Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fakhri Yusuf Rudianto

Sumbangsih NU untuk Peradaban Islam

Agama | Tuesday, 07 Feb 2023, 20:52 WIB
Satu abad Nahdlatul Ulama

Berdasarkan kalender hijriyah yang bertepatan pada 16 rajab 1444 H, atau pada Tanggal 7 Febuari Tahun 2023, ini adalah Tahun bersejarah bagi Organisasi Islam terbesar di dunia yakni (Nahdlatul Ulama). Dalam tahun ini Nahdlatul Ulama berusia Ke-1 Abadnya, untuk memperingati tahun bersejarah ini, Ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, menurutnya Harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama merupakan penggerak era baru Organisasi yang didirikan oleh KH Hasyim As’ary. Itulah yang akan menjadi motor penggerak yang akan menentukan masuknya NU ke era abad kedua sekarang. Tema yang di gagas adalah “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”. Tema ini ditetapkan berdasarkan salah satu hadis Rasulullah SAW tentang adanya pembaruan setiap 100 Tahun sekali. Untuk memeriahkan Harlah NU yang ke-100 hal tersebut kita akan membahas sejarah NU dalam peradaban dunia Islam.

Nahdlatul Ulama (NU) sejak kelahirannya merupakan wadah perjuangan untuk menentang segala bentuk penjajahan dan merebut kemerdekaan negara Republik Indonesia dari penjajah Belanda dan Jepang, sekaligus aktif melakukan dakwah – dakwahnya untuk senantiasa menjaga kesatuan negara Republik Indonesia dalam wadah NKRI. Bagaimana NU dalam perannya yang begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, mempertahankan keutuhan NKRI dapat dilihat atas latar belakang lahirnya ormas terbesar di dunia Nahdlatul Ulama (NU). Paling tidak ada tiga alasan besar yang melatarbelakangi lahirnya Nahdlatul Ulama 31 Januari 1926, yaitu pertama, motif agama. Kedua, motif mempertahankan paham Ahlu al-sunnah wa I’-Jama’ah, dan ketiga, motif nasionalisme.

Sebelum membahas makna sebuah Nasionalisme disini kita juga akan mengenal 9 tokoh penting di balik pendiriannya NU, yang pertama yakni:

1. Syaikhona Kholil Bangkalan (1820 - 1925 M ), Penentu Berdirinya NU.

Syaikhona Kholil adalah penentu berdirinya Nahdlatul Ulama dan juga merupakan gurunya para ulama dan kiai di Jawa dan madura, di antaranya KH Hasyim Asy'ari Tebuireng, KH Wahab chasbullah Tambakberas, KH Bisri Syansuri Denanyar, KH As'ad Syamsul Arifin Situbondo, KH Cholil Harun Rembang, KH Ahmad Shiddiq Jember, KH Hasan Genggong, KH Zaini Mun'im Paiton, KH Abdul Karim Lirboyo, dan KH Munawir Krapyak. Syaikhona Kholil merupakan kiai yang menjadi penentu berdirinya NU. Dalam proses pendiriannya para kiai tidak Sembarangan mendirikan sebuah organisasi. Dalam jangka dia tahun Kiai Hasyim Asy'ari meminta petunjuk kepada Allah dengan sholat istikharah, untuk mendirikan Sebuah organisasi yang mewadahi para pengikut ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah.

2. KH M Hasyim Asy'ari (1971 - 1947 M), Pendiri dan Rais Akbar NU.

KH Hasyim Asy'ari Adalah Seorang ulama besar pendiri NU. Ia merupakan Pahlawan Nasional yang memiliki gelar Hadratussyekh yang berarti Maha Guru Dan Syaikhul Masyayikh yang berarti Gurunya para Guru. KH Hasyim Asy'ari menjadi tokoh utama pendiri NU dan menjadi Rais Akbar hingga akhir hayatnya.

3. KH Abdul Wahab Chasbullah (1888 - 1971 M), Inisiator dan Penggerak NU.

KH Abdul Wahab Chasbullah adalah salah satu pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah adalah pelopor kebebasan berpikir di kalangan Umat Islam Indonesia, khususnya di lingkungan Nahdliyin. Ia merupakan seorang ulama yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan berpikir dan berpendapat. Pengalaman menuntut ilmu lima memberikan peluang Kiai Wahab menempa diri dalam berorganisasi. Ia mendirikan organisasi Serikat Islam di Makkah pada 1914. Dalam mendirikan Serikat Islam yang didukung gurunya Kiai Asnawi Kudus, juga Kiai Abbas Cirebon dan Kiai Dahlan Kertosono. Kiai Wahab adalah orang pergerakan. la mengerti bagaimana lobi-lobi politik. Sewaktu di Tanah Hijaz, ia mengikuti dinamika perpolitikan Tanah Air.

