Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rima _Heelwa

Menilik Peradaban Islam dari Tokoh NU yang Terlupakan

Sejarah | Saturday, 11 Feb 2023, 22:43 WIB

Kejayaan Nahdlatul Ulama tentu tak lepas dari perjuangan hebat para tokohnya, Sebagai salah satu organisasi islam tertua sekaligus terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama telah melahirkan banyak tokoh terkemuka baik di tingkat nasional maupun internasional. Diantara yang sering kita dengar adalah KH. Abdurrahman Wahid, KH. Abdul Wahid Hasyim, KH. Hasyim Asyari, KH. Idham Chalid, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Ali Yafie, KH.M.A Sahal Mahfudz dan juga KH. Asad Syamsul Arifin.

Padahal keberlangsungan peradaban islam tidak hanya dipelopori oleh para ulama diatas, ada banyak sekali tokoh hebat pejuang NU yang juga layak dijadikan teladan atas prestasi dan integritas yang mengagumkan, salah satunya adalah Dr. Fahmi Djafar Saifuddin.

Beliau merupakan putra pertama dari 10 bersaudara pasangan KH. Saifuddin Zuhri dan Hj. Siti Sholihah, lahir pada tanggal 18 Oktober 1942 di Baledeno, Krajan, Purworejo. Pernah mengeyam pendidikan agama di Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta- Seorang Dokter sekaligus Dosen yang terkenal sangat kutu buku ini mulai berkecimpung di Nahdlatul Ulama sejak awal masak kanak-kanak.

Pada tahun 1952, beliau sudah aktif dalam Kepanduan Anshor kota Semarang di usia 10 tahun. Semasa kuliah di UI, beliau aktif di organisasi PMII dan menjadi sekretaris umum PB PMII (1967-1970). Dan saat Muktamar NU 1984 di Situbondo, beliau ditunjuk menjadi pendamping KH.Abdurrahman Wahid sebagai Wakil Ketua PBNU. Hingga pada Muktamar NU 1989 Yogyakarta, beliau kembali dipercaya menjadi salah satu ketua PBNU.

Sosok yang serba teratur tersebut sudah begitu giat memikirkan nasib perbaikan NU pada tahun 1970. Dengan penuh tekad beliau mengumpulkan nama-nama tokoh NU dari berbagai daerah, baik tua maupun muda, lengkap dengan alamat dan potensi masing-masing.

Beliau pantau keseharian mereka, beliau santuni mereka yang perlu santunan, beliau ajak diskusi orang-orang yang menurut beliau pantas diajak diskusi, serta beliau mintai pendapat orang-orang yang beliau anggap pantas dimintai pendapat. Tanpa peduli posisi mereka dimana, aliran politiknya apa, asal memiliki ghirah terhadap NU, beliau masukkan ke daftar panjangnya. Hingga kemudian terkumpullah 24 orang tokoh NU dari berbagai kalangan yang pada akhirnya berhasil melahirkan Khittah NU. Tak banyak yang tahu bahwa Khittah NU yang begitu masyhur itu berawal dari kegigihan, kesabaran dan ketekunan seorang lelaki hebat yang berintelektual santri.

Salah satu hasil rintisan lain yang beliau perjuangkan mati-matian adalah LAKPESDAM (Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) yang terus berkembang hingga kini, juga ada lebih banyak lagi produk dan program NU yang terbit dari tangan-tangan yang dikomandoi beliau. Tapi karena memang beliau tipikal orang yang tidak menyukai popularitas, nyaris tidak ada yang tahu peranan besar beliau dalam mengabdikan diri untuk Nahdlatul Ulama;.Begitu besar keterkaitannya pada NU, tak lain disebabkan karena latar belakang keluarga dan pendidikan beliau di Pesantren.

Hingga pada akhirnya, setelah terjadi adanya kekacauan oleh rezim Soeharto pada Muktamar Cipasung 1994, ketika semua orang yang masih memikirkan nasib umat dan negeri ini berkelimpungan, gelisah merasa perlu acuan, bahkan frustari karena kelelahan, beliau yang selama ini begitu ikhlas mencurahkan segenap jiwa, hati dan pikirannya untuk umat negeri justru dipanggil Sang Kuasa munuju kebahagiaan abadi.

Tokoh yang nyala keberaniannya perlu dihidupkan kembali untuk memotivasi generasi muda Nadlatul Ulama. Karena merupakan begitu saja para tokoh-tokoh pendahulu kita merupakan hal yang sangat egois. Tanpa pengorbanan mereka, NU tidak mungkin sampai pada titik kejayaan satu abad ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image