Teori Motivasi McCLelland dalam Meraih Kekuasaan di Organisasi
Edukasi | 2023-01-09 18:40:47Perilaku adalah aktivitas fisik manusia yang bisa diamati. Munculnya perilaku berkaitan dengan motivasi. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk berperilaku dalam cara tertentu atau setidaknya mengembangkan kecenderungan untuk berperilaku tertentu (Kast dan Rosenzweig, 1970: 296). Motivasi dapat dideinisikan sebagai kekuatan dalam diri individu yang mendorong seseorang untuk memuaskan kebutuhan dasarnya (Yorks, 1976: 21). (Winurini, 2017)
Menurut McCLelland (1961, 1975, dan 1985), individu dimotivasi oleh tiga kekuatan fundamental, yaitu: kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk dimiliki, dan kebutuhan untuk kekuasaan. Kebutuhan berprestasi adalah keinginan untuk melebihi atau mencapai standar, kebutuhan akan rasa memiliki adalah keinginan untuk berteman, bekerja sama dan mempertahankan hubungan yang erat, sedangkan kebutuhan akan kekuasaan adalah keinginan untuk mempengaruhi orang lain, mendapatkan rasa hormat dan merasa lebih kuat. seperti orang lain.
Dalam suatu organisasi terdapat seseorang yang berperan sebagai ketua. Dalam hal tersebut, pemimpin tidak dapat dipisahkan dari sifat alamiah yang ada di dalam pribadi si pemimpin. Pemimpin akan membutuhkan kekuasaan untuk meraih kepentingannya. Menurut teori McClelland, para calon pemimpin termotivasi dari tiga dorongan, yaitu kebutuhan prestasi, kebutuhan aliansi, dan kebutuhan kekuasaan.
1. Kebutuhan Prestasi
Menurut Moh. As’ad (2002), kebutuhan akan prestasi (need for achievement) merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan, dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu. Menurut Moh. As’ad (2002), ciri-ciri kebutuhan berprestasi yang tinggi akan tampak sebagai berikut:
a. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif;
b. Mencari feedback (umpan balik) tentang perbuatannya;
c. Memilih resiko yang moderat (sedang) di dalam perbuatannya;
d. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya.
Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2004), kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement = n Ach) adalah dorongan yang kuat untuk berhasil, lebih mengejar prestasi pribadi dan bergairah melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan hasil sebelumnya. Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2004), orang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi adalah sebagai berikut:
a. Menyukai pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi;
b. Mendapatkan umpan balik atas pekerjaannya;
c. Memilih pekerjaan yang memiliki resiko sedang/moderat.
Para penguasa atau pemimpin yang meraih kekuasaan akan merasa mendapat kepuasan tersendiri dalam pencapaiannya. Dalam hal tersebut, pemimpin akan merasa bahwa perjuangan dan pencapaian mereka patut diapresiasi dan merasa bahwa pencapaian mereka itu adalah sebuah prestasi bagi dirinya sendiri. Dengan tercapainya keinginan mereka dalam meraih kekuasaan, mereka para pemimpin, merasa bahwa pencapaian tersebut merupakan prestasi untukmya.
Prestasi dalam konteks ini adalah keinginan untuk melebihi atau mencapai standar. Dari pendefinisan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan seornag pemimpin dalam hal kebutuhan prestasi adalah untuk diakui atau sebagai penyamarataan, sehingga bisa disebut sebagai kebutuhan apresiasi.
2. Kebutuhan Aliansi
Menurut Moh. As’ad (2002), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation = n Aff) merupakan kebutuhan akan kehangatan dan bantuan dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. Menurut Moh. As’ad (2002), ciri-ciri kebutuhan afiliasi/persahabatan yang tinggi akan nampak sebagai berikut:
a. Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya, daripada segi tugas-tugas yang ada pada pekerjaan itu sendiri;
b. Melakukan pekerjaannya lebih efektif apabila bekerjasama bersama orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif;
c. Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain;
d. Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2004), kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation = n Aff) adalah kebutuhan untuk mendapatkan persahabatan, diterima dalam kelompok, menyukai situasi kooperatif dan menghindari konflik. Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2004), orang dengan kebutuhan untuk berafiliasi yang tinggi adalah:
a. Mempunyai kebutuhan untuk mendapatkan persahabatan;
b. Keinginan diterima dalam kelompok;
c. Menyukai situasi kooperatif;
d. Menghindari konflik.
Dalam meraih kekuasaan, para pemimpin akan melakukan aliansi bersama kelompok-kelompok kepentingan lainnya. Mereka, para pemimpin, tidak hanya sendiri dalam meraih kekuasaan. Mereka membutuhkan aliansi dan dukungan dari orang-orang lain dalam meraih kekuasaan. Di dalam organisasi, citra yang dikeluarkan oleh seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam perspektif dan stigma anggota-anggota lainnya dalam memilih pemimpin. Kepribadian seorang pemimpin akan dinilai oleh anggota-anggota lainnya, bahkan antar sesama aliansinya. Citra yang dikeluarkan oleh pemimpin harus sesuai dengan harapan para aliansi, sehingga kebutuhan aliansi ini dapat tercapai.
Selain itu, kebutuhan aliansi ini juga sangat identik dengan identitas suatu komunitas yang beraliansi. Maka dari itu, kebutuhan aliansi dalam meraih kekuasaan sangat sensitif. Menurut Sarwono, ada tiga faktor yang dapat meningkatkan hubungan kerjasama antara dua kelompok, antara lain (Sarwono, 2005):
a. Musuh bersama;
b. Tujuan bersama;
c. Mempelajari sesuatu secara bersama.
3. Kebutuhan Kekuasaan
Menurut Moh. As’ad (2002), kebutuhan akan kekuasaan (need for power = n Pow) merupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan perasaan orang lain. Menurut Moh. As’ad (2002), ciri-ciri kebutuhan berkuasa yang tinggi akan nampak sebagai berikut: (Murgijanto, 2017)
a. Berusaha menolong orang lain walaupun pertolongan itu tidak diminta;
b. Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari organisasi di mana ia berada;
c. Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise;
d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi.
Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2004), kebutuhan untuk berkuasaan (need for power = n Pow) adalah keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2004), orang dengan kebutuhan berkuasa yang besar adalah:
a. Keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain;
b. Keinginan untuk mempengaruhi orang lain;
c. Keinginan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.
Daftar Referensi:
Murgijanto, E. (2017). Pengaruh Kebutuhan Prestasi, Kebutuhan Afiliasi Dan Kebutuhan Kekuasaan Terhadap Semangat Kerja Dosen Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ama Salatiga. Among Makarti, 10(1), 35–51. https://doi.org/10.52353/ama.v10i1.145
Winurini, S. (2017). Perilaku Korupsi di Indonesia Dalam Perspektif Teori Motivasi. Majalah Info Singkat Kesejahteraan Sosial, 9(3), 9–12. https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info Singkat-IX-1-I-P3DI-Februari-2017-217.pdf
Penulis: Fina Ananda Putri (Mahasiswi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.