Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Anwar

Satu Abad NU: Antara Cita dan Fakta

Lomba | Thursday, 02 Feb 2023, 09:42 WIB
Satu Abad NU "Merawat Jagad, Membangun Peradaban". (NU Online).

Tahun ini Nahdlatul Ulama akan memasuki usianya yang ke satu abad menurut kalender hijriah. Dalam usia satu abadnya, sudah logis NU sejak kelahirannya hingga sekarang telah melewati kesejarahan yang sangat panjang melintang, aral batu dan onak duri sudah pernah ia rasakan. Dalam hal ini, NU bukan hanya mampu bertahan tetapi juga bisa berkembang dan bertumbuh. Ini menarik, satu hal yang bisa kita sebut sebagai kekuatan daya tahan yang memiliki keunikannya sendiri.

Dalam usianya yang sudah satu abad, NU secara tidak langsung menghadapkan dirinya kepada cita dan fakta. Cita yang berarti harapan, menakar seberapa mampukah NU menjawabi tantangan zaman ke depan. Sementara fakta menimbang seberapa siap dan tangguhkah warga NU melalui abad keduanya. Antara cita dan fakta adalah dua hal yang saling bertautan satu sama lain.


Seiring dengan itu, untuk menjawabi antara cita dan fakta tadi, perlu lebih dulu mengetahui apa sebetulnya yang antara lain menjadi objek perubahan, tantangan dan perjalanan NU ke depan. Bukan perkara mudah untuk membagi objek tersebut, mengingat satu abad ke depan perubahan-perubahan akan terjadi sangat cepat dan dinamis. Terlebih saat ini, ketidakpastian sudah semacam menjadi normalitas baru. Untuk menjawabi antara cita dan fakta perlu kiranya membaginya kepada tiga objek pertama pendidikan, kedua ekonomi dan terakhir demografi.

Pertama pendidikan, pondok pesantren sebagai basis lokal dari NU di depan akan menghadapi perubahan zaman yang dinamis. Ini adalah tantangan tersendiri bagi pesantren. Jika menoleh dari sejarahnya, memang pesantren tampil sebagai lembaga pendidikan yang lentur dan adaptif. Terbukti, di tengah deru ekspansi metode dan banyaknya tawaran pendidikan pesantren mampu bertahan dan tidak tergerus lalu hilang dengan sendirinya. Akan tetapi meski demikian, titik tekan dan fokusnya adalah seberapa mampu dan jauhkah pesantren dapat menjaga nilai-nilainya yang kemudian bisa menjadi hal integral dalam kemajuan sebuah negara.

Di depan kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi, bukan tidak mungkin pesantren menjadi semacam barang usang yang ada bentuknya tapi kehilangan nilainya. Nilai pesantren dalam ukuran paling kecilnya adalah moral kehidupan yang berdasarkan keislaman. NU memiliki tantangan ini di depan. Dengan basis lokalnya yang tersebar dibanyak tempat mampukah untuk menjaga nilainya dan lebih adapatif untuk kemajuan bersama.

Kedua ekonomi, berdasarkan data Bappenas dalam Visi Indonesia Emas 2045 akan terjadi peningkatan ekomoni atau adanya peningkatan jumlah kelas menengah Indonesia. Dalam sektor ekonomi NU sebagai organisasi kemasyarakatan dituntut untuk dapat mendorong kenaikan taraf hidup warganya. Posisi seperti pebisnis, tenokrat dan lainnya merupakan ladang baru untuk diisi oleh warga NU. Kemajuan ekonomi ini, selain menyambut juga perlu persiapan. Semisal, NU menciptakan wadah pelatihan dan persiapan skill untuk lahan kerja. Sehingga NU tidak saja menyasar dalam bidang keagamaan saja tetapi juga memperhatikan taraf hidup warganya.

Yang diperlukan dalam menghadapi Indonesia emas nanti adalah kesigapan NU membaca situasi zaman lalu melakukan inisiatif-inisiatif yang inovatif untuk menjawabi kebutuhan. Kemandirian ekonomi adalah sebuah keharusan bagi NU agar dapat memajukan organisasinya dan tidak terperangkap dalam tawanan sementara kepentingan politik praktis belaka.

Terakhir demografi, mengingat nanti pada tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi. Di tahun itu, Indonesia akan kebanjiran masyarakat yang berusia terbilang muda. Ini adalah sebuah kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan. Ibarat olahraga sepak bola, bonus demografi haruslah kita jemput, tidak bisa duduk sambil berpangku tangan nir persiapan. NU dengan Ansor, Ipnu, Banser serta jam’iyahnya dapat disinergikan dalam gerakan-gerakan sosialnya. Entah berupa peningkatan kapasitas maupun kualitasnya. Menyambut bonus demografi ini bukan lagi pekerjaan milik NU saja akan tetapi lebih baiknya adalah menjadi kerja bersama yang multi sektor dan multi pola.

Dengan begitu, sesuai dengan temanya “Merawat Jagad, Membangun Peradaban” NU sudah saatnya mengepakkan sayapnya lebih jauh lagi dan menapakkan kakinya lebih dalam lagi. Fokus garapan NU tidak melulu di internal tapi mulai merambah ke luar, dan menjadi promotor majunya peradaban. Lalu peran NU kiranya dapat dirasakan hingga bagian akar rumput yang paling kecil memakmurkan dan memajukan jam’iyahnya. Begitulah satu abad NU antara cita dan fakta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image