Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asman

Pendidikan Sebagai Upaya Pemajuan Peradaban

Pendidikan dan Literasi | Sunday, 15 Jan 2023, 19:11 WIB

Sebuah peradaban akan maju, jika sumber daya manusianya juga memiliki kemampuan yang baik. Kemampuan yang dimaksud ialah, upaya dalam proses mengelolah sumber daya yang ada pada suatu bangsa, sehingga bangsa itu mengalami kemajuan yang sangat signifikan.

Untuk mencptakan sumber daya manusia yang unggul, sangat dibutuhkan instrument yang sesuai dengan kebutuhan setiap sumber daya. Kebutuhan itu tentunya bersifat paten dalam setiap insan manusia.

Orang bijak mengatakan, jangan memberikan ikan kepada seseorang melainkan berikanlah ia kail agar ia gunakan untuk emncari ikan sendiri. Artinya bahwa Ketika memberikan sesuatu hal kepada seseorang perlu dipikirkan jangka Panjang dan keberlangsungannya. Tidak hanya digunakan saat ini, kemudian di esok harinya ia Kembali melarat.

Dalam proses memajukan suatu peradaban, maka instrument yang tepat digunakan ialah pendidikan. Instrument ini laksana mengukir ilmu di atas batu yang akan sangat lama habisnya.

Pendidikan adalah proses memberikan pemahaman, pengajaran kepada insan manusia agar senantiasa menjadi pembeda di tengah masyarakat awam. Itulah kemudian Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa, pendidikan sejatinya memberikan pengajaran kepada seseorang agar ia memiliki kepribadian yang baik dan wawasan yang luas.

Dengan kata lain, pendidikan pada dasarnya, memberikan perubahan kepada insan manusia yang berkaitan dengan budi pekertinya agar seseorang mampu menjadi insan kamil.

Aspek Penting Dalam Pendidikan

Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk memberikan pendidikan kepada seseorang. Pendidikan akan dikatakan berhasil jika output yang ada mampu memberikan sumbangsi yang besar bagi realitas kehidupan sosial masyarakat.

Hari ini justru, pendidikan kita banyak menggunakan standar yang bersifat administratif. sehingga output yang ada, seseorang hanya di ukur dar nilai atau angka-angka capaian dalam sebuah proses pembelajaran.

Kita sering lupa bahwa, untuk memajukan suatu peradaban, maka perlu kerja sama semua aspek atau komponen dalam pendidikan.

Pertama ialah, peran keluarga yang sangat penting membina pendidikan anak sejak dini di lingkungan keluarga. Pembinaan terhadap anak di lingkungan keluarga, juga perlu memperhatikan aspek psikologinya.

Realitasnya orang tua saat ini, sering memarahi atau memberikan hukuman kepada anak secara berlebihan dan itu berdampak kepada psikologi anak. Anak bukanlah orang dewasa, sehingga dalam memberikan hukuman atas kesalah tidka boleh dihukum sesuai dengan hukuman orang dewasa.

Bagi pandangan Rene Descarter, dalam membentuk manusia aspek yang penting untuk dikembangkan ialah akalnya. Sebab dengan akal itulah ia akan mampu memikirkan sesuatu hal dengan secara matang.

Sementra itu pendidikan keluarga yang di prakarsai oleh orang Islam sendiri menunjukkan bahwa pendidikan pada keluarga sejatinya mampu menumbuhkan aspek moralitas, sebagai acuan dalam bertindak.

Walaupun pandangan barat dan Islam seakan bertentangan pada asepk tujuannya, namun yang menyamakan ialah, semangat untuk merubah arah berpikir dunia pendidikan saat ini.

Setidaknya persamaan yang ada ialah, tidak menghendaki adanya penyiapan seseorang anak untuk mengikuti kemauan dunia industry atau pasar. Hal ini terjadi karena, aspek keluarga yang masih ragu dan belum memahami secara utuh bagaimana peran keluarga membentuk mental seorang anak.

Aspek yang kedua ialah pendidikan secara formal. Pendidikan formal saat ini juga perlu diberikan kritik terkait pola pendidikan yang dilakukan. Kita sangat menyakini bahwa, konsep pendidikan yang hari ini telah di rumuskan tujuan pasti untuk mengembangkan kualitas pendidikan.

Namun kita sering melupakan aspek filosofis dari sesuatu tindakan yang dilakukan. Aspek filosofis sangat menentukan arah kebijakan dunia pendidikan formal. Saya sangat tidak sepakat jika hari ini yang menajdi ukuran adalah angka capaian yang dimiliki seseorang.

Akhirnya pendidikan formal saat ini, seperti pabrik manusia yang siap dipakai hasilnya untuk dunia industry. Padahal pendidikan itu sendiri bukan hanya aspek itu saja yang di kembangkan.

Kita justru banyak melahirkan manusia robot, tanpa hati dan iman. Sehingga sangat penting aspek agama menjadi satu nilai moral yang dijadikan sebagai nilai-nilai dalam mengembangkan pendidikan.

Dengan keadaan bangsa yang semakin amburadul, sifat bertengkar yang tinggi, membuat kita memikirkan bagaimana dunia pendidikan kita yang harusnya menghasilkan manusia yang berpikir realistis dan tenang.

Buya Ahmad Safi Maarif menginginkan adanya manusia yang menjadi sosok rumah kearifan yang mampu menjadi dinamisator dalam kehidupan saat ini.

Sehingga pendidikan tidak melulu soal bagaiman menciptakan manusia yang berangka-angka, melainkan mampu memiliki aspek moralitas sebagaimana tercantum dalam UU sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 mengenai tujuan pendidikan nasional.

Aspek ketiga ialah bagaimana peran dari masyarakat yang memiliki kesadaran kolektf dalam menumbuhkan pendidikan. Tanpa adanya kesadaran kolektif, sulit untuk mencapai peradaban bangsa yang sangat maju.

Karena adanya egosentris yang di tonjolkan dalam kehidupan. Peran masyarakat sangat penting untuk menjaga hasil dari pendidikan itu, mampu menjadi alat untuk perbaikan peradaban bangsa.

Kita bisa melihat bangsa yang maju, itu karena peran pendidikan masyarakatnya yang mumpuni dan dijadikan sebagai aspek moral dalam bermasyarakat. Karena sejatinya seseorang yang berpendidikan baik, maka akan menghasilkan pendidikan yang baik pula.

Olehnya itu, setiap insan manusia perlu memiliki kesadaran yang sangat sensitive, agar menjadi nilai dalam memajukan peradaban manusia. Setidaknya dua hal yang ahrus dimiliki oleh kita.

Pertama ialah kesadaran individu dan yang kedua ialah kesadaran kolektif. Jika kesadaran ini mampu kita organisir dengan baik, maka tujuan dari pendidikan yang selama ini kita inginkan akan tercapai. Tinggal kesadaran itu saja yang perlu di kembangkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image