Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andri Mastiyanto

Kisah Narman, Meningkatkan Ekonomi Warga Dengan Tetap Menjaga Adat dan Tradisi Suku Baduy

Bisnis | Sunday, 19 Dec 2021, 21:42 WIB
Deskripsi : Narman seorang pemuda asal Suku Baduy Luar yang mencoba meningkatkan ekonomi warga kampungnya dengan tetap menjaga adat dan tradisi Suku Baduy I Sumber Foto : YouTube tempo.co
Deskripsi : Narman seorang pemuda asal Suku Baduy Luar yang mencoba meningkatkan ekonomi warga kampungnya dengan tetap menjaga adat dan tradisi Suku Baduy I Sumber Foto : YouTube tempo.co

Narman seorang pemuda dari Suku Baduy yang mencoba meningkatkan ekonomi warga kampungnya, namun ia tetap berusaha menjaga adat dan tradisi Suku Baduy.

Inspirasi pemuda ini daku tonton di platform vidio dengan judul “Mendobrak Keterbatasan (Kisah Narman - Pelapak Suku Baduy Luar)” dan liputan tempo.co yang di upload di platform YouTube dengan judul “Lewat Bisnis Online, Narman Angkat Kerajinan Badui”.

Sosok pemuda Suku Baduy ini pernah meraih penghargaan dari Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards kategori Kewirausahaan pada 2018 lalu. Narman meraih penghargaan tersebut karena kiprah nya melalui wirausaha Baduy Craft.

Banyak penjual online di sosial media dan marketplace, tapi menemui sosok seperti Narman itu langka sekali.

Ia mampu mendobrak keterbatasan menjadi sebuah peluang bagi diri nya sendiri dan warga dimana dia tinggal, dimana kampung nya memiliki adat dan tradisi untuk menghindari modernisasi. #TersenyumlahIndonesia

Deskripsi : Kampung Marengo, Baduy Luar lokasi dimana Narman tinggal I Sumber Foto : Vidio Buka Kisah
Deskripsi : Kampung Marengo, Baduy Luar lokasi dimana Narman tinggal I Sumber Foto : Vidio Buka Kisah

Kampung Marengo, Baduy luar Banten merupakan lokasi dimana Narman tinggal. Ia mampu meningkatkan ekonomi Suku Baduy Luar tanpa merusak tradisi yang telah ada turun menurun.

Suku Baduy merupakan salah-satu dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS tahun 2010. #KitaSATUIndonesia

Suku Baduy atau Orang Kanekes, mendiami salah satu wilayah di Kabupaten Lebak, Banten. Letak suku Baduy sendiri ada di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes.

Ternyata Suku Baduy hingga kini masih terisolir. Bukannya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang mengabaikan keberadaannya, namun mereka sendiri yang menolak pengaruh luar.

Contoh nyata, Suku Baduy melalui para tetua menolak Dana Desa dan pembangunan infrastruktur yang ditawarkan Pemerintah Daerah Banten.

Suku Baduy hidup selaras dengan alam dan selalu berusaha mempertahankan tradisi dari pengaruh modernisasi.

Walaupun Suku Baduy tidak menolak kunjungan orang luar, mereka memiliki aturan yang ketat bagi warga nya untuk mengadopsi teknologi dan modernisasi. Tujuannya agar tradisi mereka tidak tergerus dan merusak kelestarian adat.

Namun bagi yang tinggal di Baduy Luar, hukum adat masih memperbolehkan mereka mengakses teknologi.

Narman (29) tergerak ketika melihat potensi kerajinan suku Baduy sejatinya dapat dikenal masyarakat luas. #SemangatSalingBantu

Awalnya ia tergerak dari ucapan salah satu pengunjung yang peduli dengan adat Baduy terutama kerajinannya. Pengunjung ini berucap kepada Norman “kenapa gak kamu kenalin ini ke lebih luas dengan cara online ?

Terpikir dalam benaknya bahwa kerajinan ini adalah salah-satu bagian dari budaya dengan adanya perajin-perajin ini adat dan tradisi baduy bisa terjaga.

Ada insight dalam diri Narman bila bisa berjulan online, dirinya bisa mengenalkan hasil karya tangan orang Baduy ke orang luar.

Deskripsi : Narman belajar Social Media dan Marketplace secara otodidak I Sumber Foto : Vidio Buka Kisah
Deskripsi : Narman belajar Social Media dan Marketplace secara otodidak I Sumber Foto : Vidio Buka Kisah

Dari situ Narman kepikiran “wah, betul juga nih kayaknya”. Akhirnya Norman coba belajar apa itu online, apa itu sosial media, apa itu marketplace. Norman belajar sosial media dan marketplace itu secara otodidak.

Pada sebuah momen dirinya pun melihat iklan Bukalapak di televisi dengan model ibu-ibu yang mengucap cincai-cincai. Ia tertarik dengan iklan tersebut karena lucu, kemudian dirinya mencoba membuka marketplace besutan dalam negeri bukalapak.com.

Setelah memahami, lantas pemuda Baduy Luar ini tergerak untuk memasarkan produk-produk kerajinan suku Baduy dengan cara berjualan secara online.

Deskripsi : Aksesoris dan Tenun Baduy yang Narman jual di Sosial Media dan Marketplace I Sumber Foto : Instagram @baduycraft
Deskripsi : Aksesoris dan Tenun Baduy yang Narman jual di Sosial Media dan Marketplace I Sumber Foto : Instagram @baduycraft

Pada 2016, Narman memulai menjual kerajinan khas suku Baduy melalui akun media sosial Baduy Craft di Instagram.

