat
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.