Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Noor Shofiyati

LP Maarif NU dan Pesantren, Arsitek Peradaban Bangsa

Lomba | Wednesday, 08 Feb 2023, 18:08 WIB

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keunggulan peradabannya. Peradaban suatu bangsa dapat dibangun melalui pendidikan. Pendidikan dan peradaban ibarat dua sisi mata uang, keduanya tidak dapat dipisahkan. Kualitas peradaban suatu bangsa berbanding lurus dengan kualitas pendidikan. Sejarah membuktikan bahwa bangsa yang maju dalam pendidikannya, akan menguasai dunia. Melalui pendidikan, manusia dikonstruksi menjadi pribadi-pribadi yang lebih humanis dan berkarakter. Peradaban besar terbentuk melalui pendidikan, melalui budaya menuntut ilmu yang mengakar. Merajut peradaban suatu bangsa yang gemilang pada dasarnya adalah mendesain pola pendidikan yang baik dan terorganisir.

Hakikat paling esensial dalam membangun peradaban adalah mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu. Sumber daya manusia bermutu diperoleh dari pendidikan bermutu, yaitu pendidikan yang mampu mengantarkan anak didik memenuhi kebutuhannya, baik di masa kini maupun masa yang akan datang. Penyelenggaraan pendidikan bermutu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Di Indonesia, beberapa organisasi sosial kemasyarakatan memiliki kiprah dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah Nahdhatul Ulama (NU).

NU memiliki departemen yang fokus menangani bidang pendidikan dan pengajaran formal, yaitu Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif. Secara institusional LP Ma’arif NU mendirikan satuan-satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, sampai perguruan tinggi. Pendidikan NU mempunyai dua ciri yang esensial, yaitu Al-I‟timad alannafsi (berdikari) dan Fil Ijtimaâiyah (memasyarakat/dihidupi oleh masyarakat) (Ahmad Ainun Najib, 2020).

Salah satu model pendidikan yang dikembangkan NU adalah pesantren dan madrasah. Banyaknya pesantren dan madrasah NU yang berdiri merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat nahdliyin untuk membantu memfasilitasi pendidikan. Pendidikan ini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat menengah ke atas tetapi juga menengah ke bawah. Pesantren dan madrasah yang dikembangkan oleh NU tidak hanya menjangkau masyarakat perkotaan tetapi sampai ke pelosok desa, agar masyarakat di pedesaan juga dapat mengenyam pendidikan. Ini merupakan salah satu bentuk sumbangsih NU dalam membangun peradaban.

Menurut Huntington dalam Achmad Juntika Nurihsan (2016), selain agama, faktor yang menentukan peradaban adalah dibangunnya tradisi keilmuan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berakar pada akhlak sebagai jantung peradaban dan pembentukan karakter. Membangun peradaban tidak dapat dilepaskan dari sumber daya manusia sebagai subyek yang menciptakan budaya luhur di masyarakat. Tradisi yang dibangun pesantren menjadi salah satu penopang dalam mewujudkan budaya luhur ini.

Pesantren telah menjadi pondasi dan tiang penyangga paling penting bangunan peradaban Indonesia sejak tahun 1200. Di antara kekuatan konsep pendidikan di pesantren (Imam Suprayogo; 2014: 169) adalah kekuatan kiai dan para ustadz. Pesantren menempatkan kiai pada posisi yang sangat strategis melebihi faktor lainnya. Pendidikan yang dikembangkan oleh kiai menyentuh berbagai aspek (kognitif, psikomotorik, afektif). Melalui pembiasaan dan keteladanan, pendidikan dan karakter di pesantren ditanamkan ke pikiran, hati, dan jiwa para santri sehingga menjadi sebuah tradisi.

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang turut berperan dalam menata peradaban bangsa. Karena di pesantren tak hanya belajar tentang ilmu pengetahuan tetapi juga mengedepankan nilai-nilai, akhlak, kemandirian, kesederhanaan, kegigihan, di mana semua itu menjadi semangat peradaban di masa kejayaan Islam. Pembiasaan karakter di pesantren merupakan landasan fundamental agar tidak mudah limbung oleh turbulensi peradaban. Apa yang diajarkan di pesantren sejalan dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang menjadi demokratis, serta bertanggung jawab.

Karya nyata LP Ma’arif NU dan pesantren sebagai arsitek peradaban bangsa tidak diragukan lagi. Di saat krisis karakter melanda generasi muda pasca pandemi, LP Ma’arif NU dan pesantren tetap berjuang membangun karakter melalui pembiasaan baik. Pembiasaan yang dilakukan secara berulang sehingga menjadi habit, karakter yang menghiasi setiap insan. Mewujudkan individu yang berpikiran, berhati, dan berperilaku baik, menjadi rahmatan lil ‘aalamiin, yang akan mengukir sejarah. Sejarah Indonesia di mata dunia, bahwa Indonesia bukan lagi hanya sebagai penonton negara-negara maju yang sedang membangun mercusuar peradaban. Tetapi sebagai pelaku sejarah, yang menorehkan tinta emas di panggung peradaban dunia. Dari NU untuk dunia.

Dok.: Masemba

#lombanulisretizen, #lombavideorepublika, #satuabadnu, #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image