Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Totok Siswantara

Kapan pun, di Mana pun, NU Selalu Jenaka

Agama | Monday, 06 Feb 2023, 16:11 WIB
Gus Dur sang maestro humor - dok. istimewa

Banyak yang kagum ketika membaca Rundown Acara Puncak Harlah 1 Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Luar biasa, peringatan harlah digelar selama 24 jam atau seharian penuh yang dihadiri langsung oleh jutaan orang.

Acara dimulai pukul 00.01 sampai dengan 23.59 WIB. acara pembuka akan digelar ritual Lailatul Qiroah yang dipimpin oleh KH Mutawakkil Alallah yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. Resepsi puncak kemudian dimulai pukul 07.20 WIB yang dibuka dengan istigasah kubro oleh PWNU Jatim, dilanjutkan pembacaan puisi oleh Zawawi Imron.

Presiden Joko Widodo diberi kesempatan untuk menyampaikan amanat dalam acara tersebut. Setelah acara formal resepsi usai, acara beranjak ke hiburan berupa koreografi 12.000 Banser NU yang dipimpin oleh koreografer Denny Malik. Kemudian, disusul musik orkestra yang dipimpin oleh Addie MS bersama paduan suara dari Nahdlatul Ulama. Acara ditutup dengan panggung rakyat berupa konser musik yang menampilkan musisi Maher Zain, Rhoma Irama, Slank, dan ISHARI.

Jika NU punya hajatan akbar, dahulu saya selalu bertanya dan menggoda kepada Agus Salim, sahabat saya sejak remaja, seorang santri NU tulen dari Desa Begadung, Kabupaten Nganjuk. “Lim, apa yang paling kamu kangeni (rindukan) jika NU punya hajatan ?,” sergap saya. Seperti karakter santri NU lainnya, dia enggan menjawab, bisa jadi pertanyaan saya itu kurang relevan dengan kondisi batinnya. Lalu saya tegaskan lagi pertanyaan yang sama, baru menjawab, bahwa yang dia rindukan adalah kejenakaan NU. Bukan karena sahabat saya itu termasuk NU garis lucu, tetapi menurutnya sikap kejenakaan NU itu adalah kearifan lokal yang selama ini mampu membasahi jiwa-jiwa yang kekeringan.

Seketika tawa saya meledak, “ ayo ngguyu !,” jawabku spontan. Jujur saja yang saya tunggu-tunggu dan selalu saya rindukan adalah humor-humor segar dari para Kiai dan warga Nahdliyin apapun strata sosialnya. Di mana pun, kapan pun, NU selalu jenaka.

Mengapa senda gurau lekat dengan NU? tidak seorangpun bisa memberi jawaban yang memuaskan.Tak kurang dari KH Hasyim Muzadi memberi argumen bahwa para ulama selalu menasihati rakyat lewat canda untuk mengurangi tekanan keseharian yang dialaminya. Para ulama harus siap menghibur rakyat yang dekat dengan kesengsaraan, kemiskinan dan ketertinggalan.

Suatu ketika Rais ‘Aam KH Sahal Mahfudz menegaskan, ulama harus tetap segar dihadapkan pada situasi apapun. “Anda bisa bayangkan jika ulama stress, bagaimana jadinya rakyat,” ujarnya saat itu.

Masih hangat dalam ingatan publik ketika Sang Maestro humor NU, yakni Gur Dur, ekspresinya menghadapi pecahnya tangisan Matori Abdul Djalil yang tersedu-sedan di pundaknya. Dihadapan ratusan ribu massa NU di Stadion Senayan, momen itu sangat unik penuh haru dan amat lucu. Terhadap serangan dari lawan-lawan politiknya Gus Dur sering kali membalasnya dengan humor-humor segar.

