Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Indonesia Negara Paling Dermawan di Dunia

Politik | 2021-12-18 09:21:27
QRIS Masjid Babul Maghfirah Gampong Tanjung Selamat, Aceh Besar. (Dokpri)

Charities Aid Foundation (CAF) menobatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan pada 2020. Berdasarkan World Giving Index 2021 yang disusun CAV, Indonesia memiliki skor 69%, naik dibandingkan pada 2019 yang sebesar 59%.

Dalam laporan WGI, Indonesia memiliki skor tertinggi lantaran orang yang berdonasi di tanah air mencapai 83% pada tahun lalu. Jumlah masyarakat yang menjadi sukarelawan pun mencapai 60%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.

Negara-negara yang berada dalam daftar 10 besar pada 2021, antara lain Kenya (58%), Nigeria (52%), Myanmar (51%), dan Australia (49%). Kemudian, Ghana (47%), Slandia Baru (47), Uganda (46%), Kosovo (46%), dan Thailand (46%).

Sedangkan, negara yang memiliki skor rendah dalam indeks kedermawanan adalah Jepang (12%), Portugal (20%), Belgia (21%), Italia (22%), dan Korea Selatan (22%). [databoks.katadata]

Mengapa orang Indonesia mudah berderma? Beberapa alasan di antaranya adalah kuatnya pengaruh ajaran agama dan tradisi lokal yang berkaitan dengan kegiatan menolong sesama.

"Hal ini terbukti dari temuan WIG yang menunjukkan bahwa donasi berbasis keagamaan (khususnya zakat, infak, dan sedekah) menjadi penggerak utama kegiatan filantropi di Indonesia," kata Direktur Filantropi Indonesia Hamid Abidin.

Muslim Indonesia memang terkenal kemurahan hatinya. Saya merasakan betul. Tiap kali melakukan perjalanan ke negeri-begeri Muslim dan menyebutkan dari Indonesia, mereka akan langsung menyambut hangat sembari memuji kebaikan hati orang Indonesia.

Apalagi di Palestine. Tak hanya bantuan darurat yang diberikan saat terjadi agresi. Namun bangunan-bangunan permanen berupa sekolah, masjid, rumah tahfidz, klinik, hingga rumah sakit berdiri kokoh menjadi penanda kebaikan itu nyata.

Keajaiban sedekah

Banyak kisah keajaiban sedekah orang-orang alim yang menjadi inspirasi sepanjang masa. Seperti yang ditulis Imam Ibnul Qayyim al-Jauzi dalam kitabnya “Uyun al-hikayah Min Qashash wa Nawadir az-Zahidin”

Suatu kali Abu Muslim al-Khaulani hendak ke pasar membeli gandum. Uang yang ada di tangannya hanya 1 dirham. Sesampai di pasar ada seorang pengemis yang mengikutinya.

Ia tak mungkin memberikan uang belanja yang tak seberapa itu, karena keluarganya tidak bisa makan. Beberapa kali pindah penjual gandum, pengemis itu terus mengikutinya.

Ia pun tak tega dan memberikan 1 dirham yang dimilikinya. Pengemis itu mengucapkan terima kasih dan memberikan banyak doa baik.

Setelah itu, Abu Muslim al-Khaulani jadi bingung sendiri. Bagaimana ia harus memberi makan keluarga hari itu? Istrinya pun pasti kecewa kalau ia pulang tak membawa gandung, karena uang 1 dirham itu dari hasil penjualan kain yang dipintal sang istri.

Akhirnya karung yang dibawanya diisi dengan pasir dan dibawanya pulang. Setelah menyerahkan pada istrinya ia bergegas keluar dari rumah lagi.

Sore dengan perasaan was-was ia pulang ke rumah. Didapatinya istrinya telah mengiapkan roti untuk makan keluarga.

“Dari mana engkau daparkan ini? Tanya Abu Muslim al-Khaulani.

Istrinya pun menatap bingung, “Ini gandum yang kau beli di pasar tadi,” jawabnya sambil menunjukkan sisa gandum berwarna putih di dalam karung.

Alahu akbar!

“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah. Obatilah penyakitmu dengan sedekah. Sedekah itu sesuatu yang ajaib. Sedekah menolak 70 macam bala dan bencana, dan yang paling ringan adalah penyakit kusta dan sopak.” [HR. ath-Thabrani]

Mereka yang tengah dihadang beragam masalah dan tak tahu harus bagaimana lagi, barangkali sedekah bisa menjadi solusi. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image