Tidak lama setelahnya, lalu Baduy Craft juga memasarkan melalui marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Lazada dan Bukalapak dengan menggunakan nama akun yang sama ‘Baduycraft’.

Produk kerajinan khas suku Baduy yang dijjual di sosial media beragam mulai dari gula aren, kain tenun, syal tenun, tas, gelang, hingga gelas dari bambu.

Harga yang ditawarkan untuk gula aren Rp.13.700, kain tenun Rp 95 ribu-2,4 juta rupiah (harga non promosi), sedangkan untuk aksesori Rp 8 ribu-175 ribu.

Narman melihat di marketplace ternyata ada fitur push promosi. Norman mencoba untuk memanfaatkan fitur tersebut untuk promosi produk kerajinan tangan asal Suku Baduy.

Sebetulnya Narman menjalankan usaha dengan cara online bukan tanpa kesulitan. Diri nya sering kali mendapat nasehat dari warga Suku Baduy mengenai aktifitasnya.

Deskripsi : Ayah Alin (Tokoh Adat Kampung Marengo) menjadi juru pengingat bagi Narman bahwa Adat juga harus dihormati I Sumber Foto : Youtube Tempo.co
Deskripsi : Ayah Alin (Tokoh Adat Kampung Marengo) menjadi juru pengingat bagi Narman bahwa Adat juga harus dihormati I Sumber Foto : Youtube Tempo.co

Ayah Ailin, sebagai Tokoh Adat Kampung Marengo selalu mengingatkan Narman biar pun dirinya sekarang berusaha menggunakan smartphone tapi Norman jangan lupa bahwa hal itu suatu pelanggaran adat.

Pemuka adat ini pun bersikap bijak, jadi bagaimana pun, usaha harus tetap jalan tapi harus ingat adat dan tradisi harus seimbang jangan terlalu bebas.

Selain itu di Baduy tidak ada listrik, smartphone pun dilarang digunakan di lingkungan Baduy secara terbuka.

Deskripsi : Narman berjalan kaki menempuh jarak 6 km sekali bolak-balik dari Kampung Marengo ke Kampung Ciboleger I Sumber Foto : YouTube tempo.co
Deskripsi : Narman berjalan kaki menempuh jarak 6 km sekali bolak-balik dari Kampung Marengo ke Kampung Ciboleger I Sumber Foto : YouTube tempo.co

Jadi Narman untuk menjalankan usahanya harus pergi dari kampung Marengo ke Kampung Ciboleger. Jarak yang ditempuh sekitar 3 km dan membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan.

Diri nya berangkat dari Marengo pukul jam 7 pagi, sampai Ciboleger jam 8 pagi, itu baru dirinya mendapatkan sinyal bagi smartphone dan laptopnya.

Kadang-kadang setelah sampai Ciboleger, Narman harus balik lagi ke Baduy. Bahkan bisa 1 sampai 3 kali sehari. Bolak-balik Ciboleger ke Baduy yang harus di tempuh Narman sekitar 6 km sekali bolak-balik. Jika Narman 3 kali bolak-balik berarti Narman menempuh jarak 18 km setiap hari dengan berjalan kaki.

Ia lakukan itu bila ada pembeli yang menayakan stok atau nanya motif atau nanya ada berapa jumlah barang yang tersedia. Kadang chat dari pelanggan tidak terbalas, karena Narman sedang di di Baduy yang tidak ada sinyal.

Tidak hanya itu saja tantangannya, setelah ada transaksi masuk, selanjutnya Narman harus kirimkan itu barang (paket). Untuk menuju lokasi jasa pengiriman barang Narman harus ke Rangkasbitung yang jaraknya dari Ciboleger itu kurang lebih 40 km.

Waktu yang ditempuh menggunakan mobil umum sekitar 1,5 jam yang dengan tariff Rp.30 ribu. Pulang pergi berarti harus merogoh kocek sebesar Rp.60 ribu untuk biaya transportasi.

Andaikata transaksi hanya Rp.20 ribu ternyata butuh ongkosnya Rp.60 ribu, ini yang menyulitkan bagi dirinya.

Deskripsi :  memiliki mimpi dengan menjaga adat tapi bisa juga memajukan ekonomi warga. Ia berupaya sebagai warga adat menggunakan teknologi dengan bijak. I Sumber Foto : YouTube tempo.co
Deskripsi : memiliki mimpi dengan menjaga adat tapi bisa juga memajukan ekonomi warga. Ia berupaya sebagai warga adat menggunakan teknologi dengan bijak. I Sumber Foto : YouTube tempo.co

Narman sadar sebagai warga adat dirinya dituntut untuk tetap menjaga adat dan tradisi. Salah-satunya tidak menggunakan hal-hal yang modern apalagi teknologi. Sedangkan dirinya berbisnis online otomatis bersentuhan dengan yang namanya teknologi.

Narman memiliki mimpi dengan menjaga adat tapi bisa juga memajukan ekonomi warga. Ia berupaya sebagai warga adat menggunakan teknologi dengan bijak. Menurutnya teknologi juga bermanfaat, ia tidak ambil yang negatifnya tapi ambil yang positifnya.

Narman berfikir bahwa bagaimana caranya kemajuan teknologi tidak merusak adat, tapi justru sebaliknya. Norman ingin merubah mindset bahwa kemajuan teknologi ternyata bisa bermanfaat untuk menjaga adat dan tradisi.

Salam Hangat Andri Mastiyanto

Twitter I Instagram I Blog I mastiyan@gmail.com

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image