Tragedi Tingginya Angka Kematian Ibu
Kabar | 2023-03-07 00:22:16
"Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian." - Ali Imran : 185
Setiap makhluk hidup pasti akan mati. Tak pandang usia, jabatan, kekayaan, semuanya pasti akan mati. Tak ada aturan yang tua akan mendahului yang muda, atau sebaliknya. Tak ada aturan juga yang miskin akan duluan mati. Semuanya takdir Allah. Namun, jangan sampai kita lupa perhitungkan daerah yang kita kuasai agar kematian tidak datang karena kelalaian manusia.
Tingginya Angka Kematian Ibu
Dilansir dari laman Republika.co.id (2/3/2023), Sekjen PB IDI Ulul Albab mengatakan, angka kematian ibu (AKI) dan stunting menjadi persoalan mendasar yang saat ini kurang diatasi. Mengutip data, 305 kematian ibu per 100 ribu kelahiran.
Sementara dalam skala internasional seperti yang dikutip dari laman Republika.co.id (24/2/2023) dikatakan bahwa beberapa badan Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan pada Kamis (23/2/2023), satu orang perempuan hamil atau melahirkan meninggal setiap dua menit. Laporan tersebut menunjukkan ada sekitar 287 ribu kematian ibu di seluruh dunia pada 2020.
Secara keseluruhan, kematian ibu tetap terkonsentrasi terutama di bagian dunia termiskin dan negara-negara yang terkena dampak konflik.
Tahun terus berganti, teknologi sains semakin berkembang. Namun, angka kematian ibu masih belum bisa ditekan secara optimal.
Tragedi Kematian Ibu
Dalam prosesnya, angka kematian ibu kerap terjadi karena keterlambatan dalam memutuskan, terlambat dalam melakukan rujukan atau terlambat dalam melakukan penanganan. Fasilitas kesehatan yang tidak memadai, ilmu kehamilan yang kurang, hingga kemiskinan ikut menjadi faktor penyebab terjadinya kematian ibu.
Pertama, banyak orang yang tidak memiliki ilmu tentang pemeliharaan kehamilan. Apa yang seharusnya dikonsumsi, apa yang seharusnya dijauhi, apa yang seharusnya dilakukan saat usia kandungan bertambah. Semua ilmu tentang kehamilan tentu harus dimiliki oleh ibu. Agar ibu dan janin dalam kondisi sehat dari awal hingga melahirkan.
Sayangnya, banyak ibu yang kebetulan menjadi ibu. Bahkan, menyepelekan ilmu yang harusnya jadi bekal sebelum menjadi orangtua betulan. Masih banyaknya anggapan bisa sendiri nanti menjadi jebakan yang berbahaya.
Kedua, kemiskinan. Bukannya tidak mau memberikan yang terbaik untuk konsumsi ibu hamil dan janin. Tapi, kemiskinan membelenggu sehingga jangankan untuk hitungan gizi yang baik bagi ibu hamil, sudah bisa makan sehari-hari saja sudah bersyukur. Sehingga yang dimakan pun ala kadarnya. Bahkan, tak jarang kurang gizinya.
Wajar jika janin tak berkembang dengan optimal. Tubuh ibu hamil pun tidak dalam kondisi optimal untuk melahirkan. Hasilnya, kasus kematian ibu menghantui saat melahirkan.
Ketiga, fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Sudah jadi rahasia umum bahwa hamil dan melahirkan butuh biaya yang tak sedikit. Biaya kontrol, obat, suplemen, usg hingga melahirkan. Tak ada masalah bagi mereka yang punya rezeki untuk datang ke rumah sakit, klinik bersalin. Tapi, bagaimana dengan yang tidak punya?
Puskesmas jadi andalan para ibu. Sayangnya, fasilitas kesehatan di puskesmas belum memadai. Ibu hamil perlu di USG selama kehamilannya walau tidak tiap bulan. Biaya untuk melakukan USG lumayan menguras kantong. Sementara di puskesmas belum ada layanan ini.
