Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mahia Malka

Hanya di Angkot, Seorang Jenderal Soedirman dan Basofi Soedirman Jadi Saudara Seketika

Sastra | Tuesday, 14 Mar 2023, 14:04 WIB

Di rute terakhirnya, seorang sopir angkot hanya mendapatkan dua penumpang. Satu orang laki-laki yang baru pulang kerja dan seorang pengamen yang sudah dikenalnya. Karena penumpangnya hanya satu orang, dan sudah cukup larut malam pula, si pengamen hanya duduk di dekat pintu masuk sambil menyandarkan kepalanya ke kaca jendela. Setelah seharian, itu adalah tumpangan si pengamen yang terakhir untuk pulang.

Pengamen: "Hidup kenapa susah amat ya. Padahal udah jadi orang baik. Udah solat lima waktu. Duit pas-pasan banget. Seringnya malah kurang. Utang udah numpuk."

Sopir: "Jadi orang mah gak usah baik-baik amat. Gak usah jadi jahat juga. Cukup biasa-biasa aja. Jadi baik susah. Jadi jahat juga susah. Jadi orang biasa-biasa aja, udah paling bener. Gua juga cuma bisa ngomong doang ini. Praktekinnya juga susah."

Pengamen: "Praktekin yang mana nih yang susah?"

Sopir: "Jadi orang biasa-biasa aja."

Pengamen: "Lhaa... jadinya semuanya susah dong? Jadi orang baik susah, orang jahat susah, orang biasa-biasa aja juga susah. Yang nggak susah jadi orang apa ya?"

Penumpang: "Pasti mau dijawab 'jadi orang kaya' yang nggak susah. Lihat aja." (Sahutnya dalam hati).

Sopir: "Jadi orang utan kayaknya yang nggak susah." (Tertawa terbahak-bahak).

Pengamen: "Susah juga, Bang. Nyari utannya di mana? Udah pada ditebangin." (Tertawa terbahak-bahak).

Penumpang: "Lah orang utan mah di kebon binatang. Jadi orang utan bukannya lebih susah ya? Kan mesti berbulu badannya. Bulunya harus agak pirang lagi." (Penumpang menyahut di dalam hati).

Sopir: "Udahlah emang nggak ada yang sempurna di dunia ini."

Penumpang: "Kenapa jadi nggak ada yang sempurna? Apa hubungannya sama orang utan?" (Kesal dalam hati).

Pengamen: (Mulai menggenjreng gitar dan bernyanyi lagu D'massive). "Jangan menyerah. Jangan menyerah...."

Penumpang: "Kenapa jadi lagu itu? Kan nggak sesuai dengan topik pembicaraan. Mestinya lagu dengan nuansa berdoa kepada tuhan gitu. Dari ngobrol sampai nyanyi, nggak nyambung semua." (Kesal dalam hati).

Gambar diambil dari id.pinterest.com

Sopir: "Eh, salah pilih lagu lu! Ganti!"

Penumpang: "Nah, apa kubilang. Salah lagu kan itu si pengamen!" (Merasa menang dalam hati).

Pengamen: "Lagu apa yang cocok sama obrolan kita, Bang?"

Sopir: (Mulai bernyanyi lagu Basofi Seodirman). "Tidak semua laki-lakiiiii... bersalah padamu.... Eh apa lagi lanjutannya lagu Basofi Soedirman tuh?"

Penumpang: "Contohnya aku... masih mencintaimu... tapi mengapa... engkau masih ragu...." (Melanjutkan nyanyian sopir di dalam hati).

Pengamen: "Basofi Soedirman bukannya nama patung ya, Bang?"

Sopir: "Kalo patung mah Jenderal Soedirman. Pahlawan nasional. Namanya belakangnya sama. Mereka satu keluarga setahu gua."

Pengamen: "Hooo...."

Penumpang: "Hooo...." (Dalam hati).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image