Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Su'ud

Jangan Marah, Jangan Marah, Jangan Marah

Agama | Tuesday, 24 Jan 2023, 17:12 WIB
Ilustrasi oleh Mohamad Su'ud (retizen.republika)

Anda pernah marah? Pasti pernah.

Apa ada manusia yang tidak pernah marah? Pasti ada, yaitu Rasulullah Muhammad Saw. Beliau tidak pernah marah dalam kondisi apapun. Rosulullah pribadi sempurna.

Kalau saya pribadi sering "terjebak" situasi marah. Padahal saya paham bahwa kemarahan pertanda rapuhnya jiwa seseorang, namun apa daya saya tidak mampu menghindarinya. Setelah marah, saya baru sadar, "Ya Allah saya sedang marah". Penyesalan selalu datang, namun sesering itu pula hal itu terulang.

Namun, kalau kita mau jujur, sesungguhnya setiap kita ingin tidak marah. Kitapun sangat mengerti bahwa marah merupakan bagian dari nyala api syetan.

Pesan Nabi, Jangan Marah

Mari kita simak beberapa hadist nabi tentang pentingnya menahan marah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ، فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang yang datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata, “Berilah wasiat kepadaku.” Rasulullah ﷺ menjawab, “Jangan marah!” orang ini mengulangi lagi, Rasulullah kembali menjawab, “Jangan kau marah!”

Betapa agungnya sikap sabar sehingga nabi mengulang sampai tiga kali, "jangan marah, jangan marah, jangan marah"

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran: 134).

Kisah Abu Bakar Ditinggal Pergi Rosulullah

Dalam Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, terdapat sebuah riwayat yang dicatat Imam Ahmad tentang seseorang yang mencaci maki Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq. Berikut riwayatnya

Yahya menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Ajlan, Sa’id bin Abi Sa’id menceritakan kepada kami dari Abu Hurairah, (dikatakan bahwa):

Sesungguhnya (ada) seorang laki-laki mencela Abu Bakar, sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam duduk. (Kejadian itu) membuat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terheran-heran dan tersenyum. Kemudian, ketika Abu Bakar (mulai) banyak menanggapi (atau membantah) sebagian perkataan (celaan) laki-laki tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam marah dan berdiri (pergi). Abu Bakar pun menyusul Nabi, lalu berkata:

Wahai Rasulullah, orang itu mencelaku, engkau (hanya) duduk. Ketika aku membantah sebagian perkataannya, engkau berdiri (pergi) dan marah.”

Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya ada malaikat bersamamu yang akan membantah(nya) untukmu. Ketika kau (mulai) membantah sebagian perkataan (celaan)nya, setan datang. Aku tidak (akan pernah mau) duduk bersama setan.”

Kemudian Rasulullah berkata: “Wahai Abu Bakar, (ada) tiga hal (yang menjadi) hak (seorang hamba): (1) Tidaklah seorang hamba (Allah) yang terzalimi dengan kezaliman, lalu dia pasrahkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kecuali Allah pasti memenangkan(nya) dengan pertolongan(-Nya), (2) Tidaklah seseorang yang membuka pintu pemberian (atau kedermawanan) yang dia harapkan (dapat menjadi) penyambung (silaturahim atau persaudaraan), kecuali Allah pasti tambahkan (harta) yang banyak (kepadanya), dan 3) Tidaklah seseorang yang membuka pintu permintaan yang dia harapkan untuk (mendapatkan harta) yang banyak, kecuali Allah ‘Azza wa Jalla pasti tambahkan kekurangan (kepadanya). (Imam Ahmad bin Handal, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut: Mu’assasah al-Risalah, tt, juz 15, h. 390).

Menghindari Marah

Tidak mungkin kita terhindar dari marah, namun demikian kita bisa meminimalkan agar kemarahan tidak berdampak yang besar bagi diri, keluarga dan masyarakat.

Diantara langkah-langkah yang bisa dilakukan yaitu:

1. Ambil nafas dalam-dalam. Atur pernafasan denggan baik. Dengarkan suara dalam hati, "marah itu tidak baik, marah itu syetan, dan seterusnya". Terus lakukan hingga nafas anda teratur.

2. Berfikir sejenak. Ambil beberapa detik untuk memikirkan masalah yang dihadapi. Ambil jedah Jangan lampiaskan emosi. Lebih baik diam.

3. Ambil air wudhu. Ini cara yang diajarkan nabi. Agar syetan tidak menguasai jiwa dan fisik kita.

“Marah itu berasal dari setan. Sementara setan diciptakan dari api dan api hanya dapat dipadamkan dengan air. Karena itu, jika di antara kalian ada yang marah segeralah berwudhu.” (HR. Ahmad bin Hanbal)

4. Pindah tempat duduk. Ketika sedang emosi, cobalah pindah tempat duduk atau berjalan-jalan. Duduk terus berdiri, duduk terus berbaring. Ini cara rileks yang efektif, agar otot kendor dan peredaran darah normal.

Abu Dzar al-Ghifari melaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada di antara kalian yang marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Apabila kemarahan tersebut belum juga reda, berbaringlah.” (HR. Ahmad bin Hanbal)

5. Banyak istighfar. Ucapkan dalam hati pelan-pelan. Bisa diiringi dengan mengambil nafas panjang. Ucapkan sebanyak mungkin. InsaAllah amarah Anda akan terkendali.

Selamat, Anda sukses mengendalikan amarah.

Nasrun Minallah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image