Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prof. Dr. Budiharjo, M.Si

Tantangan dan Problematika Kesehatan Gizi di Indonesia

Info Terkini | Thursday, 23 Feb 2023, 17:52 WIB

Kesehatan dan gizi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bangsa yang kuat adalah yang penduduknya sehat dan mendapat makanan bergizi . Jika keduanya tidak ada, maka ancaman terhadap bangsa dan negara menjadi kompleks dan serius. Sayangnya, Indonesia menempati angka kelaparan penduduk tertinggi di ASEAN.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) merilis angka pada 2022 penduduk kurang gizi di Indonesia mencapai 17,7 juta orang. Angka tersebut adalah kondisi di mana konsumsi makanan harian tidak sesuai standar untuk hidup sehat. Meski Kementerian Kesehatan RI mengklaim angka stunting mengalami penurunan pada 2022, namun laporan FAO itu menjadikan Indonesia di posisi pertama angka kelaparan tertinggi di ASEAN.

Ada beberapa persoalan yang dihadapi negara terkait kesehatan gizi. Persoalannya berkaitan erat dengan ketahanan pangan yang muaranya berasal pada problematika produksi, perdagangan dan distribusi pangan.

Pertama, persoalan produksi berawal dari lahan pertanian (baik sawah, kebun atau tambak) yang semakin cepat berkurang. Pencetakan lahan pertanian baru menemui banyak kendala di antaranya biaya yang mahal. Tambahan lahan pertanian setiap tahun tidak signifikan dibandingkan dengan luas areal yang terkonversi untuk kepentingan non-pertanian. Banyak lahan pertanian yang berubah menjadi perumahan, areal perkantoran atau pabrik. Ini adalah problematikan serius yang dihadapi bangsa dan negara kita.

Selain lahan, SDM yang kurang dan teknologi yang ketinggalan zaman menjadi ancaman ketahanan pangan. Kita mafhum jika kualitas SDM di sektor pertanian sangat rendah dibandingkan dengan sektor ekonomi lain seperti industri manufaktur, keuangan atau jasa. Rendahnya pendidikan formal berpengaruh pada kemampuan petani Indonesia. Ditambah, semakin banyak generasi muda yang enggan menjadi petani karena suramnya pendapatan.

Kedua, problem ketahanan pangan di sektor perdagangan. Produksi beras kita sebenarnya menunjukkan tren meningkat. Pada 2022, produksi beras meningkat 0,72 juta ton (2,29%) dibanding produksi beras tahun sebelumnya yang mencapai 31,36 juta ton. Meski angka kenaikan ini terbilang mencukupi, namun Pemerintah tetap melakukan impor dengan alasan konsumsi tinggi dan pemenuhan stok bahan baku untuk industri. Kebijakan impor ini sebenarnya mendapat penolakan dari sejumlah daerah karena panen raya yang akan berlangsung tidak lama lagi di tahun 2023.

Ketiga, distribusi pangan terkendala dengan infrastruktur yang kurang memadai di sejumlah daerah. Akses transportasi yang mahal dan jalan yang kurang baik menjadi kendala paling dominan. Jumlah irigasi yang tidak mendukung pertanian pun menjadi persoalan tersendiri.

Ketiga persoalan tersebut tentunya harus mendapat perhatian dari pemangku kebijakan. Hal itu tidak lepas dari upaya penurunan prevalensi (angka keseluruhan) kelaparan yang menjadi salah satu tujuan agenda pembangunan ekonomi global. Dalam kerangka Millenium Development Goals (MDGs), penurunan angka kelaparan ditargetkan menjadi setengahnya dari data yang ada. Penghilangan angka kelaparan (no hunger) menjadi salah satu dari 17 tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang mulai dilaksanakan sejak 2015.

Keluarga adalah pranata sosial paling kecil yang menentukan gizi masyarakat. Ibu dan anak harus mendapat porsi perhatian jika terjadi ancaman kelaparan. Jika keduanya memiliki angka kematian yang tinggi, maka itu adalah warning bagi negara.

Untuk mengatasi angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dibutuhkan dukungan politis. Paling dibutuhkan adalah ketersediaan tenaga kesehatan di desa-desa yang aksesnya bisa didapat secara mudah dan murah. Sejauh ini, Kementerian Kesehatan telah memiliki Pondok Persalinan Desa (PPD) yang dilengkapi dengan sarana dan biaya operasional memadai. Sejumlah puskesmas pun memiliki tenaga dokter dan obat yang memadai.

Selain dokter dan obat, penyuluhan gizi juga harus gencar dilakukan. Ini menjadi penting karena sebagai upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya memilih bahan makanan dan bagaimana menggunakannya. Dengan penyuluhan yang baik, tentunya diharapkan masyarakat bisa muncul kesadaran pentingnya memakan makanan yang bergizi, meski dari bahan yang sederhana.(*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image