PBB mengingatkan para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, untuk bertindak mengakhiri kematian ibu dengan cara memberi sistem perawatan kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang lebar.
Efek Kapitalisme
Diakui atau tidak, penerapan kapitalisme menjadi akar masalah tingginya angka kematian ibu. Penerapan kapitalisme yang menumbuh suburkan penjajahan gaya baru. Memperkuat hukum rimba. Siapa yang punya modal banyak ia yang akan berkuasa. Memperlebar jurang kesenjangan yang kaya dan miskin.
Dengan modal yang dimiliki para kapitalis, mereka bisa meraup kekayaan lagi, termasuk dengan membeli kebijakan agar berpihak pada mereka. Sebagaimana yang kita saksikan saat ini banyak aturan yang lebih pro pada para pemilik modal daripada rakyat.
Standar manfaat dan materi dalam kapitalisme sudah mendarah daging. Termasuk merasuk dalam pandangan pemerintah dan rakyat. Transaksi yang menguntungkan yang dicari. Komersialnya sistem layanan publik dilakukan dari hulu ke hilir. Sistem kesehatan pun demikian. Jika ingin dapat kualitas kesehatan yang bagus, maka rakyat harus merogoh kocek yang dalam. Jika tidak, rakyat harus berpuas diri dengan layanan kesehatan seadanya.
Maka, hal yang mustahil jika ingin menghilangkan penyebab kematian ibu dalam sistem kapitalisme. Karena akar masalah kemiskinan, standar manfaat dan materi yang ada dalam penerapan kapitalisme tidak dihilangkan.
Islam Selamatkan Ibu
Memang kematian menjadi takdir ilahi. Tapi, ingatlah kita ada daerah yang Allah kuasai dan kita kuasai. Dalam ranah yang Allah kuasai, kita takkan diminta pertanggungjawaban. Sementara di ranah yang kita kuasai, Allah akan meminta pertanggungjawaban. Apakah kita termasuk yang lalai atau tidak?
Fenomena kematian ibu yang meninggi kini sebetulnya bisa dicegah dengan islam. Sebagai agama yang Allah turunkan dengan lengkap, islam memiliki solusi hakiki bagi fenomena ini.
Dalam Islam, perhatian pada pencetakan generasi menjadi hal yang penting. Maka, ilmu untuk para ibu akan disediakan oleh negara dalam kurikulum pendidikannya. Sehingga setiap calon ibu akan siap menghadapi kehamilannya nanti.
Pandangan pemerintah dan rakyat pun bukan pandangan jual beli ala kapitalisme saat ini. Tapi, pandangan pelayanan bagi rakyat. Dimana pemerintah duduk di kursi pemerintahan sebagai wakil bagi rakyat yang mengurusi semua urusan rakyat dengan hukum yang Allah ridai.
Islam mewajibkan negara untuk memenuhi kebutuhan pokok dan dasar setiap rakyatnya. Kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan, juga kesehatan akan difasilitasi oleh negara bagi setiap rakyat per kepala. Bisa jadi digratiskan atau Rakyat tetap membayar tapi dengan harga yang sangat terjangkau.
Sejarah bahkan mencatat, pasien rumah sakit negara Islam dulu dibekali dengan uang dan obat-obatan setelah sembuh di rumah sakit. Bukan membayar malah dapat uang. Luar biasa.
Kekayaan dalam Islam akan didistribusikan karena Allah melarang harta hanya berkumpul pada sebagian orang saja. ".. agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu." (TQS. Al Hasyr : 7)
Sehingga takkan ada jurang kesenjangan antara kaya dan miskin. Inilah solusi hakiki bagi keselamatan ibu saat hamil dan melahirkan. Dengan menerapkan islam secara Paripurna dalam sistem kehidupan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
