Istilah-Istilah dalam Psikologi: Apakah Kamu Mengalami Salah Satunya?
Eduaksi | 2021-12-15 14:15:22Pernah tidak kamu mencari kata-kata inspiratif melalui web atau aplikasi? Jika iya, coba deh kamu cari tau apa arti dari kata tersebut. Mungkin saja salah satu dari kata yang digunakan tersebut merupakan istilah dalam psikologi. Ada banyak istilah unik dan menarik dalam psikologi yang mungkin salah satunya relate sama yang sering kamu rasain.
Yuk disimak bareng-bareng penjelasannya!
1. Eccedentesiast
Hayo ngaku siapa yang suka pura-pura kuat padahal dalam hati lagi nangis! Jika kamu sering melakukan hal tersebut, berarti kamu bisa disebut sebagai eccedentesiast. Apasih eccedentesiast itu?
Nah, eccedentesiast itu adalah istilah untuk orang yang suka menyembunyikan rasa sakit di balik senyuman. Jadi, seseorang yang melakukan hal ini itu selalu berusaha untuk terlihat bahagia, padahal dia sedang mempunyai masalah dalam hidupnya. Biasanya alasannya, agar orang-orang disekitar mereka tidak khawatir dan ikut merasa sedih. Berdasarkan pengalaman saya, masih banyak orang yang melakukan kebiasaan ini.
2. Avoidant
Selanjutnya ada avoidant. Kamu tau ga sih avoidant itu apa?
Jadi, Avoidant itu adalah istilah untuk orang yang punya rasa tidak percaya diri dan takut dengan kritikan orang lain. Mereka itu khawatir akan diejek dan ditolak sama orang lain. Mereka juga berfikir kalau diri mereka itu tidak menarik dan tidak layak, sehingga mereka merasa tidak ada yang suka sama mereka. Jangan insecure ya teman-teman, karena kamu itu sangat berharga!
"Jika Anda tidak pernah mengeluarkan potensi Anda sesungguhnya, Anda akan tidak bahagia seumur hidup Anda." - Abraham H. Maslow
3. Altschmerz
Kemudian ada altschmerz. Altschmerz adalah rasa khawatir kepada suatu hal yang sama yang membuat orang tersebut tidak tertarik lagi dengan hal itu, tetapi dia masih mengkhawatirkannya. Biasanya, masalah yang mereka khawatirkan itu adalah masalah yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. So, jangan lupa move on ya teman-teman!
4. Jouska
Kalian pasti sering berbicara sendiri di dalam pikiran kalian, dan pastinya hanya kalian yang tau. Jadi, kondisi ini disebut dengan Jouska. Biasanya dalam kondisi ini, otak rasanya ramai sekali, seperti banyak orang yang sedang berbicara dan pikiran kita seperti melayang kemana-mana.
5. Lethologica
Terakhir, yaitu lethologica. Menurut psikolog, lethologica ini adalah kondisi dimana ketidakmampuan otak kita secara sementara untuk mengambil informasi dari ingatan atau memori. Ketika sedang berbicara, kadang kita lupa mau mengucapkan suatu kata, padahal kata-kata tesebut sempat terpikirkan di pikiran kita. Kata yang ingin kita ucapkan seperti tertahan di ujung lidah. Oleh karena itu, lethologica ini juga bisa disebut tip of the tongue.
Pasti salah satu dari kondisi di atas sudah pernah kamu alami, atau mungkin kamu sudah mengalami semuanya tapi kamu tidak sadar? Sejujurnya, penulis juga sering mengalami hal-hal di atas. Kondisi-kondisi di atas juga wajar jika kita alami.
Menurut saya, tidak apa-apa jika kamu ingin menangis, marah, tidak percaya diri, dan apapun itu. Ungkapkan saja apa yang sedang kamu rasakan. Kamu juga harus bisa untuk mengontrol perasaan kamu tersebut. Ingat, kamu worth it! Sayangi diri kalian ya. Semoga artikel ini bisa membantu kamu!
Referensi:
Perrotta, G. (2021). Avoidant personality disorder: Definition, clinical and neurobiological profiles, differential diagnosis and therapeutic framework. Journal of Neurology, Neurological Science and Disorders.
Koenig, J. (2018). Altschmerz. The Dictionary of Obscure Sorrows.
Koenig, J. (2012). Jouska. The Dictionary of Obscure Sorrows.
Schwartz, B. L., Metcalfe, J. (2011). Tip-of-the-tongue (TOT) states: retrieval, behaviour, and experience.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.