Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Alwan Hilmi

Aktualisasi Sumbangsih NU untuk Peradaban Islam

Agama | Monday, 06 Feb 2023, 11:57 WIB

Agama merupakan sistem yang mengontrol manusia agar tetap menghamba kepada Tuhan. Tanpa agama, manusia bebas berkehendak, bebas untuk melakukan hal yang dilakukannya, yang mengakibatkan kerusakan bagi alam semesta. Dengan agama manusia jadi lebih teratur, lebih menjaga, dan lebih bisa menahan diri agar tidak merusak. Ketunggalan agama di dunia adalah hal yang mustahil. Karena berbedanya penafsiran manusia-manusia atas teks-teks yang diturunkan Tuhan melalui Nabi-Nabinya. Tidak ada agama yang mengajarkan tentang kerusakan, kekacauan, saling membenci, serta superior dan inferior satu sama lain. Maka dengan secara otomatis, agama dapat dipastikan mengajarkan tentang kebenaran universal, kebaikan dan keindahan. Maka dari itu, sikap inklusivis dalam beragama patut diperhitungkan, selain juga sikap esklusive. Memang agama butuh esklusivitas, karena dengan itu manusia yakin bahwa yang dianutnya adalah benar.

Untuk menemukan solusi atas sikap destrktif ini, kita dapat menemukan sebuah acuan teoretis dan praktis yang disampaikan oleh mereka yang peduli terhadap kerukunan antaragama. Paling esensial adalah adanya dialog antarumat beragama. Masyarakat beragama, harus meninggalkan zaman monolog untuk menuju zaman dialog. Menurut ahli ada dua prinsip yang harus dipegang oleh orang yang ingin berdialog. Pertama, toleransi dan kedua, pluralisme (Alwi Shihab: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, 41). Dialog yang tidak disertai dengan sikap toleran tidak akan muncul sikap saling pengertian dan respek satu dengan lain. Pluralisme yang menjadi unsur kedua pun berperan penting, agar terciptanya kelanggengan antarumat.

sumber foto NU online

Nahdlatul Ulama mempunyai sikap-sikap yang telah disebutkan di atas. Yaitu mengajak kepada dialog keagamaan. Dialog tersebut dibangun NU untuk kemajuan umat Islam sendiri di Indonesia, agar tidak hanya berkutat pada persoalan yang menyangkut internal, tetapi juga harus memikirkan masalah Internasional.

Landasan prinsip mengenai toleransi, kebebasan, keterbukaan, kewajaran, keadilan, dan kejujuran adalah fitrah ajaran Kitab Suci bahwa kebenaran Universal dengan sendirinya adalah tunggal, meskipun ada kemungkinan manifestasi lahiriahnya beragam. Dari sisi ini kita menghasilkan pandangan antropologis bahwa pada mulanya umat manusia adalah tunggal, karena berpegang kepada kebenaran yang tunggal. Tetapi mereka justru berselisih kepada sesama setelah kebenaran itu datang dan mereka berusaha memahami dengan jangkauan akal mereka masing-masing. Maka timbulah perbedaan penafsiran di antara mereka terhadap kebenaran yang tunggal itu, yang makin tajam akibat vested interest akibat nafsu untuk memenangkan pergulatan kebenaran satu dengan yang lain (Nur Cholis Majid: Islam, Doktrin dan Peradaban, 175).

Problem yang mungkin bisa mengganjal keharmonisan sosial dalam segi teologi adalah konsep tentang tauhid. NU mengajarkan para pemeluk agama Islam dan agama lain untuk bertauhid secara tuntas sebagaimana yang mereka yakini, dalam menegakkan kesepakatan tentang kalimatun sawâ. NU berhasil menyusun dan melaksanakan konsep jama’ah yang mengantarkan sasaran pembinaan agama yang berwatak lain, yaitu lebih menekankan segi-segi akhlak. Keberhasilan NU tersebut bahkan bisa melebar kepada metode pemberian pelajaran agama di sekolah-sekolah ataupun universitas. NU beranjak dari soal keterpakuan kepada soal sah atau tidak sah dalam membaca diskursus keagamaan, melainkan menuju kepada pesan-pesan substansial, yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam ibadah tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image