Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sucahyo adi swasono@PTS_team

Dunia Sejarah, Sejarah Dunian dan Penyelewengan Sejarah

Sejarah | Thursday, 26 Jan 2023, 15:44 WIB
Ilustrasi: shutterstock.com

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "Sejarah" adalah bentuk tidak baku dari "syajarat", yang dimaknai sebagai : 1). asal-usul (keturunan) silsilah; 2). kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; 3). pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau; ilmu sejarah.

Bangsa Inggris memaknai kata sejarah atau history : What's really happened (apa yang benar-benar terjadi). Sedangkan Bangsa Yunani mengistilahkan kata sejarah sebagai "historia vitae magistra" (sejarah adalah guru kehidupan).

Pemikiran sang ulama besar yang sekaligus sang guru bangsa, Muh. Isa atau lebih dikenal sebagai Isa Bugis, mendefinisikan kata sejarah sebagai berikut : "Sejarah adalah perulangan perjalanan manusia atas prinsip yang sama oleh pelaku dan waktu yang berbeda". Bahkan, sang guru bangsa ini telah membongkar sebuah pemahaman sejarah yang telah memparadigma dalam kerangka berpikir massal manusia yang telah mendarah daging dan mensumsum tulang, dan ditengarai adalah bagian dari sebuah "penyelewengan sejarah" atau "misused of history". Yakni, dibongkarnya pemahaman sejarah tentang gerak sejarah atau perjalanan sejarah yang oleh Charles Darwin (1809-1882) di-indoktrinasikan kepada massal manusia melalui teori Evolusi-nya bahwa, "gerak sejarah adalah bersifat linear", dalam artian bahwa Sejarah bergerak dari peradaban manusia yang primitif, kemudian berkembang menuju ke eradaban modern.

Pola gerak sejarah linear ini berkembang pada abad ke-18 dan 19. Zaman dimana kekuatan gereja sudah runtuh dan digantikan oleh Zaman Renaissance dengan ciri masyarakat yang senantiasa bergerak dan mengupayakan kehidupan yang lebih baik. Zaman ini juga ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keadaan ini kemudian memunculkan alam pikiran baru di Eropa, yang kemudian berdampak pada pemahaman tentang gerak sejarah. Masyarakat tidak lagi menitikberatkan segala sesuatunya kepada Tuhan, melainkan kepada rasionalitas. Hal ini menimbulkan perubahan dalam prinsip gerak sejarah. Titik dari segala peristiwa tidak lagi dipangkalkan kepada Tuhan, melainkan kepada evolusi (kemajuan) yang dipelopori oleh Charles Darwin yaitu keharusan yang memaksa segala sesuatu untuk maju, dan kemudian memunculkan pola gerak sejarah linear.

Pemahaman sejarah yang telah tertanam di benak massal manusia yang menyesatkan dari seorang Charles Darwin ini, telah dibongkar dan diluluhlantakkan oleh sang guru bangsa, Isa Bugis, dengan dibangunnya pemahaman tentang gerak sejarah dalam konsepsi analisisnya bahwa gerak sejarah yang sesungguhnya dan objektif ilmiah adalah bersifat siklus, bukan linear! Demikianlah, bangkitnya pemikiiran Isa Bugis dalam membongkar kebohongan sejarah Dunia yang diakibatkan oleh penetrasi subjektif dari teori evolusinya si Charles Darwin.

Gerak siklus dihasilkan dari Hukum Fatum, yakni hukum alam yang berkaitan dengan penyamaan antara jagad raya dengan jagad kecil, yakni manusia (macrocosmos dan microcosmos). Hukum alam adalah kekuatan tunggal (Tuhan) yang menentukan sejarah. Alam raya dan alam manusia dikuasai oleh kepastian rancangan segala (qadr), yakni suatu kekuatan Tuhan yang berdaulat atas keduanya. Hukum alam yang menguasai hukum cosmos adalah hukum lingkaran atau hukum siklus, yang berarti bahwa setiap kejadian yang pernah terjadi maka akan terjadi dan terulang kembali.

