Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mugniar

Belajar dari Kasus Penganiayaan David: Kita Semua Terhubung

Gaya Hidup | Friday, 03 Mar 2023, 12:26 WIB

Sebagai pengguna aktif Twitter, saya bisa saja mendapatkan video penganiayaan pada David Ozora Latumahina, anak pengurus GP Ansor yang dilakukan oleh MD, anak petinggi instansi pajak tapi saya tak mau menontonnya. Soalnya, baca-baca di media online dan pendapat banyak orang yang berseliweran di medsos, serta nonton kabar terbaru dari YouTube saat jumpa pers Ditreskrimum dengan awak media kemarin saja gambarannya mengerikan sekali: free kick kepala lebih dari satu kali, memukul kepala dan menginjak tengkuk dua kali! Ya Allah.

Belajar dari Kasus Penganiayaan David

Kata-kata MD yang menyebutkan gua nggak takut kalo anak orang mati sudah dikategorikan sebagai niat, begitu pula keterlibatan 2 orang lainnya – S dan AG. S sudah pula ditetapkan sebagai tersangka. Kedua tersangka ini masih berusia di awal 20. Sementara gadis belia AG yang menjadi pangkal kasus ini kini statusnya ditetapkan sebagai "anak berkonflik dengan hukum" (karena tidak boleh disebut sebagai tersangka) usianya masih 15 tahun. Masih kinyis-kinyis.

Banyak public figure urun pendapat karena baik orang tua MD maupun orang tua David bukan “orang biasa”. Bahkan Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U., M.I.P dan Letkol Tituler Deddy Corbuzier juga beropini, mengecam ulah MD. Jangan ditanya lagi hujatan netizen yang diarahkan kepada MD.

Saya membaca beragam komentar di Twitter. Kasus ini jadi trending topic selama berhari-hari. Kata-kata makian bertebaran. Selain menghujat MD, juga menghujat AG. Ada berseloroh agar mengusut orang tua AG, sebagaimana netizen mengulik ayah dan ibu MD. Ada yang menyejajarkan AG dengan PC – PC menggoyang instansi kepolisian sementara AG menggoyang instansi pajak negeri ini. Contoh kecil chaos gara-gara pengaruh perempuan yang akibatnya luar biasa.

Di Twitter, warganetnya seolah detektif. Kita bisa mendapatkan informasi pribadi, seperti foto dan video dari orang-orang yang sedang terlibat kasus besar dengan mudahnya. Jika berita-berita online mengaburkan wajah oknum, di Twitter ada saja yang membongkarnya dan mengungkapkan berbagai fakta.

Buat saya, kadang-kadang perlu untuk mencari tahu kronologinya, lalu berhenti setelah informasi cukup, tidak ikut-ikutan menghujat karena menghujat tidak akan pernah dapat menghasilkan maslahat. Tidak ada elok-eloknya membiasakan diri menghujat sana-sini di medsos itu.

Salah satu manfaat mencari tahu tentang berita ini adalah saya jadi tahu perkembangan remaja dan dewasa muda saat ini soalnya anak-anak saya berada di usia remaja dan dewasa muda. Jadi bahan pembelajaran tanpa perlu melaluinya. Jadi lebih waspada dan berhati-hati dalam mendampingi anak. Tugas saya sebagai ibu masih sangat panjang. Sebagai suluh, saya harus update wawasan agar bisa terus membersamai anak-anak di jalan yang benar yang Allah ridho.

Kasus ini adalah pe er untuk semua. Kita semua saling terhubung dalam kehidupan sosial, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Bahkan di usia belasan dan awal 20-an saja orang bisa mengakibatkan kemudharatan yang teramat besar apalagi orang yang usianya jauh lebih tua karena pengaruh dan jejaring sudah jauh lebih besar. Semoga kasus ini bisa membuka mata dan hati untuk belajar banyak hal dan kita semua terhindar dari hal-hal buruk seperti ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image