Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fajar Wahyu Sejati

Satu Abad NU Mewarnai Perjuangan dan Politik Pemerintahan Indonesia.

Agama | Thursday, 09 Feb 2023, 09:50 WIB
logo Nahdlatul Ulama. Gambar dari NU Online Jabar.

Dalam perayaan HUT 100 tahun Hijriah Nahdlatul Ulama, ada hal yang saya amati, itu berkaitan dengan perjuangan dan politik. Sticky Note yang disusun rapi membentuk para tokoh NU. Dalam susunan gambar tersebut, terdapat tokoh NU yang ikut melakukan perjuangan dan politik untuk Indonesia. NU sebagai sebuah organisasi memang akrab dengan perjuangan dan politik di Indonesia.

NU sebagai salah satu organisasi dan perkumpulan umat muslim di Indonesia saat masa revolusi mempertahankan kemerdekaan, memberikan bantuan yang besar. Terlihat dari adanya “Resolusi Jihad”. Resolusi menjadi resolusi perjuangan umat Islam Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Pimpinan NU saat itu, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan resolusi tersebut untuk umat muslim Indonesia melanjutkan perjuangan secara sabilillah. Resolusi tersebut dikeluarkan di Surabaya 22 Oktober 1945.

Munculnya resolusi jihad sendiri tak lepas dari pemikiran KH. Hasyim Asyari yang sangat nasionalis. Sebelum Indonesia merdeka saja, saat muncul organisasi kepemudaan di Hindia Belanda, KH. Hasyim Asyari juga membentuk organisasi Shubban al-Waṭān sebagai representasi pemuda pesantren masa itu. Organisasi ini pada akhirnya berubah menjadi Ansor Nahdlatul Ulama.

Gerakan NU dalam membantu perjuangan nasional Indonesia dengan ikut mendirikan Hizbullah dan Sabilillah (bentukan pasca merdeka). Sebagai laskar paramiliter masa bentukan Jepang, Hizbullah sebagaimana paramiliter lain, pada masa mempertahankan kemerdekaan mereka ikut berjuang juga. Hizbullah yang berarti Tentara Allah dan Sabilillah yang berarti jalan Allah. Meskipun 2 pucuk komando berbeda, yaitu Hizbullah dengan KH. Zaenul Arifin dan Sabillilah dengan KH Mas Masykur keduanya tetap kompak untuk berjuang di jalan Allah. Membela panji Indonesia di jalan Jihad Fisabilillah.

Perjuangan tokoh NU di dunia politik Indonesia terlihat ketika masa sebelum kemerdekaan. Terlihat dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 atau yang dikenal dengan Piagam Jakarta. Sudah barang tentu, kisah mengenai Piagam Jakarta diceritakan dalam narasi sejarah kita. Hasyim Asyari terlibat di dalam panitia tersebut. Beberapa tokoh NU lain juga terlibat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia yang digagas oleh Jepang pada saat itu.

Pada masa mengisi awal kemerdekaan NU tergabung dalam partai persatuan dari organisasi Islam di Indonesia, yaitu Partai Majelis Syura Muslimin (Masyumi). Mengisi kabinet di periode revolusi fisik dengan kolaborasi NU, Muhammadiyah, dan Persatuan Islam pemikiran mereka di dunia politik tidak dapat dikesampingkan. KH. Hasyim Asyari, KH. Wahid Hasyim, KH. Wahab Hasbullah tokoh besar NU yang pernah berkecimpung pada Masyumi sebelum NU memilih mengambil jalan politik sendiri pada 1952 di bawah komando KH. Wahab Hasbullah.

NU sebagai organisasi politik berhasil membuktikan bahwa pasca kekecewaan dan ketegangan di kongres 1949 dengan Masyumi, mampu mengikuti pemilu 1955 dengan baik. KH. Idham Chalid yang saat itu sebenarnya juga pimpinan Masyumi, pindah ketika NU memulai politiknya sendiri. KH Idham Chalid ditunjuk sebagai ketua Lajnah Pemilihan Umum Nahdlatul Ulama (LAPUNU). KH Idham Chalid menjadi organisator yang ulung, hingga pada 1955 NU meraup 18% suara lebih dan menempati posisi 3 klasemen akhir pemilu 1955. Jabatan pemerintahan berupa menteri dan kursi dewan mulai didapat kembali dan NU kembali memberikan sumbangsih untuk negeri.

Peran KH. Idham Chalid dalam NU dan dunia politik Indonesia tak dapat diragukan lagi. Sebagai ketua NU terlama dalam catatan sejarah, KH. Idham Chalid juga menjabat jabatan penting selama pemerintahan dua orde berbeda. Pernah menjadi wakil perdana menteri, menteri, wakil ketua MPRS, ketua DPR/MPR telah diembannya. Menunjukkan sumbangsih tokoh NU besar bagi politik dan pemerintahan Indonesia saat itu.

NU sebagai partai berakhir pasca adanya penggabungan partai politik Islam dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pasca pemilu 1971 dan secara gerakan politik praktis berakhir pada 1984. Setelah bergabung pada PPP sebagai partai, tahun 1984 NU menarik diri dari dunia politik praktis dan kembali pada sosial keagamaan sesuai khittah 1926 pada akhir masa kepemimpinan Idham Chalid.

Sumbangsih NU masih dapat dilihat dari beberapa anggotanya yang juga terjun kepada dunia politik dan pemerintahan Indonesia. Tapi Nahdlatul Ulama secara organisasi tidak terlibat lagi sebagai Partai yang membawahi kadernya.

Fajar Wahyu Sejati

#lombanulisretizen, #lombavideorepublika, #satuabadnu, #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image