Hukum siklus berarti bahwa setiap kejadian atau peristiwa tertentu akan terulang atau terjadi kembali. Seperti tumbuh kembangnya manusia, yang pada awalnya tidak ada, kemudian dilahirkan, tumbuh dan berkembang, tua, dan akhirnya kembali kepada ketiadaan (mati). Oleh karena itu terdapat dalil bahwa di dunia ini tidak terdapat sesuatu (peristiwa) yang baru, sebab segala sesuatu berulang menurut hukum siklus.

Pemahaman tentang gerak sejarah Linear ini, pada gilirannya telah sukses mempengaruhi dan berimbas pada pemahaman massal manusia terhadap kitab-kitab suci yang sebagian besar berisi tentang sejarah para nabi maupun pejuang kemanusiaan dan keadilan. Sehingga gambaran terhadap pelaku sejarah masa lalu, khususnya para nabi maupun para pejuang kemanusiaan dan keadilan adalah sosok yang masih primitif dengan berbagai kekuatan sakti-mukjizatnya yang disebut-sebut mampu mengalahkan orang-orang jahat. Alhasil, isi kitab suci yang seharusnya untuk pedoman atau petunjuk kehidupan, menjadi seperti dongeng yang penuh khayalan dan tidak masuk akal.

Fakta realitas objektif lebih menunjukkan, bahwa suatu peeradaban bukan berkembang dari primitif menuju modern. Gambaran siklus sejarah peradaban manusia adalah demikan : Lahir – Tumbuh – Puncak – Hancur. Perjalanan peradaban manusia berawal dari lahir dalam bentuk sederhana, lalu tumbuh berkembang hingga puncak, kemudian hancur dan berikutnya kembali lahir, dan seterusnya sebagaimana sebuah gerak siklus. Semua yang ada di alam semesta, bergerak dan berkembang secara siklus (periodik). Sebagaimana matahari berotasi, begitu juga Bumi dan planet-planet lain berotasi dan berevolusi, siklus siang dan malam silih berganti, siklus pergantian musim di berbagai belahan dunia dan lain-lain. Aktivitas dan peristiwa yang kita alami juga berulang-ulang dalam periode tertentu. Bahkan, dalam tubuh kita pun terjadi siklus regenerasi sel.

Maka, tidak benar bila teori Darwin menyatakan bahwa peradaban berkembang dari primitif menuju modern!

Pada jaman dahulu sudah ada peradaban maju dengan teknologi canggih dan selalu timbul dan tenggelam akibat kehancuran yang dibuat oleh umat manusia sendiri. Tak perlu njelimet dalam memahami gerak sejarah peradaban manusia yang sesungguhnya. Mari berlogika sederhana! Ketika mencermati hasil endapan peradaban manusia yang dinyatakan sebagai hasil peradaban masa lalu, misalnya tentang stupa Borobudur, maka anggapan manusia yang terpengaruh oleh teori gerak sejarah linear ala Charles Darwin, akan berkesimpulan bahwa stupa Borobudur adalah hasil karya dari sebuah peradaban primitif. Sebab, stupa Borobudur berdasarkan data sejarah adalah sebuah bangunan peninggalan sejarah masa lalu, yakni pada kurun antara 760 dan 800 Masehi, di masa puncak kejayaan dinasti Syailendra, penguasa tahta kerajaan Medang Jawa Tengah, dengan rajanya bernama Samaratungga.

Jikalau stupa Borobudur itu adalah sebagai hasil peradaban masa lalu yang menurut teori gerak sejarah linear dinyatakan dan disimpulkan sebagai karya peradaban primitif, pertanyaan yang patut diajukan di sini adalah: "Kenapa masa kini yang disebut sebagai modern, tak mampu menandingi dan takjub dengan kecanggihan teknologi bangunan stupa Borobudur tersebut yang dikategorikan sebagai hasil peradaban primitif?" Selanjutnya, manakah yang disebut peradaban primitif dan yang disebut sebagai peradaban modern? Benarkah sejarah bergerak dari peradaban primitif menuju modern ?

