Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Totok Siswantara

Pesantren, Gudangnya Kreator Konten Keindonesiaan

Agama | Friday, 27 Jan 2023, 10:59 WIB
Para santri sedang memperagakan seni tari ( foto Republika )

Pesantren Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran besar sebagai promotor aliansi peradaban universal, khususnya peradaban Islam. Aliansi peradaban amat penting bagi negara yang beraneka ragam seperti Indonesia. Langkah pesantren yang mengedepankan toleransi dan multikultural pada gilirannya bisa menyuburkan konten Keindonesiaan yang bernilai tambah tinggi.

Ketua pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyatakan puncak resepsi Peringatan 1 Abad NU yang akan dilaksanakan di Gelora Delta Sidoarjo Jawa Timur pada Februari 2023 mendatang, akan dihadiri tidak kurang dari satu juta warga NU.

Menurutnya ada sembilan kegiatan besar yang digelar NU dalam menyongsong 1 abad berdirinya Jamiyyah Nahdlatul Ulama. Antara lain Forum R20, Halaqah Fiqih Peradaban, Festival Tradisi Islam Nusantara, Gerakan Kemandirian Nahdlatul Ulama, NU Hackathon, Pekan Olahraga NU, Anugerah Tokoh An-Nahdlah, NU Women, dan Resepsi Puncak Peringatan 1 Abad NU.

Panitia Pusat Peringatan Satu Abad NU antara lain Eric Thohir sebagai Ketua Steering tentunya berusaha keras dan mampu berperan sebagai agregasi konten yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara, bahkan dunia. Tak bisa dimungkiri bahwa pesantren, khususnya NU sebenarnya adalah gudangnya kreator konten Keindonesiaan.

Menyimak biografi Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sejatinya ia adalah pelopor dan sekaligus maestro kreator konten bagi Indonesia. Pada zamannya Gur Dur begitu piawai menciptakan humor-humor segar yang dalam ukuran kekiniaan konten Gur Dur itu sudah barang tentu mudah viral dan gampang menjadi trending topik. Gus Dur juga rajanya konten komentator sepak bola pada eranya. Apresiasi Gur Dur terhadap seni dan budaya sangat pamtas dinobatkan sebagai raja konten.Terkait dengan seni musik Gur Dur juga memiliki tingkat apresiasi yang tinggi.

Jiwa Kosmopolitanisme Gus Dur terlihat melalui seleranya atas ekspresi musik dan kesenian. Kita bisa membuka arsip Majalah Matra edisi Januari 1987 yang mengulas Gus Dur sedang menikmati musik dan mencari inspirasi di ruang toko kaset Duta Suara, Jakarta. Foto Gus Dur yang tengah mencoba kaset pada pemutar lagu dengan headphones merupakan salah satu foto yang ikonik, menunjukkan bahwa Gur Dur adalah seniman atau budayawan tulen.

Gus Dur sedang menikmati musik di toko kaset ( dok istimewa )

Jiwa seni Gus Dur tumbuh sejak kecil, tergambar dalam buku yang berjudul The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, karya Greg Barton yang mengisahkan pertemuan Gus Dur kecil dengan seseorang bernama Williem Iskandar Bueller. Ia merupakan sahabat dari ayahanda Gus Dur, KH Wahid Hasyim. Saat itu, Gus Dur sering dititipkan di rumah Bueller sepulang sekolah. Di rumah Bueller itulah, melalui piringan hitam yang diputar dengan gramofon, Gus Dur mulai mendengar Simfoni No. 9 karya Beethoven, Eine Kleine Nach karya Mozart, atau Konserto Brandenburg karya Bach. Gus Dur jatuh cinta kepada karya Beethoven sejak hari pertama ia mendengarnya lewat gramofon Bueller.

Melihat perjalanan hidup Gus Dur dan para pengasuh pesantren NU lainnya, kita jadi paham bahwa pesantren adalah gudangnya kreator seni dan budaya. Mestinya hal itu menjadi sumber daya bangsa yang luar biasa dan bisa mendatangkan nilai tambah ekonomi dan sosial yang signifikan.

Perlu platform terkini untuk menumbuhkan kreator konten di pesantren. Kreator top saat ini antara lain Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau Gus Ipang bisa menjadi role model sebagai kreator konten pesantren. Cicit KH Hadratussyekh Hasyim Asy'ari itu sangat piawai membuat konten di era digital yang jago pilih topik yang dekat dengan kita.

Peringatan satu abad NU mesti bisa membangkitkan para santri yang jumlahnya jutaan, yang notabene adalah kaum muda belia yang sangat menentukan masa depan bangsa. Mereka memiliki potensi besar untuk memajukan Indonesia dengan memproduksi konten-konten yang mencerahkan dan inspiratif.

Jutaan santri yang setiap tahun silih berganti mengisi kelas pesantren di seluruh pelosok negeri ini. Mereka harus diberi bekal agar nantinya tidak hanya pandai berdakwah, tetapi juga mampu menciptakan nilai tambah berbagai bidang kehidupan. Terutama nilai tambah di pedesaan, baik nilai tambah yang terkait produk lokal maupun nilai tambah yang berbentuk konten Keindonesiaan dibidang industri kreatif, media massa, maupun konten pendidikan masyarakat. Para santri diharapkan bisa memperkaya dan mengembangkan konten Keindonesiaan agar konten asing tidak semakin menyerbu Indonesia.

Konten Keindonesiaan hasil kreasi para santri juga harus eksis di media massa maupun di dunia penyiaran sebagai manifestasi bela begara dalam bentuk ketahanan budaya lewat kreativitas konten siaran. Konten hasil kreasi dan produk para santri sebaiknya difasilitasi lewat media platform. Pemberian kesempatan seluas luasnya bagi pesantren untuk bergabung dalam komunitas pasar virtual atau dengan e-marketplace akan berdampak sangat positif. Pesantren mesti adaptif dengan perkembangan ekonomi digital yang sangat pesat. Saatnya para santri mengambil manfaat media platform dan konten digital sebagai portofolio produk yang amat penting.

Aktivitas pesantren ( foto istimewa )

Transformasi digital yang melanda dunia telah mencerahkan jagat kreativitas sekaligus melancarkan pengembangan model bisnis baru. Pesantren mesti memahami bahwa peradaban gelombang keempat telah menempatkan produk industri kreatif merupakan jenis pekerjaan masa depan (the future of works and employment) yang sangat menjanjikan. Oleh sebab itu para santri harusnya tidak ragu-ragu menggeluti industri kreatif dan terus menerus melakukan inovasi.

Saatnya mendorong kreativitas para santri untuk membuat bermacam konten. Tidak hanya konten dakwah agama, tetapi juga konten ekononi syariah, siniar (podcast ) syariah, wisata syariah, dan produk-produk syariah lainnya. (*)

#lombanulisretizen, #lombavideorepublika, #satuabadnu, #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image