Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image YOGYANTORO

NU Meroketkan Peradaban Dunia

Agama | Thursday, 09 Feb 2023, 14:16 WIB

Nahdlatul Ulama (NU) lahir dengan membawa amanah peradaban yang kita inginkan sejalan dengan cita-cita para pendiri NU dan pendiri bangsa Indonesia. KH Hasyim Asy’hari, KH Raden Asnawi Kudus, Kiai Wahab dan tokoh-tokoh pesantren lain telah berjuang meneguhkan madzhab adalah bukti bahwa para ulama NU menjamin kemerdekaan dan kesetaraan hak dan martabat di antara sesama manusia. Ini adalah warisan intelektual para ulama dengan ijtihad mereka yang akhirnya berdampak nyata pada eksistensi beragam madzab yang tetap dipertahankan dan masih lestari hingga kini. Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) masa khidmat 2022-2027, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya juga telah menegaskan bahwa lahirnya NU adalah amanat peradaban untuk menjamin kerukunan antar umat beragama.

NU terus berjuang menemukan format baru tentang model peradaban masa depan dengan menghindari Arab Saudi-sentris tetapi peradaban skala global dengan simbol alam semesta atau bola dunia.Langkah-langkah strategis dilakukan diantaranya melalui serangkaian kegiatan seminar dan dialog publik hingga konferensi internasional. Pada 07 Februari 2023 bertempat di Stadion Delta, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, NU menghadirkan sekitar 200 cendekiawan Muslim terkemuka dalam negeri dan 200 cendekiawan Muslim luar negeri dari 50 negara dalam Muktamar Internasional Fiqih Peradaban. Mereka menggelorakan konsep transformasi yang komprehensif untuk umat Muslim di dunia. Kesemuanya demi menelorkan agenda memajukan Islam Indonesia di kancah global dan blueprint peradaban yang tinggi kepada umat Muslim sejagat raya.

Logo Harlah Seabad NU. (Dok. PBNU)

Forum R20 (Religion of Twenty) yang berlangsung di Bali pada 2-3 November 2022 lalu, yang diinisiasi NU bersama Muslim World League (MWL) juga intens membahas tentang upaya penyelesaian konflik berbasis agama dan menjadikan agama sebagai solusi bagi krisis global. Hal ini semakin memperjelas bahwa NU adalah katalisator yang menunjukkan pada dunia bahwa Islam adalah agama yang menjadi sumber perdamaian terutama dalam menghadapi masalah kemiskinan dan ketimpangan sosial yang menjadi akar penyebab terorisme dan radikalisme. Menurut hemat penulis, saat ini perlu adanya peningkatan kematangan dan kedewasaan bagi generasi nahdliyin dalam menghadapi tantangan global di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 seperti saat ini. NU dapat terus menjadi organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia yang berdaya guna di usianya yang genap satu abad pada 16 Rajab 1444 H atau 7 Februari 2023.

Oleh karena itu kita patut mengapresiasi prakarsa R20 oleh pengurus besar nahdlatul ulama (PBNU) melalui forum dialog para pemuka agama, pemimpin sekte dan aliran kepercayaan seluruh dunia dalam menjaga dan menguatkan keselarasan sosial. Diskusi terkait agama yang dapat berkonstribusi pada perbaikan ekonomi dan politik global adalah langkah yang efektif untuk integrasi sosial yang lebih baik demi terwujudnya kehidupan yang damai dan harmonis dalam skala yang seluas-luasnya. Masih melekat dalam alam bawah sadar kita kongres atau Muktamar ke-33 NU yang diselenggarakan di Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur yang mengusung tema Menjunjung Islam Nusantara untuk Indonesia dan Peradaban Dunia. Konsistensi dalam perjuangan ditunjukkan pada Muktamar NU ke-34 yang mengangkat tema sehaluan, Satu Abad NU: Mandiri dalam Melayani Dunia.

NU memiliki kapabilitas untuk menjadi jembatan dari berbagai peradaban dan budaya. Aneka ragam keyakinan, kepercayaan, golongan, etnis dan tradisi lokal yang telah membumi di negara kepulauan, Indoneisa direkatkan melalui dialog-dialog keagamaan. Penyatuan segala bentuk perbedaan baik agama, suku dan budaya dapat memperkuat nilai-nilai kebajikan universal seperti saling pengertian dan menghormai keragaman sehingga dapat mengikis radikalisasi di masyarakat. Tidak ada tempat bagi pelaku kekerasan dalam agama karena tidak ada satupun agama yang mengajarkan tentang kekerasan. Agama islam mengajarkan nilai-nilai kebajikan universal seperti rahman, cinta dan kasih sayang. Peradaban global diharapakan dapat menghargai budi pekerti luhur, menangkal tumbuhnya ortodoksi Islam yang cenderung tirani dan memperkuat tatanan internasional berbasis etika moral dan nilai-nilai kemanusiaan. PBNU sangat tepat menjalin kerjasama dengan lembaga internasional seperti Center for Shared Civilization Values (CSCV) agar dapat mempromosikan tatanan internasional yang dibangun dengan kebajikan-kebajikan universal dan memfokuskan perhatian pada upaya menciptakan intergrasi sosial umat seluruh dunia.

Proses reformasi terhadap prinsip ortodoksi islam yang sudah kuno dapat dilakukan dengan mulai mengerahkan upaya dalam rekonsiliasi ajaran Islam yang konstekstual dan sesuai dengan realitas peradaban kontemporer, bukan hukum Islam klasik serta mengembangkan operasionalisasi strategi global yang mendukung gerakan Islam kemanusiaan. “NU kini siap untuk mengekspor kearifan dan pengalaman kolektifnya ke seluruh dunia untuk kemaslahatan umat manusia” (Al-Ahram,Mesir). Presiden Republik Indonesia, Jokowi, juga menghimbau NU agar berhati-hati dalam menyikapi perubahan sehingga dapat membawa kemslahatan bagi umat manusia. Sebagai ketua G20 tentu Indonesia memiliki pengaruh yang kuat terkait kebijakan-kebijakan dunia yang dapat mendukung negara-negara kecil, berkembang dan miskin agar siap menghadapi digitalisasi, ekonomi hijau hingga isu perubahan iklim.

Akhirnya, kita perlu terus mencetak kader militan NU yang ahlus sunnah wal jamaah dan tangguh dengan gerakan (harakah) yang jelas, ulama-ulama yang dapat menjadi suri tauladan dengan pemikiran-pemikiran yang visioner dan berantas politik identitas dengan melakukan pendidikan politik masyarakat dan pendidikan karakter penggerak NU.

#lombanulisretizen #lombavideorepublika #satuabadnu #akudannu

***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image