Dari fakta inilah terbukti bahwa teori Evolusi Charles Darwin terhadap gerak sejarah linearnya tentang peradaban manusia, mengalami gagal total!

Dengan demikian, pada zaman dahulu sebenarnya sudah ada peradaban maju dengan teknologi canggih dan selalu timbul dan tenggelam akibat kehancuran yang dibuat oleh umat manusia sendiri. Kesalahan dalam memahami perjalanan atau gerak sejarah, telah berimbas dan sama halnya menjadi kesalahan pula dalam memahami kitab-kitab suci atau petunjuk Tuhan. ajaran Tuhan tidak dipahami secara benar, sistem Iblis (Kapitalis-Liberalis) telah mendominasi Dunia. Maka tidaklah heran bila Dunia saat ini sarat oleh bencana dan konflik. Dan, peradaban Iblis sedang berjalan menuju kehancurannya.

Lagi, bila teori Evolusinya Charles Darwin tentang manusia yang dinyatakan sebagai hasil perkembangan dan perubahan evolusi dari seekor monyet, maka kenapa saat ini masih terdapat species mahluk bernama monyet? Koq, tidak berevolusi dan berubah semua menjadi manusia?

Yang patut disadari bersama, bahwa Tuhan tidak mengenal proses evolusi, Tuhan menciptakan segala sesuatu melalui Revolusi, revolusi yang dirancang bangun dengan sangat sempurna. Sehingga semua proses penciptaan tidak membutuhkan milyaran tahun seperti yang digambarkan oleh teori Evolusi ala Charles Darwin. Begitulah teori Evolusi yang sangat menyesatkan, karena menafikan keberadaan dan kemampuan Tuhan yang seolah-olah semua yang ada saat ini terjadi secara kebetulan melalui proses evolusi yang memakan waktu miliaran tahun. Pendukung teori Evolusi menyatakan, bahwa keberadaan manusia di dunia adalah terjadi dengan sendirinya melalui poroses evolusi, yakni dari tiada kemudian menjadi ada (being), lantas kembali menuju tiada lagi. Sehingga kesimpulan dari pendukung teori Evolusi, bahwa keberadaan manusia di dunia adalah karena kebetulan belaka.

Teori Evolusi sengaja diciptakan untuk mendukung premis bahwa semua yang ada ini adalah terjadi secara kebetulan. Menurut teori Evolusi, tanah terbentuk dari pelapukan batuan jutaan bahkan miliaran tahun. Namun pendukung teori Evolusi ternyata buta, bahwa sekali gunung meletus, jutaan milyaran - trilyunan meter kubik debu, pasir, menjadi terbentuk dalam sekejap. Itulah sebuah revolusi alam, dan semua itu adalah rancangan teknologi Tuhan.

Ajaran Tuhan tidak dipahami secara benar, sistem Iblis (Kapitalis-Liberalis) telah mendominasi Dunia. Maka tidaklah heran bila dunia saat ini sarat oleh bencana dan konflik. Peradaban Iblis sedang berjalan menuju kehancurannya. Runtuhnya peradaban Iblis menciptakan malapetaka dan kehancuran yang sangat mengerikan. Bercermin kepada tanda-tanda dan gejala-gejala dari peristiwa besar di masa lampau, maka jikalau dicermati, apalagi dengan adanya isyarat yang akan memenuhi cita dan harapan, bahwa terjadi gejala pada abad 21 yang mengarah kepada hancurnya peradaban Bathil dan tampilnya peradaban Haq dari Tuhan.

Lantas apa dan bagaimanakah yang seharusnya dengan kesiapan diri kita? Silakan dicerna dan direnungkan sendiri ...

*****

Kota Malang, Januari di hari kedua puluh enam, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image