Stunting Bikin Pusing
Edukasi | 2023-01-17 21:58:26Kenapa sih Stunting bisa bikin pusing? Ga main – main Stunting merupakan permasalahan gizi di dunia, dimana ada sekitar 165 Juta balita di dunia ini dalam kondisi pendek (Stunting).
Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas
Selain itu, berdasarkan catatan dari P2TM Kementerian Kesehatan RI bahwa penderita stunting secara umum rentan terserang penyakit, memiliki tingkat kecerdasan dibawah normal, dan produktivitas rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, dkk (2021), saat ini terdapat Delapan puluh persen balita stunting yang tersebar pada 14 negara di dunia dan Indonesia menduduki rangking ke lima negara dengan jumlah stunting terbesar.
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan bahwa angka kasus Stunting di Indonesia mencapai 24,4%, yang artinya seperempat bayi di Indonesia mengalami Stunting.
Sungguh mengerikan bila melihat data tersebut, padahal balita saat inilah yang kelak menjadi tenaga produktif. Bisa kita bayangkan tentunya tenaga yang seharusnya produktif ini nantinya akan menjadi beban negara, menghambat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan..
Untuk mencegah Stunting, maka terlebih dahulu perlu mengetahui hal-hal yang menyebabkan Stunting, antara lain adalah: (1) asupan Gizi yang tidak seimbang, sehingga menyebabkan bayi kekurangan gizi; (2) pola Asuh yang salah atau faktor sosial budaya sendiri yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tradisi/kepercayaan, suku/etnis, dan pengetahuan gizi; dan (3) Penyakit Infeksi.
Sedangkan dampak atau efek samping yang ditimbulkan dari Stunting ini adalah: terjadinya hambatan dalam perkembangan Fisik, penurunan fungsi kognitif dan sulit berprestasi, mudah terkena penyakit infeksi dan beresiko lebih besar terkena penyakit kronis, serta dapat mengurangi percaya diri.
Pada umumnya, di negara-negara berkembang Stunting dapat dipengaruhi oleh hal-hal berikut: Nutrisi pada sebelum dan saat hamil, kehamilan di usia remaja, kehamilan dengan interval terlalu dekat, dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan, Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), serta infeksi yang berulang dan Lingkungan .
Upaya yang harus kita perhatikan guna mencegah Stunting adalah dengan mengoptimalisasi pemantauan KMS Bayi- balita, ANC (pemeriksaan kehamilan sesuai Standar), Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif pada bayi,memperhatikan pola dan budaya pemberian makan pada anak, memahami bagaimana penatalaksanaan atau manajemen Balita Sakit (MTBS), pemberian Imunisasi yang lengkap ,tingkat Pendidikan Orang tua, kemudahan dalam mengakses sarana pelayanan Kesehatan dan juga mendapatkan sarana air bersih
Dengan demikian stunting merupakan masalah yang sangat kompleks serta multi dimensi, dimana bukan hanya dari sektor Kesehatan tapi juga dari ketahanan pangan, dan lingkungan sosial. Untuk itu Stunting menjadi masalah yang mendapat perhatian khusus dari Pemerintah, khususnya dari Kementerian Kesehatan RI melalui kampanye bertajuk “Melawan Stunting”
Intervensi spesifik yang bisa dilakukan untuk menurunkan masalah stunting dari segi Kesehatan hanya sebesar 30 %, yaitu meningkatkan kwalitas 1000 Hari pertama kehidupan anak, ternyata yang terbesar berasal dari luar bidang Kesehatan/masyarakat, yaitu sebesar 70%, seperti: akses pelayanan Kesehatan , Intervensi peningkatan kesadaran, konseling Kesehatan serta upaya peningkatan Ketahanan pangan bergizi.
Lalu Bagaimana kasus Stunting di Kabupaten Karawang ? Pemerintah Kabupaten Karawang sudah banyak memberikan berbagai kebijakan , yaitu dengan membentuk TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) dengan segala programnya, BAAS (Bapak Asuh Anak Stunting), penyuluhan tentang pencegahan Stunting, memberikan Tablet Tambah Darah pada remaja putri di SMP / SMA dan kegiatan lainnya.
Kenapa Sasaran pencegahan Stunting lebih di fokuskan pada remaja putri ? Remaja putri merupakan calon ibu. Dengan kata lain untuk mempersiapkan calon orang tua agar memiliki pengetahuan dalam pemenuhan gizi dalam mencegah stunting sejak dini. Jika remaja Putri tidak memperhatikan pola hidup sehat dan sumber gizi yang baik, maka remaja ini akan mudah terkena penyakit. Gejala kurang gizi pada remaja ditandai dengan Mudah Lelah,Sulit tidur, Kurang/ hilang napsu makan, Sulit konsentrasi, Lemah / lesu, Pusing dan mata berkunang- kunang.
Hal tersebut juga tentunya akan menghambat pertumbuhan serta perkemabngan remaja itu sendiri. Sehingga jika remaja ini menikah nantinya pemenuhan gizi di 1000 Hari Pertama Kehidupan anak, yaitu Masa selama 270 hari dalam kandungan sampai dengan anak berusia 2 tahun tidak akan terpenuhi dengan baik. Sehingga salah satu cara pencegahan stunting yaitu dengan memperhatikan gizi pada remaja untuk memutus kasus Stunting di masa depan.
Berdasarkan beberapa hal yang telah disampaikan di atas, dapat kita simpulkan ternyata Intervensi dalam pencegahan Stunting adalah 30 % dicegah dari upaya Kesehatan dan 70% sisanya bisa dicegah dengan adanya Kerjasama atau kolaborasi dengan dinas/instansi terkait serta semua elemen masyarakat. Maka, Stunting tidak akan bikin pusing lagi jika adanya Komitmen dari seluruh stakeholders dan kebijakan yang kuat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.