Nahdlatul Ulama, Sepak Bola, dan Harapan pada Erick Thohir
Olahraga | 2023-02-07 17:18:38Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam belum identik dengan sepak bola. Akan tetapi, ada jejak yang kuat dari tokoh-tokoh sohor dan penting dalam sejarah besar NU dengan sepak bola.
Pertama-tama, mari kita bicara soal Dari Kiai Wahab Hasbulloh. Beliau adalah salah satu tokoh penting dan termasuk dalam pendiri sekaligus penggerak NU pada masa awal. Nah, dalam sejarah hidup, Kiai Wahab, dijumpai satu aspek soal sepak bola.
Dikutip dari artikel yang dibuat Farid Alfarisi, Kiai Wahab adalah pendiri klub sepak bola yang cukup sohor di kawasan Jombang pada 1950-an. Klub tersebut berbasis di Tambakbesar dan diberi nama Himpunan Muslimin. Dikemudian hari, nama klub diubah menjadi Harimau, Harapan Muda dan PS Harapan Muda.
PS Harapan Muda bermarkas di Lapangan Tambakberas, utara Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang, dan masik aktif sampai sekarang.
Dari Kiai Wahab, cerita berlanjut ke Gus Dur atau K.H. Abdurrahman Wahid. Gus Dur adalah penikmat bola sejati. Gus Dur tak punya klub sepak bola. Akan tetapi, Gus Dur memainkan, mengamati, dan menulis sepak bola. Opinis Gus Dur soal sepak bola tersebar di banyak media.
Mungkin, jika masih hidup sampai saat ini, Gus Dur akan diundang stasiun televisi menjadi komentar tamu di laga final Piala Dunia. Gus Dur akan mendapat banyak tawaran mengisi konten sepak bola di berbagai salurun YouTube adalah media lainnya.
Gus Dur memaknai sepak bola lebih dari sekadar permainan. Gus Dur paham betul soal taktik, filosofi, dan nilai-nilai sosial yang termuat di sepak bola. Pada tahun 2000, Gus Dur pernag berbalas opini dengan Sindhunata di Harian Kompas dengan memakai istilah-istilah taktik sepak bola.
Karib Gus Dur, Gus Mus atau K.H. Ahmad Mustofa Bisri juga gandrung sepak bola. Semasa sekolah di Mesir, Gus Mus aktif bermain sepak bola. Salah satu saksi dari kehebatan Gus Mus di lapangan hijau adalah ahli tafsir Quran, Prof. H. Quraish Shihab. Mereka pernah bermain bersama di Mesir.
Gus Mus berposisi sebagai pemain belakang atau bek. Prof. Quraish Shihab mengenang Gus Mus sebagai bek yang kuat. Sedangkan, Prof. Quraish Shihab sendiri pernah bermain untuk tim muda klub asal Mesir yakni Zamalek. Hanya saja, beliau memilih tak melanjutkan karier di sepak bola.
Gus Mus, Prof. Quraish Shihab, dan KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, suatu ketika pernah mewakili Persatuan Pelajar Indonesia di Mesir dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Liga Santri dan Porseni 1 Abad NU
Selain merujuk pada tokoh, embirio sepak bola di tubuh NU sudah mulai digerakkan dalam beberapa tahun terakhir. Pada era Menpora Imam Nahcrawi, NU terlibat aktif dalam gelaran Liga Santri.
Lewat organ sayap Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama, digelarlah Liga Santri Nusantara. Pada edisi 2015, atau edisi pertama, keluar Ponpes Nurul Islam Jember sukses menjadi juara pada laga final di Stadion Gelora Delta Sidoarjo.
Satu tahun kemudian, giliran Pesantren Nur Imam Mlangi Sleman yang menjadi juara. Pesantren Nur Imam juga menjadi juara Liga Santri pada edisi 2019. Sementara itu, pada edisi 2017, giliran Pesanter Darul Huda Mayak Ponorogo yang menjadi juara.
Selain itu, sebagai bagian dari acara seabad NU, pada 2023 ini digelar Pekan Olahraga dan Seni (Porseni). Salah satu cabang olahraga yang dimainkan adalah sepak bola.
Porseni NU dibuka pada Ahad, 15 Januari 2023 lalu dengan pertandingan sepak bola antara tim Jawa Timur 1 melawan tim dari DIY 1. Sebuah pesan penting diucapkan Ketua PBNU, KH Miftah Faqih, sebelum laga dimulai.
"Meskipun ini pertandingan, tetapi tidak boleh menjadi ajang permusuhan. Pertandingan adalah salah satu strategi untuk mempererat persaudaraan. Ini perlu kita tegaskan, fair play adalah sportivitas, sportivitas berangkat dari kejujuran," ujar Kiai Miftah Faqih dikutip dari Republika.
Berharap Gebrakan Erick Thohir untuk Sepak Bola NU
NU telah menunjukkan antusiasme yang besar di sepak bola. Namun, perlu dicatat bahwa sampai saat ini belum ada klub sepak bola yang secara khusus terafiliasi dengan NU sebagai organisasi.
Kondisi ini berbeda dengan Muhammdiyah, sebagai sesama organisasi Islam besar di Indonesia.
Paling tidak, ada dua klub sepak bola yang terafiliasi dengan Muhammdiyah. Pertama, ada PS Hizbul Wathan UMY yang terafiliasi dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kedua, ada nama Persigo Semeru Hizbul Wathan yang pernah bermain di Liga 2 dan berada di bawah afiliasi PW Muhammadiyah Jawa Timur.
Bagaimana dengan NU? Sejauh ini tak ada klub sepak bola yang secara resmi berada di bawah naungan atau terafiliasi dengan NU. Padahal, potensi NU untuk ambil bagian di sepak bola Indonesia sangat besar.
NU punya banyak jaringan pesantar di penjuru negeri. Faktor itu bukan hanya membuat -jika kelak ada- klub sepak bola NU punya basis supoter yang besar, tetapi potensi bakat-bakat dari internal klub.
Bayangkan, jika Liga Santri dikemas lebih serius. Digelar setiap tahun dan mencakup kelompok usia U-16, U-18, dan U-20. Lalu, para pemain terbaik dari kompetisi itu diwadahi untuk bermain di sebuah klub sepak bola profesional yang terafiliasi dengan NU. Ini adalah potensi besar.
Mungkin, harapan untuk memaksimalkan potensi tersebut ada pada diri Erick Thohir. Ada dua alasan mengapa Erick Thohir bisa memainkan peran penting bagi perkembangan sepak bola NU dan Indonesia secara umum.
Pertama, kedekatan Erick Thohir dengan NU sudah terjalin dengan baik. Erick Thohir telah mendapat kepercayaan menjadi penaggung jawab acara seabad NU yang digelar pada 2023. Kedua, Erick Thohir punya pengalaman luar biasa di sepak bola.
Erick Thohir pernah menjadi presiden di klub Inter Milan. Selain itu, Erick Thohir juga menjadi orang di balik layar atas sukses Persib Bandung yang tetap eksis dan menjadi klub papan atas di sepak bola Indonesia. Erick Thorhir saat ini juga sedang mencalonkan diri sebagai Ketua PSSI periode 2023 hingga 2027.
Jadi, bagaimana Pak Erick Thohir? Apakah tidak tertarik untuk mengelola sepak bola NU dengan lebih serius?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.