4. KH Bisri Syansuri (1887 - 1980 M), Pendiri dan Penjaga Amaliah NU.

KH Bisri Syansuri termasuk salah seorang pendiri NU yang hadir pada 31 Januari 1926 di Surabaya, saat para ulama menyepakati berdirinya organisasi NU. KH Bisri Syansuri duduk sebagai A'wan dalam susunan PBNU pertama kali itu. Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri tak bisa dipisahkan dalam berdirinya Nahdlatul Ulama. Tiga ulama ini memiliki peran masing-masing. Setelah semuanya matang maka NU dideklarasikan pada 31 Januari 1926. Namun di luar sejarah berdirinya NU itu, ada yang menarik diambil pelajaran dari KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri dan KH Hasyim Asy'ari. Mereka tetap kompak meski memiliki pandangan berbeda yang sangat tajam. Dalam pendahuluan buku "Meneguhkan Islam Nusantara, Biografi Pemikiran & Kiprah Kebangsaan", Prof KH Said Aqil Siroj menyebutkan Kiai Wahab dan Kiai Bisri sering berbeda pendapat. Hal itu dapat dimaklumi karena berbeda keahlian. Kiai Wahab menguasai ilmu ushul fiqh, strategi pergerakan dan diplomasi. Adapun Kiai Bisri berpegang kepada dalil-dalil fikih yang ketat. Kepentingan Kiai Bisri hanya satu untuk menjaga kehati-hatian dalam beribadah maupun bermuamalah. Kendati demikian keduanya tetap berjalan beriringan berkat KH Hasyim Asy'ari yang sering mendamaikan.

5. KH Ridwan Abdullah (1884-1962 M), Pencipta Lambang NU.

KH Ridwan Abdullah berperan besar dalam berdirinya NU beliau selalu dikenang adalah sebagai pencipta lambang Nahdlatul Ulama, proses perjalanan penciptaan sampai dengan selesai pun dengan tidak mudah. KH Ridwan Abdullah melaksanakan sholat istikharah guna meminta petunjuk dari Allah Ta’ala. Seusai menunaikan sholat istikharah, beliau tertidur. Dalam tidurnya tiba- tiba beliau bermimpi melihat sebuah gambar di langit biru, yang mana gambar tersebut sangat mirip dengan lambang NU saat ini. KH Ridwan Abdullah mencoba memvisualisasikan apa yang beliau lihat di dalam mimpinya. Sehingga jadilah lambang NU sebagaimana yang beliau lihat di dalam mimpinya dan tetap dipakai hingga sekarang.

6. KH Mas Alwi Abdul Aziz (1891-1946 M), Pencetus Nama Nahdlatul Ulama.

Sebagai disebutkan dalam kisah Berdirinya NU oleh Kiai As'ad Syamsul Arifin, As'ad Syamsul Arifin, bahwa sebelum 1926, Kiai Hasyim Asy'arl telah berencana membuat organisasi Jamiyah Ulama (Perkumpulan Ulama). Para kiai mengusulkan nama berbeda Namun Kiai Mas Alwi mengusulkan nama "Nahdlatul Ulama" Lantas Kiai Hasyim bertanya, "Kenapa mesti pakai Nahdland kok tidak jamiyah Ulama saja?" Sayyid Alwi pun menjawab, "Karena tidak semua kiai memiliki jiwa nahdlah (bangkit). Ada kiai yang sekadar mengurusi pondoknya saja, tidak mau pedul terhadap jamiyah." Akhirnya para kiai menyepakati nama "Nahdlatul Ulama" yang diusulkan Kiai Mas Alwi tersebut.

