Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ALFIANA EKA PUTRI 2021

Traumatic Bonding: Yuk, Kenali Penyebab Traumatic Bonding

Eduaksi | Monday, 20 Dec 2021, 08:34 WIB

Kita semua mengetahui bahwa di zaman saat ini, ternyata masih banyak lho, orang-orang yang masih mengalami traumatic bonding, seperti yang saya ketahui mungkin banyak sekali dikalangan remaja atau bahkan yang sudah berumah tangga. Teman-teman tahu tidak, di setiap hubungan, pertengkaran adalah hal yang sangat wajar terjadi. Namun, jika pertengkaran ada kekerasan dari salah satu pasangan kalian, hal ini bahwa hubungan yang sedang kalian jalankan itu tidak sehat. Sangat heran ya, mengapa seseorang perempuan yang selalu dijadikan korban dalam hubungan kekerasan baik dalam pernikahan,pacaran, maupun keluarganya.

Juga, banyak sekali loh, orang-orang yang masih memilih bertahan dalam hubungan yang sudah tidak sehat. Teman-teman disekitarnya seringkali berusaha untuk memberikan nasehat dan mencegahnya untuk tidak kembali dengan pasangan yang tidak baik itu. Padahal dia sadar bahwa hubungan tersebut sangatlah merugikan dirinya. Adapun para ahli yang menyebutkan bahwa pola pikir masyarakat yang membentuk figur laki-laki dan perempuanlah yang menyebabkan adanya ketimpangan kekuasaan, selama ini perempuan dianggap sebagai makhluk lemah, penurut, pasif, dan selalu mengutamakan kepentingan laki-laki sehingga dianggap pantas menerima perlakuan semena-mena.

Apakah kamu pernah mendengar Traumatic Bonding, lalu apa sih traumatic bonding itu?

Menurtu Dutton&Paonter,1981. Traumatic Bonding adalah “Ikatan emosional yang sangat kuat berkembang antara dua orang yang salah satu orang nya selalu melecehkan,menyalahkan,mengancam,melakukan pelanggaran, atau mengintimidasi yang lain”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa traumatic bonding ini adalah sebuah ikatan emosional yang dialami sebuah hubungan oleh pelaku dan si korban sehingga dapat menimbulkan kekerasan fisik maupun mental terhadap korban.

Apa saja sih penyebab terjadinya traumatic bonding?

Salah satu penyebab ini bisa menjadikan adanya faktor keterikatan atau ketergantungan dengan si pelaku. Meskipun korban telah menerima perlakuan buruk, tetapi korban tidak mau untuk meninggalkan dan lebih memilih bertahan dengan pelaku pelecehan atau kekerasan tersebut.

Keterkaitan atau ketergantunganpun dapat membuat orang bertahan dalam hubungan yang tidak sehat ini. Contoh ya teman-teman, si pelaku kekerasan ini adalah orang yang selalu memberikan korban dukungan ketika si korban sedang mengalami masalah pekerjaanya maupun masalah dalam kehidupan sehari-harinya. Lalu tanpa si pelaku, korban ini merasa tidak bisa mendapatkan ketenangan hati dia merasa bahwa si pelakulah yang dapat mengerti dan memahami perasanya.

Selain keterkaitan dan ketergantungan, korban selalu mempercayai janji-janji palsu si pelaku yang selalu mengatakan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Tetapi nyatanya, si pelaku selalu berulah dan mengingkari janjinya itu. Rasa yang berlebihan seringkali memaksa si korban untuk selalu memaafkan kesalahannya lagi.

Bangkitlah dan cari cara agar keluar dari zona nyaman tersebut

walaupun tidak mudah untuk keluar dari zona ini, tetapi saya yakin bahwa teman-teman bisa. berikut beberapa cara agar mampu keluar dari traumatic bonding :

1. Pikirkan tindakan buruk si pelaku

Jangan selalu percaya dengan janji-janji palsu si pelaku, pikirkan saja hal yang membuat kamu sakit hati sehingga kamu dapat mempertimbangkan perkataanya.

2. Akhiri hubungan dengan si pelaku

Mungkin hal ini sangat sulit dilakukan, tetapi jika kalian tidak berkomunikasi dengan si pelaku akan lebih mudah untuk jauh dari si pelaku.

3. Bangkit dan stop menyalahkan diri sendiri

Tidak ada gunanya untuk menyalahkan diri sendiri, justru yang harus dilakukan adalah jadikan semuanya pelajaran dan tanamkan dalam pikiran bahwa tindakan buruk pelaku itu bukan karena kesalahan dari kalian. Yakinlah, orang baik berhak mendapatkan pasangan yang lebih baik.

4. Konsultasikan dengan ahli

Beberapa orang mungkin merasa perlu bantuan psikolog atau psikiater ya, hingga pelan-pelan dapat mengatasi trauma sehingga kita bisa kembali bangkit untuk menciptakan hubungan yang jauh lebih sehat.

Nah, sampai sini sudah tahu kan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk keluar dari zona nyaman traumatic bonding! untuk itu tidak perlu khawatir lagi ya, mulai saat ini kalian bisa menenangkan diri kalian dan selalu menjaga kesehatan mental dengan pikiran yang positif serta hal-hal yang positif yang membuat kalian bahagia! yang paling terpenting hati kita harus ikhlas karena bagaimanapun jika hati kita ikhlas akan lebih mudah untuk keluar dari zona nyaman tersebut, lalu, bagaimanapun keadaan kita saat ini tidak lupa untuk selalu bersyukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT ya teman-teman!

Referensi.

Permana, B. G. (2021, April 8). Mengenal Traumatic Bonding, Hubungan Traumatis yang membuat orang bertahan meski jadi korban kekerasan. SehatQ .

Ratih, D. (t.thn.). Alami Traumatic Bonding? Segera Bangkit Dan Jangan Sepelekan. Ibupedia .

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image