Mengapa Setiap Beribadah, Hati Terasa Kosong?
Agama | 2023-02-03 20:52:33Mengapa Setiap Beribadah, Hati Terasa Kosong?
Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi)
Seorang Muslim yang telah mengucapkan syahadat sebagai sumpah dirinya dihadapan Allah dan Rasul-Nya dituntut untuk beribadah kepada Allah karena hal tersebut merupakan tujuan ia diciptakan dan sebagai konsekuensi dari keimanannya kepada Allah baik secara uluhiyah maupun rububiyah. (Lihat: QS Adz Zariyat ayat 56). Oleh sebab itu agar setiap aktivitas bernilai ibadah, seorang Muslim wajib melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Namun sayangnya dalam proses ini banyak diantara manusia yang hatinya merasa kosong saat beribadah dan ibadah hanya sekedar menjadi rutinitas harian atau penggugur kewajiban. Lalu bagaimana mengatasi hal tersebut? Bisakah ibadah yang kita lakukan menjadi lebih bermakna dan tidak sekedar rutinitas?
Ihsanul Amal
Ibadah atau amal sholih yang dilakukan manusia merupakan sebuah syarat untuk melaksanakan perintah Allah dan agar mendapatkan pahala yang besar di sisi-Nya. Namun untuk melaksanakan perintah-Nya dan mendapatkan pahala, seorang Muslim harus memahami terlebih dahulu syarat diterimanya amal perbuatan.
Suatu amal dikatakan ihsanul (terbaik) dan diterima oleh Allah jika amal tersebut memenuhi dua syarat. Pertama, niatnya benar karena Allah dan kedua, caranya benar sesuai yang dituntunkan oleh Nabi ﷺ. Jika kedua syarat ini tidak dipenuhi salah satunya atau keduanya maka amal perbuatan ilakukan menjadi sia-sia dan tidak diterima Allah bahkan menjadi amal buruk. Contohnya seseorang yang memiliki niat yang benar namun caranya salah adalah ketika ia bersedekah namun menggunakan harta yang haram. Begitupun jika niatnya salah dan caranya benar maka dalam beramal muncul motif-motif tertentu seperti ingin dilihat atau dipuji (riya’), motif materi, dan sebagainya. Bahkan menjadi amal buruk jika niatnya salah dan caranya juga salah seperti perbuatan korupsi, pencurian dan perbuatan zalim lainnya.
Oleh sebab itu wajib bagi seorang Muslim untuk mengetahui syarat diterimanya amal ini agar setiap amal sholih yang dilakukan menjadi terbaik dan diterima oleh Allah sehingga ia semakin bersemangat untuk memperbanyak amal sholih dan selalu berhati-hati dalam beramal.
Allah Ta’ala berfirman “Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)”. (TQS Al-An’am ayat 160)
Juga firman-Nya yang lain “Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (TQS Ali ‘Imran ayat 148).
Agar Ibadah Tidak Sekedar Rutinitas
Poin selanjutnya yang perlu diperhatikan agar hati tidak merasa kosong saat beribadah adalah dengan menghadirkan ruh yaitu kesadaran adanya Allah yang mengawasi setiap aktivitas kita. Dengan adanya kesadaran akan hubungan kita kepada Allah, kita akan berusaha untuk menjadikan ibadah atau amal kita menjadi terbaik dan diterima oleh Allah.
Menghadirkan ruh ini menjadi penting bagi seorang Muslim agar ia tidak berani melakukan kemaksiatan setelah ia beribadah. Misalnya fungsi ibadah sholat adalah untuk mencegah kemungkaran maka dengan adanya ruh, diharapkan setelah sholat seorang Muslim tidak melakukan kemungkaran. Jika setelah sholat keadaan seorang Muslim masih sama seperti sebelum sholat semisal tidak menutup aurat, berpacaran, melakukan riba dan kemaksiatan lainnya maka ada yang salah dari sholatnya dan ibadah yang dilakukan tentu hanya sekedar rutinitas belaka tanpa makna.
Prinsip menghadirkan ruh ini adalah kunci para sahabat Nabi ﷺ terdahulu untuk fastabiqul khairat (berlomba-lomba di dunia untuk memperbanyak amal sholih) sehingga para sahabat tidak pernah merasakan kekosongan jiwa dan memiliki rasa takut untuk berbuat mungkar karena mereka sadar ada Allah yang Maha Melihat seluruh aktivitas mereka padahal mereka telah dijamin surga.
Dengan demikian seorang Muslim harus menghadirkan ruh dalam setiap aktivitasnya dan memperhatikan kaidah diterimanya amal agar setiap ibadah atau amal sholih yang dilakukan membuat ia bertambah baik dari keadaannya yang sebelumnya dan ibadah yang dilakukan menjadi lebih bermakna. Namun jika ibadah yang dilakukan masih terasa kosong, bisa jadi hal ini disebabkan aktivitas sehari-hari kita yang tidak banyak diisi kebaikan namun lebih banyak diisi aktivitas melalaikan bahkan keburukan. Wal iyadzubillah. []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.