Bicara kejenakaan di lingkungan NU memang tiada habisnya, bagaikan pabrik humor yang abadi. Ironisnya pabrik humor Srimulat justru sirna ditelan zaman. Untuk memahami filsafat humor di lingkungan NU kita perlu membaca setidaknya dua buku yang menceritakan kisah sahabat yang paling lucu dan kocak, yaitu buku Yang Jenaka karya M Quraish Shihab dan buku Dari Canda Nabi & Sufi Sampai Kelucuan Kita karya A Mustofa Bisri.

Terkait dengan sifat jenaka, Rasulullah SAW memiliki sahabat yang baik hati, menjaga, dan bahkan bisa membuatnya tertawa. Salah satu sahabat nabi yang jenaka dan bisa membuat nabi tertawa adalah Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah.Dia memiliki watak yang jahil dan kreatif, sehingga yang berada di dekatnya bisa tertawa bahagia. Meskipun wataknya lucu, Nu’aiman juga merupakan seorang mujahid sejati. Dia tercatat sebagai Ashabul Badr, pejuang yang pernah mengikuti perang Badar bersama Rasulullah.

Pada saat ini ikwal kejenakaan atau humor punya peran yang amat penting terkait dengan masalah etos kerja. Masalah itu sulit ditingkatkan tanpa melalui rekayasa kebudayaan. Rekayasa itu bisa membentuk pekerja untuk bekerja keras dan cerdik. Serta membentuk sikap positif pekerja yang selalu berusaha untuk maju atau sikap “N ach” (Need of achievement).

Budaya tertawa lepas ternyata semakin penting bagi semua pihak. Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh konsultan internasional Hay Group menyatakan bahwa tipe kepemimpinan organisasi atau manajemen korporasi yang paling efektif pada era sekarang ini adalah yang punya deposit jenaka alias sarat humor. Untuk menghadapi krisis, perusahaan multinasional sekarang ini telah menggencarkan budaya tertawa lepas. Aktivitas terapi tertawa, senam tertawa, dan kreator konten humor telah menjadi tren.

Ikwal tertawa mendapat perhatian yang cukup besar dalam bentuk penelitian terkait kinerja otak manusia. Seperti yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang terus melakukan riset mengenai kebiasaan tertawa dan fungsi otak.

Secara ilmiah tertawa lepas atau tertawa tulus sangat berbeda efek dan maknanya dengan tertawa palsu. Tertawa lepas sangat berguna untuk menyehatkan jiwa, memompa motivasi diri, terapi penyembuhan jasmani dan rohani, serta obat pengusir stress atau depresi yang paling ampuh. Tertawa lepas bisa dideteksi secara ilmiah, begitu pula dengan tertawa palsu.

Tertawa lepas atau senyuman sejati oleh pakar psikologi Ekman disebut dengan istilah tertawa Duchenne. Istilah tersebut diambil dari nama seorang neurologis asal Prancis Duchenne de Boulogne. Dia melakukan riset pertama dalam bidang tersebut pada 1980-an. Teorinya menyatakan bahwa senyuman yang tulus melibatkan secara simultan dua otot wajah , yakni otot zygomatic major, yang memanjang dari tulang pipi dan mengangkat sudut-sudut mulut. Dan yang kedua bagian luar dari otot obicuralis oculi, yang mengelilingi mata, dan terlibat dalam menarik ke bawah alis mata dan kulit di bawah alis mata, dan menarik ke atas kulit di bawah mata, dan mengangkat pipi-pipinya.

Tertawa atau senyuman yang artificial atau palsu hanya melibatkan otot zygomatic major. Duchenne menyimpulkan bahwa emosi dari kesenangan yang jelas diekspresikan pada wajah oleh kontraksi gabungan antara otot zygomatic major dan obicuralis oculi.Yang pertama mematuhi keinginan kita, namun yang kedua hanya dimainkan oleh emosi-emosi yang manis oleh misteri jiwa.

Kepada seluruh Warga NU, selamat memperingati harlah satu abad, jangan lupa bahagia dan tetaplah jenaka. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image