7. KH Hasan Gipo (1839-1934 M), Donatur dan Presiden HBNO.

Hasan Gipo adalah seorang pengusaha yang di zaman pra Indonesia merdeka, jaringan usahanya sudah ada di berbagai daerah. Ia memiliki puluhan rumah dan toko di Surabaya, sebagian besar tokonya disewa/dikontrak oleh para pedagang keturunan Tionghoa. Juga merupakan pihak elemen kongsi atas sektor usaha perkapalan baik niaga pangan maupun nelayan, di samping pengelolaan bersama tanah dan perkebunan tembakau baik dari Sumenep hingga Bangkalan. Selain itu, aspek yang paling penting adalah kekerabatan yang erat dengan warga NU adalah menjadi lalu lintas penyediaan Al- Qur'an dan kitab-kitab kuning untuk pesantren dan Nahdliyin, bekerja sama keluarga Bahartah yang mendirikan percetakan Al- Ma'arif Bandung. Selain sebagai Presiden HBNO, Hasan Gipo juga menjadi donatur tetap dan penyedia logistik NU sejak awal berdiri, selain tentunya para aghniya' lain yang ikut menyokong perjuangan dan organisasi NU.

8. KH Raden Asnawie (1861-1959 M), Pelopor Komite Hijaz dan Mustasyar Pertama NU.

KH Raden Asnawi dari Kudus termasuk pendiri dan Assabiqunal Awwalun (generasi awal) di organisasi Nahdlatul Ulama. Bahkan, Kiai Asnawi merupakan salah satu pelopor dan anggota delegasi Komite Hijaz, meski pada akhirnya ia gagal berangkat. Beliau juga menjadi mustasyar dalam kepengurusan NU periode pertama. Kiai Asnawi juga merupakan guru para perintis NU. Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahab Chasbullah pernah nyantri kepadanya saat beliau menetap dan menjadi guru di Mekah.

9. KH As'ad Syamsul Arifin (1897-1990 M), Wasilah Pendirian NU dan Penjaga Khittah 1926.

KH As'ad bin Syamsul Arifin adalah ulama sekaligus tokoh penting dalam berdirinya NU, sebab ia adalah penyampai pesan isyarat berupa tongkat disertai ayat Al-Qur'an dari Syaikhona Kholil kepada KH Hasyim Asy'ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya NU. Hingga wafatnya, ia menjabat sebagai Mustasyar PBNU dan juga sebagai pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Situbondo. Ketika KH Hasyim Asy'ari meminta restu kepada gurunya, Syaikhona Kholil, untuk mendirikan jamiyah NU. Kiai As'ad menjadi penyampai pesan Syaikhona Kholil kepada Kiai Hasyim Asy'ari.

Motif nasionalisme timbul karena NU lahir dengan niat kuat untuk menyatukan para ulama dan tokoh tokoh agama dalam melawan penjajah. Semangat nasionalisme itu pun terlihat juga dari nama Nahdlatul Ulama itu pun sendiri yakni, "kebangkitan para ulama". Umat Islam di bawah komando para ulama telah memberikan warna dan sangat yang terang dalam sejarah perjuangan pergerakan kemerdekaan negara Indonesia, utamanya dalam perlawanan menetang penjajahan Belanda, merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada masa revolusi fisik saat seluruh bangsa mempertaruhkan hidup dan mati untuk tetap tegaknya kemerdekaan Indonesia hal ini dapat kita lihat bagaimana latar belakang Nahdlatul Ulama ini lahir, bagaimana peranannya yang begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan keutuhan NKRI. NU pimpinan KH. Hasyim Asy'ari sangat menjunjung tinggi nilainilai kebangsaan, nasionalisme yang berdasarkan atas syari’at Islam ‘alā Ahl alSunnah wal al-Jamā’ah peranan Nahdlatul Ulama pada masa penjajahan.

Semangat membangun peradaban juga dihadirkan NU dalam dunia internasional, salah satunya apa yang di lakukan KH Abd Wahab chasbullah lewat komite Hijaz yang dengan penuh percaya diri menghadapi raja saudi yang beraliran Wahabi. "NU sebagai organisasi yang baru tapi sudah merintis untuk perdamaian dunia, pertama antarumat beragama dan antarmadzhab. Kiai Wahab chasbullah mewakili NU melakukan pertemuan dengan raja saudi yang ingin membongkar makam para sahabat, wali hingga rencana pemindahan makam Rasulullah SAW. Itu politik pertama yang dilakukan NU sebelum Indonesia merdeka.

