Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabila Annuria

Martabat Perempuan dan Ekonomi Kreatif

Info Terkini | Wednesday, 08 Mar 2023, 08:55 WIB
Ilustrasi Hari Perempuan Internasional - Foto Republika

Martabat Perempuan dan Ekonomi Kreatif

Peringatan Hari Perempuan Internasional pada tanggal 8 Maret sebagai bentuk apresiasi atas prestasi dan peran perempuan di seluruh dunia. Tahun ini, seperti dilansir situs UN Women, Tema Hari Perempuan Internasional 2023 adalah "DigitALL: Innovation and technology for gender equality".

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menentukan peringatan tersebut dengan tujuan memperjuangkan hak perempuan dan anak perempuan dalam kemajuan bidang teknologi transformatif dan pendidikan digital. Serta diharapkan mampu menciptakan kemajuan teknologi digital bagi pemberdayaan perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia.

Awalnya Hari Perempuan Internasional diperingati sebagai hari aksi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan seperti hak memilih, hak bekerja, dan hak atas pendidikan. Seiring dengan perjalanan waktu, Hari Perempuan Internasional dijadikan momentum kampanye berbagai isu yang dihadapi oleh perempuan di seluruh dunia seperti kekerasan seksual, ketimpangan ekonomi, dan diskriminasi gender.

Dikutip dari situs United Nations, peringatan Hari Perempuan mulanya berawal dari unjuk rasa pekerja pakaian pada tahun 1908 di New York. Para perempuan melakukan protes terkait kondisi kerja di sana. Kemudain Konferensi Internasional Perempuan di Denmark mengusulkan agar tanggal 8 Maret dijadikan Hari Perempuan Internasional. Tanggal itu dipilih untuk memeringati aksi mogok kerja pada 1909 di New York City.

Konteks peringatan Hari Perempuan Internasional kali ini sangat merisaukan ketika kita membaca Laporan UNESCO yang berjudul “Education for All (EFA) Global Monitoring Report”, pada intinya menyoroti rendahnya kesempatan bagi anak perempuan untuk menikmati pendidikan. Laporan UNESCO diatas klop dengan data statistik yang menyatakan bahwa angka partisipasi tingkat SMP baru mencapai 71 persen, angka partisipasi kasar tingkat SMA/SMK hanya sebesar 55 persen dan pendidikan tinggi hanya mencapai 15 persen. Tingkat partisipasi itu secara gradasi terus menurun dari tahun ke tahun. Tingkat partisipasi itu masih dikurangi dengan angka putus sekolah yang cukup tinggi. Laporan UNESCO tersebut bisa dijadikan indikator bahwa masih rendahnya kualitas kaum perempuan di negeri ini. Apalagi dampak krisis ekonomi global sebagian besar ditanggung oleh kaum perempuan.

Dalam era transformasi digital saat ini perempuan di seluruh dunia tak henti-hentinya dijadikan sebagai obyek fetish. Ironisnya, ditengah-tengah kehidupan yang semakin susah, para elite bangsa justru gemar mengkonstruksi makna sekaligus menaturalisasikan tubuh perempuan sebagai obyek fetish. Yakni obyek yang dipuja sekaligus dilecehkan karena mempunyai kekuatan pesona.

Kelakuan para elite diatas analog dengan sistem ekonomi libido. Pada saat ini sistem ekonomi libido telah menenggelamkan seluruh dunia dengan berbagai menu ekstasi seksual. Dengan mata telanjang kita telah menyaksikan bahwa sistem kapitalisme global telah menjadikan tubuh wanita sebagai obyek fetish. Dalam sistem ekonomi libido, eksploitasi tubuh perempuan dikembangkan kedua arah, yakni sebagai nilai guna dalam konteks erotika dan tukar tubuh sebagai tanda. Tepat sekali teori dari Yasraf Amir Piliang yang menyebutkan bahwa kapitalisme global telah membebaskan tubuh perempuan dari identitas tradisionalnya namun justru “memenjarakan” kembali dalam bentuk hutan rimba tanda-tanda sebagai bagian dari ekonomi politik kapitalisme. Trilogi fungsi tubuh perempuan yakni sebagai fungsi organis-biologis-reproduktif telah bergeser kearah fungsi ekonomi dan politik. Puncak dari kegiatan global yang mendemonstrasikan obyek fetish adalah Penyelenggaraan Miss Word yang diikuti oleh perwakilan dari 135 negara. Namun begitu penyelenggaraan Miss Word merupakan paradoks karena bisa menjadi ajang promosi wisata dan ekonomi kreatif yang luar biasa.

Dimasa mendatang produk industri kreatif merupakan sumber pajak dan pendapatan yang cukup signifikan pagi pemerintah pusat dan daerah. Negeri ini bersama dengan bangsa-bangsa lain sedang giat-giatnya memacu pertumbuhan ekonomi kreatif terutama industri budaya. Perlu dicatat bahwa industri kreatif akan melahirkan banyak pekerjaan jenis baru atau future of work di era globalisasi sekarang ini.

Gambaran singkat dari kinerja ekonomi kreatif menurut World Bank setiap tahunnya mencapai pertumbuhan 9 persen. Malahan ada negara yang mengalami pertumbuhan hingga 15 persen, antara lain Inggris. Data menunjukkan, selama lima tahun terakhir sekitar 7,5 persen PDB dunia adalah kontribusi dari industri kreatif. Pekerja kreatif dunia akan terus tumbuh rata-rata di atas 7 persen setiap tahun.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image