Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabila Annuria

Urgensi Fatwa NU untuk Tanam Hortikultura di Pekarangan

Agama | Sunday, 05 Feb 2023, 14:58 WIB
Kegiatan LPPNU Cabang Bekasi (dok organisasi)

Dunia sedang terancam oleh masalah pangan. Di tanah air beberapa komoditas hortikultura seperti cabai sering menyebabkan inflasi. Masalah pangan khusunya komoditas hortikuluta mestinya bisa diatasi dengan menanam sendiri di pekarangan warga.

Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) yang dipusatkan di Sidoarjo diharapkan melahirkan fatwa agar masyarakat luas, khususnya warga NU bergiat menanam beraneka jenis tanaman hortikultura di pekarangan rumahnmya, dilingkungan pondok pesantren, serta di tanah yang nganggur. Fatwa itu amat penting sebagai solusi untuk mengatasi krisis pangan dan sebagai edukasi agar masyarakat rajin bercocok tanam.

Fatwa NU terkait pertanian sangat dibutuhkan, tahun lalu para Kiai NU membuat fatwa terkait lahan produktif. Para kiai melihat ketersediaan lahan produktif di Indonesia semakin susut. Di tengah alih fungsi lahan produktif yang didukung modal besar dan perizinan, masa depan swasembada pangan yang bergantung pada lahan menjadi bermasalah. Melihat mudhorot yang lebih besar itu, para kiai mengeluarkan fatwa haram atas konversi lahan produktif. Fatwa haram ini diputuskan dalam forum bahtsul masail NU di pesantren Al-Manar Azhari, Limo, Depok. Forum yang waktu itu dipimpin Rais Syuriyah PBNU KH A Ishomuddin ini sepakat menyatakan haram atas kegiatan alih fungsi lahan produktif seperti lahan pertanian, perkebunan, atau ladang menjadi perumahan, perkantoran, pabrik, atau jalan.

Selama ini NU menaruh perhatian besar terhadap sektor pertanian. Yang berkompeten untuk mengurus pertanian adalah Lembaga Pengembangan Pertanian NU (LPPNU). Adapun Kepengurusan Lembaga Pengembangan Pertanian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPP PBNU) masa khidmat 2022-2027 dipimpin oleh Dr Tumiyana.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia pada Minggu IV Januari 2023, perkembangan harga sampai dengan minggu keempat Januari 2023 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,39% (mtm). Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, menyatakan, komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan minggu keempat yaitu bawang merah, cabai rawit masing-masing sebesar 0,06% (mtm), cabai merah, beras masing-masing sebesar (0,05%, mtm), bawang putih (0,02%, mtm), tahu mentah, kangkung, nasi dengan lauk, dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Indonesia mestinya menjadi penghasil hortikultura terkemuka di dunia, karena segala jenis sayur-sayuran dan buah-buahan bisa tumbuh subur. Namun apa yang terjadi hingga saat ini masih banyak pekarangan rakyat yang dibiarkan kosong. Kenapa tidak digunakan sebagai tanaman kebun. Istilah Hortikultura berasal dari bahasa Yunani, dari kata hortus dan cultura. Hortus memiliki arti tanaman kebun. Sedangkan cultura atau colere berarti budidaya. Secara sederhana pengertian hortikultura adalah budidaya tanaman kebun yang meliputi sayur dan buah-buahan.

Komoditas hortikultura amat penting karena kini masih banyak kasus kekurangan gizi mikro di negeri ini. Budaya makan sayur terhadap anak usia dini sekarang ini sangat memprihatinkan. Pola makan anak-anak kita telah bergeser kearah makanan kemasan plastik yang miskin gizi dan kandungan zat-zat pembentuk tubuh yang sangat vital. Dampaknya, berbagai penyakit serius seperti leukemia, penyakit mata, dan lain-lainnya sekarang ini menduduki prosentase yang cukup tinggi.

Fakta juga telah menunjukkan bahwa kekurangan gizi mikro seperti yodium, zat besi, vitamin A dan lain-lain pada saat ini juga terus bertambah hampir merata di setiap propinsi termasuk di kota-kota besar. Disisi yang lain, tanah air Indonesia merupakan surga sayur mayur dan buah-buahan yang sangat strategis untuk mengatasi berbagai problema diatas. Begitu juga dengan tradisi budaya kita yang memiliki kekayaan kuliner yang menyajikan berbagai aneka menu masakan sayur mayur.

Hortikultura merupakan paradoks bagi Indonesia yang mestinya bisa menjadi surga penghasil buah-buahan dan sayuran. Menghadapi serbuan impor hortikultura perlu solusi yang mendasar dengan cara menggenjot produk domestik lewat program menanam aneka hortikultura di pekarangan rumah rakyat. Masalah hortikultura semakin runyam, karena adanya pelonggaran impor sejumlah produk hortikultura dan pertanian karena tuntutan Amerika Serikat di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Hal itu menjadi salah satu penyebab meningkatnya impor komoditas pertanian selama ini.

Program tanaman pekarangan juga bisa mengatasi kebutuhan ibu rumah tangga terhadap bumbu dapur. Sudah waktunya pemerintah menggalakkan program intensifikasi atau pemanfaatan lahan pekarangan secara efektif untuk menanam hortikultura dan tanaman pangan lainnya.Dengan tersedianya aneka benih dan polibag yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat maka pekarangan rumah rakyat yang kosong bisa menjadi produktif dan bernilai tambah ekonomi.

Pekarangan rakyat mestinya bisa menjadi lumbung pangan yang luar biasa jika kondisinya berkecukupan benih dan peralatan menanam. Pada zaman pemerintahan orde baru dulu sering diadakan lomba pemulia tananam pangan di pekarangan rakyat. Seperti lomba menanam cabe dan sayuran yang memiliki produktivitas tertinggi. Lomba-lomba seperti ini diadakan disetiap RT/RW.

Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan untuk membantu proses-proses metabolisme di dalam tubuh, sedangkan antioksidan mampu menangkal senyawa-senyawa hasil oksidasi, radikal bebas, yang mampu menurunkan kondisi kesehatan tubuh.

Balita dan anak usia sekolah dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram per orang per hari dan bagi remaja dan orang dewasa sebanyak 400-600 gram per orang per hari. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi tersebut adalah porsi sayur. Anjuran konsumsi sayuran lebih banyak daripada buah karena buah juga mengandung gula, ada yang sangat tinggi ada pula yang jumlahnya cukup.

*) Oleh : Nabila Annuria, praktisi industri dan menekuni ilmu Kimia, tinggal di Sidoarjo.

#lombanulisretizen, #lombavideorepublika, #satuabadnu, #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image