Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Alwan Hilmi

Sumbangsih NU untuk Peradaban Islam

Agama | Sunday, 05 Feb 2023, 10:54 WIB

Sumbangsih NU untuk Peradaban Islam

Peradaban Islam saat ini bisa dikatakan cukup maju. Namun, saya melihat wacana agama banyak diwarnai dengan kekhawatiran menguatnya eksklusivisme legal-tekstual bersama masuknya paham Islam yang transnasional, yang sayangnya sedikit bermusuhan dengan budaya dan produk lokal Indonesia. Nahdlatul Ulama menginginkan pemahaman yang dianut Muslim itu berdasarkan pada pemahaman konteks, bukan hanya sekadar teks. Dalam artian, menggabungkan realitas dengan wahyu. Nahdlatul Ulama melihat ada cara tertentu yang bisa dipakai untuk menghubungkan antara teks wahyu dengan realitas yang berkembang dalam masyarakat. Pertama, NU berkeyakinan bahwa wahyu menghargai realitas yang ada. Wahyu adalah respons atas apa yang terjadi pada realitas, oleh sebab itu maka teks-teks al-Qur`an itu tentunya diturunkan tidak lepas dari horizon manusia itu sendiri. Maka indikasinya adalah penafsiran-penafsiran yang dilakukan harus mencapai nilai atau prinsip universal, yaitu mashlahat untuk semuanya. Kedua, NU melihat realitas sebagai hikmah dari Tuhan agar manusia mengerti.

NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia yang lahir dari warisan para leluhur, menginginkan peradaban Islam yang maju dan moderat. Namun dengan tidak meninggalkan warisan budaya-budaya yang baik dari para leluhur. Peninggalan budaya selama bisa dibuktikan tidak bertentangan dengan syari’at yang ada dan dari segi pemahamannya, sedikit atau banyak, maka itu merupakan peninggalan Nabi. Bukankah sunah dalam arti budaya Nabi? Dengan begitu, bukan hanya boleh dianut, budaya juga mempunyai tempat yang terlegitimasi oleh agama.

Mengusung Islam wasathiyyah, NU sangat memahami problem yang terjadi dan akan terjadi pada umat Islam sendiri. Modern, tradisional, dan sufistik adalah suatu integral yang ada dalam NU. Dengan ketiga nilai tersebut, maka peradaban Islam akan maju. Hal tersebut dibuktikan NU dengan melahirkan karya-karya dari para Ulama NU. Seperti kitab Tharîqah al-ẖushûl ‘alâ Ghâyat al-Wushûl karya K.H. A. Sahal Mahfudh yang merupakan kitab Ushul Fiqih. Kemudian kitab Fatẖul Mujîb al-Qarîb yang merupakan karya K.H. Afifuddin Muhajir. Dia adalah Rois Syuriah PBNU dari Ma’had ‘Aly Pondok Pesantren Sukorejo, Situbondo. Kitab tersebut melengkapi daftar kajian fiqih santri Indonesia. Ada juga kitab Aẖkâmul Fuqahâ’ merupakan panduan hidup sehari-hari Muslim Nusantara. Kitab tersebut memuat 495 persoalan kebangsaan dan kenegaraan yang timbul di tengah Muslim Indonesia sejak 1926-2014.

K.H. Hasyim Asy’ari pernah mendeskripsikan keislaman Indonesia dalam kitabnya Risâlah al-Sunnah wa al-jamâ’ah sebagai masyarakat yang memiliki pandangan dan mazhab yang sama, serta mempunyai referensi dan kecenderungan yang sama. Aktualisasi dari referensi dan sumber yang sama memunculkan tradisi dan norma. Seperti mencintai sesama manusia, berbuat baik kepada seluruh makhluk Tuhan, menghormati budaya leluhur dan lain-lain.

Nahdlatul Ulama juga melahirkan teknologi untuk menjawab tantangan zaman, yaitu berupa NU Tech. Dalam NU Tech tersebut ada beberapa kategori. Pertama, kategori sosial-preneur bernama Saqinah. Platform ini menawarkan pendidikan sebelum nikah dengan pembelajaran berbasis daring. Kemudian ada inovasi NU Bike. Platform ini memberikan pelayanan berupa jasa antar jemput dan menyewakan sebuah unit dengan tenaga listrik guna menuju nol emisi. Kemudian juga ada Water Coint, Ternak Craft, Kepul, Majliz, dan Digisam. Dengan lahirnya teknologi tersebut, NU berharap umat Islam menjadi maju dan mencapai peradaban yang tinggi. NU berhasil mempromosikan kedekatan Islam dengan budaya lokal dan modernitas.

Bagian paling penting untuk dicermati adalah bagaimana NU mengaktualisasikan nilai-nilai kultural, spiritual, dan modernitas dalam transformasi masyarakat muslim. Oleh karena pandangan NU yang penuh optimisme kepada kehidupan dan manusia, terlebih mengajarkan etos kerja yang positif guna mendukung suatu transformasi sosial yang positif, maka NU adalah wadah yang tepat bagi umat Islam di Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image