
NU, Perajut Peradaban yang Retak
Lomba | Thursday, 09 Feb 2023, 08:09 WIB
Nahdlatul Ulama aka NU, telah menginjak usia satu abad. Perjalanan selama 100 tahun belakangan, telah menyisakan jejak-jejak mutiara yang dicatat dalam tinta emas sejarah nasional dan global.
Peran NU telah dilakukan sejak pra kemerdekaan. Pelbagai peranan NU mulai mengusir penjajah, berkhidmat dalam pendidikan, menjaga kemerdekaan bermadzhab, merealisasikan kemandirian umat, menjaga peradaban dan perdamaian dunia, sampai menyelamatkan situs berharga umat Muslim dunia.
Bahkan pada poin terakhir, peranan itu dilakukan sebelum NU terbentuk resmi.
Pendirian NU tercetus dari munculnya benih gejolak dunia Islam internasional. Yang kala itu, kondisi umat tengah dalam ancaman. Seperti serangan atas penghancuran situs-situs bersejarah Islam di Saudi. Bahkan, makam Rasulullah nyaris menjadi sasaran perusakan rezim Ibnu Sa’ud.
Ketika dunia bungkam tak bersuara atas perubahan tatanan praktik ibadah yang anti madzhab di Makkah dan Madinah, perusakan situs Islam, ancaman perusakan makam Rasulullah: KH Abdul Wahab Chasbullah memilih lantang bersuara. Padahal kala itu beliau berusia di rentang usia 20-30 tahun an.
Saat itu, perkembangan dunia Islam di Jazirah Arab tengah berguncang, seusai runtuhnya Turki Utsmani Maret tahun 1924. Yang diriingi naiknya Daulah Ibnu Saud sebagai penguasa tanah Hijaz. Kekuasaan yang didominasi kelompok Pan Islamisme, memicu protes umat dunia, karena massifnya pelarangan amaliah Ahluh Sunnah, anti madzhab dan ancaman perubahan tatanan dunia Islam.
Atas ancaman itu, para Yai, Ulama dan Habaib Indonesia membentuk Komite Hijaz yang maju ke Saudi memprotes sikap pemerintahan Ibnu Sa’ud. Komite ini bertugas menemui Ibnu Sa'ud menyampaikan sejumlah ktirik dan saran. Komite sepakat meracik mandat dan materi pokok yang disampaikan kepada Ibnu Sa'ud dalam forum Muktamar Dunia Islam. Risalah yang dibawa Komite Hijaz ada lima poin, yang seluruhnya berasal dari pokok pikiran para ulama NU.
Perjalanan sejarah itu terekam dalam rangkaian agenda puncak resepsi satu abad NU. Yang tersaji dalam bentuk foto dan dokumen perjalanan Komite Hijaz. Pameran dihelat selama dua hari, 5-6 Februari 2023 di Surabaya, Jawa Timur. Pameran itu menyajikan rekaman kisah perjalanan Komite Hijaz ke tanah Arab Saudi. Sedikitnya ada 40 gabungan foto dan manuskrip sejarah perjalanan Komite ini dengan keterangan yang disematkan di setiap foto dan dokumen.
Dokumen bersejarah Komite itu menjadi catatan sejarah, yang mencerminkan narasi perjuangan dan inisiatif ulama NU mewujudkan peradaban mulia, meninggikan kebebasan bermadzhab, melangitkan fitrah kemanusian yang berbeda, mempraktikan nilai Rahmatan lil Alaamiin, dan menjadi perajut peradaban yang retak.
Kini di usianya yang akan memasuki perjalanan abad kedua, atas perannya, NU juga telah membuka cabang istimewa di luar negeri, sedikitnya tersebar di 34 negara. Mereka turut bertugas sebagai duta perdamaian global. Tugas yang diembannya diharapkan bisa mengikuti jejak para pendahulu NU, yang begitu aktif dan berpengaruh dalam dunia Islam internasional dan peradaban dunia zaman ke zaman.
Dilansir situs Lirboyo, peran-peran yang telah dipraktikan para pendahulu NU, semisal peran KH. Ahmad Sjaichu putra KH Abdul Wahab, yang menjadi Sekjen Organisasi Islam Asia Afrika tahun 1965, Gus Dur yang menjadi Presiden World Conference on Religion and Peace. Lalu KH. Hasyim Muzadi yang pernah menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion and Peace, pun khidmah KH. Sa’id Aqil Siradj dalam menangani perdamaian dunia.
Di era KH Said Aqil Siroj juga punya wadah perdamaian, International Summit Of Moderate Islamic Leaders. Sarana yang mempertemukan ratusan delegasi ulama dari pelbagai negara itu meramu formula mewujudkan dunia berkeadilan.
Bahkan di Afganistan, ulama lintas etnis studi banding ke PBNU, lantas pulang ke negaranya, memutuskan mendirikan Nahdlatul Ulama versi mereka di pelbagai provinsi. Mereka mengkloning NU di negaranya, menjadikan NU sebagai prototipe organisasi yang menebar kedamaian. NU Afganistan tak punya kaitan struktural dengan PBNU, tapi NU dijadikan parameter organisatoris dan sumber inspirasi. Kini sudah berdiri 40 cabang NU Afganistan di pelbagai distrik.
Saya teringat salah satu pesan yang disampaikan almarhum KH Ayyip Abdullah Abbas Buntet Cirebon, kala bermukim di kediamannya selama setahunan. Kata beliau, “Jadilah insan bermanfaat. Perbanyak shalawat, sayangi anak-anak yatim. Terus berbuat, menjadi penengah bagi yang berkonflik, lalu lupakan. Seperti amaliah para Ulama terdahulu.”
Para Ulama NU mungkin telah melupakan kebaikan yang pernah dicontohkannya. Tapi pada akhirnya, jutsru semesta mencatatnya di tinta sejarah. Menjadi inspirasi dan teladan bagi generasi selanjutnya. Dan terbukti, NU tak hanya menjadi pelopor perajut peradaban yang retak. Tapi juga menginspirasi organisasi Islam lain, mereka mengikuti jejak-jejak mutiara para Ulama-ulama NU terdahulu.
Shalaallahu alaa Muhammad.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.