Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agil Septiyan Habib

1 Abad Sumbangsih NU Merawat Islam Nusantara di Tengah Ancaman Disharmoni Beragama di Dunia Maya

Agama | 2023-02-09 23:53:13

Harlah 1 Abad NU Menandai Sebuah Perjalanan yang Penuh Liku dan Perjuangan bagi Peradaban Islam di Indonesia | Sumber gambar : nu.or.id

Satu abad bukanlah waktu yang singkat untuk menandai sebuah perjalanan. Namun, Nahdlatul Ulama (NU) berhasil mencapai milestone langka tersebut sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan sumbangsih yang luar biasa bagi peradaban Islam di Nusantara.

NU merupakan motor penggerak perlawanan rakyat terhadap aksi kolonialisme asing di Indonesia. Resolusi jihad yang dikumandangkan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari menjadi pendorong perlawanan rakyat Indonesia terhadap upaya penjajahan kembali oleh Belanda.

Sejak dahulu NU memang terkenal dekat dengan rakyat. Karena sudah menjadi karakter dari organisasi tersebut untuk memberikan ruang toleransi dalam merawat ritual-ritual tradisional masyarakat dengan balutan nilai-nilai keislaman.

Pandangan inilah yang kemudian dinarasikan sebagai Islam Nusantara atau Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang diamalkan, didakwahkan, serta dikembangkan sesuai karakter masyarakat dan budaya Nusantara. Islam yang oleh cendekiawan muslim (Alm) Azyumardi Azra didefinisikan sebagai Islam yang berbunga-bunga, toleran, dan akomodatif.

Gelombang Disharmoni Agama

Gagasan tentang Islam Nusantara sendiri muncul sebagai upaya meluruskan kembali dirhamoni yang terjadi di masyarakat. Terutama sejak teknologi digital merasuk dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Bisa dibilang semenjak penghuni dunia maya semakin banyak dan era media sosial (medsos) merebak, tantangan terhadap harmoni yang mengusik agama juga semakin meningkat.

Kita tentu masih ingat dengan kasus penistaan agama oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Ada juga kasus penistaan agama oleh youtuber Mohamdad Kece, kemudian unggahan status medsos dari salah satu rektor perguruan tinggi di Kalimantan yang menyinggung tentang “manusia gurun”, atau aksi-aksi pembakaran Al-Qur’an dari oknum tidak bertanggung jawab.

Peristiwa yang mencerminkan disharmoni semacam ini berpotensi membawa Indonesia ke dalam pusaran konflik. Tapi, kita patut bersyukur karena peran serta ulama maka Indonesia bisa menjaga keutuhan itu sampai sekarang.

Hanya saja keutuhan tersebut sepertinya sedang diterpa ujian berat. Ujian yang menuntut kita untuk kembali ke fitrah sebagai bangsa yang beradab.

Keteladanan Adab Kyai NU dan Perilaku Digital Kita

Guru ngaji saya pernah mengatakan bahwa adab itu lebih utama daripada ilmu. Sebelum para santri mulai menuntut ilmu mempelajari kitab-kitab klasik karangan ulama besar masa lalu, mereka biasanya diberikan pendidikan awal tentang adab menuntut ilmu melalui pembahasan kitab Ta’lim al-Muta’alim.

Sudah menjadi tradisi NU untuk memberikan penghormatan tinggi kepada para kyai. Bentuk penghormatan itu dicontohkan dan dipraktikkan. Mengedepankan adat diatas kepentingan yang lain seperti yang pernah Gus Mus lakukan manakala terjadi konflik saat Muktamar NU ke-33 di Jombang.

Kala itu terjadi kericuhan di arena Muktamar. Sesuatu yang lantas membuat Gus Mus sedih karena menilai warga Nahdliyin telah kehilangan adabnya. Sehingga beliau pun mengatakan akan menciumi satu per satu kaki para kyai sepuh demi agar semua pihak tenang dan kembali menjadi pribadi yang beradab.

Sayangnya, adab yang semestinya kita ikuti tersebut seringkali terlewat. Entah karena sengaja ataupun tidak sengaja. Perilaku menghujat ulama seperti dianggap biasa hanya karena perbedaan dalam pandangan politik belaka. Padahal perilaku semacam itulah yang menjadikan kita semakin jauh dari ilmu.

Ketiadaan adab terhadap orang berilmu menjadikan ilmu itu menjauhi kita. Nihilnya ilmu dan ketiadaan adab merupakan paket lengkap yang melahirkan disharmoni beragama.

Berislam, Ber-NU, Berakhlak

Sebagai warga Nahdliyin sudah menjadi keharusan untuk mentaati para ulama. Atau lebih tepatnya menjaga adab terhadap petuah para kyai yang menjadi panutan.

Menurut survei LSI Denny JA ternyata 49,5% dari total penduduk muslim Indonesia merupakan basis masa NU. Dengan kata lain ada sekitar 117 jutaan lebih umat Islam di Indonesia yang merupakan warga Nahdliyin.

Disisi lain, menurut Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII), sekitar 77,02% dari penduduk Indonesia sudah mengakses internet. Ini artinya Warga Nahdliyin seharusnya juga menjadi mayoritas dari kalangan pengakses internet tersebut.

Kekuatan warga NU yang mendominasi dunia maya itu semestinya dimaksimalkan sehingga usia NU yang sudah mencapai 1 abad ini benar-benar mampu terus merawat Islam Nusantara sehingga tetap tegak untuk waktu-waktu yang akan datang.

Salam hangat.

Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang

#lombanulisretizen, #lombavideorepublika, #satuabadnu, #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image