NU mempunyai beberapa tokoh yang punya kiprah penting, salah satunya adalah KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Dalam Kiprah nya Pemikiran Gus Dur mengajarkan sekaligus mencontohkan bagaimana ber-islam dalam konteks keindonesiaan. "Gus Dur memandang dan meyakini perbedaan adalah rahmat, Sunatullah (telah di gariskan Allah). Perbedaan itulah yang membentuk warna negara Indonesia menjadi bangsa yang terhormat, mandiri dan merdeka lahir batin."Banyak sekali yang telah dilakukan Gus Dur demi perubahanperubahan bagi Indonesia. Salah satu kebijakan beliau yang cukup terkenal adalah mengesahkan hari raya besar Imlek bagi rakyat Tionghoa serta pencabutan Inpres nomor 14/1967 bagi rakyat Tionghoa yang kebebasannya benar-benar terkekang. Gus Dur melihat bahwa masalah pokok dalam hal hubungan antar umat beragama adalah pengembangan rasa saling pengertian yang tulus dan berkelanjutan. “Kita hanya akan mampu menjadi bangsa yang kukuh, kalau umat agama-agama yang berbeda dapat saling mengerti satu sama lain, bukanannya sekadar saling memiliki (sense of belonging), bukannya hanya saling bertenggang rasa satu terhadap yang lain”.Selain kontribusinya di dalam negeri terkait perdamaian bangsa, Gus Dur juga menjadi sorotan tokoh internasional yang namanya wara-wiri di jurnal-jurnal internasional terkait gagasannya tentang perdamaian dan demokrasi. Di sinilah letak pemikiran Gus Dur mengenai negara dan Islam, Gus Dur mencoba menyatukan nilai-nilai luhur Islam yang tinggi dengan sosial-budaya yang mana kedua aspek tersebut harus dapat bersatu tanpa menimbulkan pergesekkan di antara masyarakat yang mana memiliki pandangan yang berbeda-beda. Gus Dur juga berusaha memberikan gagasan bahwa Islam yang sesungguhnya itu tidak harus selalu menjadikan kondisi budaya tersebut harus mengacu kepada budaya arab yang diistilahkan dengan sebutan “Arabisasi”. Itulah beberapa gagasan dan usaha-usaha Gus Dur dalam dinamika kehadirannya terhadap perkembangan Indonesia. Sepanjang perjalanan hidupnya, Gus Dur kemudian dikenal sebagai pembela kaum minoritas, penggerak demokrasi dan mendorong terwujudnya kehidupan damai.

Masduki Baidhowi yang demikian intensif mengikuti diplomasi KH A Hasyim Muzadi menjelaskan bahwa yang dilakukan selama Menjadi ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama adalah memastikan jaringan internasional terjalin dengan baik. "Gagasan besarnya bagaimana mengenalkan Islam di dunia internasional, Islam yang punya kontribusi besar terhadap peradaban, bahwa Islam itu punya nilai-nilai universal peradaban. Islam sesungguhnya yang digagas oleh gusdur yang kompatibel dengan demokrasi. Bahwa Islam kompatibel dengan Hak asasi Manusia (HAM).

Salah seorang pelaku sejarah kiprah Nahdlatul Ulama (NU) dari masa ke masa Adalah KH Sholeh Hayat. Dirinya berharap khidmah yang telah dilakukan Nahdlatul Ulama (NU) selama ini terus dikembangkan. "Pastinya setiap zaman atau masa pasti ada tantangan yang berbeda. " Termasuk tantangan bonus demografi dengan peningkatan jumlah generasi muda. Ini perlu penanganan khusus karena jumlah besarnya potensi warga. Namun demikian, dirinya yang harus terus diperhatikan adalah meningkatkan kualitas warga termasuk lulusan pesantren, kader potensial lain yang di harapkan bisa menjadi generasi penerus, setidaknya menjadi tokoh di lingkungannya masing - masing. Ini pekerjaan besar, "tegasnya.

Nahdlatul Ulama (NU) adalah sungai suci yang mengalirkan tradisi yang menyirami dan menyegarkan kenyataan kekinian dan masa depan para muassis Mencontohkan laku obat tanpo owah dari sumber manunggaling kawulo gusti, Maka istiqomahlah wahai pada kader dengan arus yang bersumber kepentingan nafsumu sendiri, untuk peradaban dunia islam, NU harus berpesan Menciptakan rasa damai antar sesama menciptakan Generasi santri - santri yang Rahmatan Lil'alamin yang membumikan bismillah dalam Membangun Cinta pada alam semesta dan Nahdlatul Ulama (NU) tetep kokoh berdiri dengan prinsip meneladani Rasulullah SAW.

Daftar Referensi:

1. [email protected]

2. majalahaula.id

Nama Penulis:

Fakhri Yusuf rudianto

Blog Penulis:

http://fakhriyr.blogspot.com/

Instagram Penulis:

https://instagram.com/ffakkhryy_?igshid=NTA5ZTk1NTc=

Selamat abad ke dua Nahdlatul Ulama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image