Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image andi wahyudi

Guru Sebagai Pendongkrak Mutu Sumber Daya Manusia dan Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan

Eduaksi | Friday, 06 Jan 2023, 00:48 WIB
Profil Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Darunnajah Bogor

Penulis Andi Wahyudi dan Fina Meilani

Jumat, 6 Januari 2023

Guru sebagai Pendongkrak Mutu Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia menjadi hal yang sangat krusial dan vital. Setiap idividu harus memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda. Masing-masing berkesempatan untuk meningatkan kualitas dirinya baik dalam hal keterampilan, pendidikan, atau aspek yang lainnya.

Kemajuan kualitas hidup manusia tidak lepas dari peran pendidikan di dalamnya. Pendidikan juga sangat berpengaruh dalam peningkatan kemampuan intelektual, keluasan bersosial serta mengelola emosional dalam berbagai hal dan mampu mengendalikan orang lain dalam ruang lingkup organisasi internal dan eksternal.

Dalam ranah pendidikan juga mengenal kemampuan hard skill dan soft skill. Selain dari keterampilan secara teknis, soft skiils juga harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan agar peserta didik mampu bersaing, di era revolusi industri 4.0 menuju society 5.0.

Dalam Al quran surah Al Mujadalah ayat 11 menerangkan bahwasanya:

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Tantangan di era disrupsi dan society 5.0 juga dihadapi dunia pendidikan. Baik guru maupun peserta didik harus bisa beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan yang sangat mugkin terjadi. Dewasa ini, pendidikan bukan hanya di fokuskan kepada peserta didik, dalam upaya meningatkan mutu sumber daya manusia, guru adalah tokoh utama yang harus berperan. Dari sebab itu lah seorang guru harus mampu beradaptasi dengan revolusi di era disrupsi ini, guna untuk menyeimbangkan antara kemajuan zaman dan peningkatan mutu sumber daya manusia.

Ki Hajar Dewantar yang kita kenal sebagai bapak pendidikan nasional terkenal dengan semboyannya “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” makna dari perkataan tersebut adalah: Ketika di depan harus bisa memberi contoh, ketika berada di tengah menjadi seorang yang bisa memberi motivasi dan ketika di belakang mampu memberi pengawasan terhadap peserta didik.

Guru merupakan barisan terdepan dalam rangka mendidik sumber daya manusia yang ada. Itulah sebabnya guru menduduki posisi yang sangat penting dan berpengaruh pada tumbuh kembang peserta didik dalam konteks Pendidikan Islam, “guru” berasal dari bahasa arab yang sering dikenal dengan kata “Murobbi, Mu’allim, Mudarris, Mu’addib dan Mursyid” yang dalam penggunaan maknanya mempunyai tempat tersendiri sesuai dengan konteksnya dalam pendidikan agama islam. Istilah guru disebut melalui gelarnya seperti istilah “al- ustadz dan asy-syaikh”.

Di dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 pada pasal 10 dijelaskan guru professional adalah guru yang memiliki 4 kompetensi: Kopetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetesi profesional dan kompetensi sosial.

Dalam hal ini penulis dapat mengartikan bahwasanaya seorang tenaga pendidik (Guru) merupakan salah satu unsur agen perubahan yang utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan hanya itu keahlian seorang tenaga pendidik juga sangat diperlukan terutama dalam luas nya cakrawala pengetahuan dan keahlian dalam bidang keterampilan mengajar. Dengan adanya tenaga pendidik yang baik serta dapat menjadi teladan, kehidupan bangsa akan semakin tercerahkan.

Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan di era 5.0

Posisi mahasiswa saat ini sering kali mendapatkan julukan sebagai agent og change. Mahasiswa bukan hanya kaum intelektual, akan tetapi juga sebagai wakil dari rakyat untuk menegakan keadialan, kesejahteran dan menegakkan demokrasi agar sesuai amanat konstitusi.

Lantas kenapa harus mahasiwa?

Kenapa bukan orang-orang yang sudah berusia lanjut saja?

Saat ini mahasiswa dikenal sebagai seorang yang memiliki kemampuan berfikir yang kritsi dan mempunyai wawasan yang luas jika dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya. Namun tantangan terbesar mahasiswa adalah revolusi industri 4.0 ke society 5.0.

Setelah mendapatkan gelar sarjana satu (Starta 1), nampaknya bukan akhir dari perjuangan mahasiswa dalam menuntut ilmu, akan tetapi bisa di sebut dengan gerbang kehidupan yang sesunguhnya telah di buka bagi para mahasiswa yang telah di wisuda. Sebab di era disrupsi seperti saat ini, mereka para mahsiswa tidak lagi bersaing dengan manusia, meski ada beberapa yang masih, akan tetapi dalam tatanan dunia yang baru ini, manusia cenderung bersaing dengan robot atau kecerdasan buatan.

ada beberapa pekerajaan mansuai yang sudah tergantikan oleh kecerdasan buatan Misalnya saja seperti operator gerbang jalan tol, penunggu rel kereta api, teller dan pegawai bank serta masih banyak lagi. Oleh sebab itu mahasiswa harus berperan aktif dalam mengembangkan sikill yang dibutuhkan oleh kebutuhan zaman di era disrupsi seperti saat ini.

Tantangan terbesar dari para mahasiswa adalah ketika mereka telah selesai meneyelsaikan studi nya, karena tuntutan dunia yang mengharuskan mereka dapat mengaplikasikan ilmu nya dan menjadi agen perubahan bagi masyrakat dan bangsa.

Mahasiswa harus siap menghadapi era society 5.0, di Indonesia jika dilihat dari kualitas SDM yang ada, dirasa tidak kalah dengan kualitas SDM yang berada di luar negeri, meski dalam data dapat diketahui “bahwa daya saing sumber daya manusia masih tertinggal, berdasarkan global competitiveness pada tahun 2019 world economic forum peringkat daya saing Indonesia berada pada tingkat 50 dari 141 negara, masih sedikit di bawah Malaysia Thailand dan Singapura yang di peringkat pertama,” ujar Suharso dalam Diseminasi Laporan Indonesia's Occupational Employment Outlook 2020 (IOEO) dan Indonesia's Occupational Tasks and Skills 2020 (IndoTaSk), Selasa (25/5/2021). Namun kegigihan dan etos kerja yang tinggi akan sangat berpotensi menjadikan mahasiswa Indonesia mampu bersaing dengan mahasiswa di negara lain.

Di era disrupsi ini para pemuda khusus nya mahasiswa harus mampu memberikan sebuah kejutan dan mampu bersaing dengan negara lain. Generasi muda sudah saatnya membuka mata dan peduli terhadap perkembangan teknologi di era disrupsi. Generasi muda sebagai pemegang peran strategis penerus pembangunan negara harus memiliki daya kritis yang tinggi dan karakter yang kolaboratif, kratif, dan inovatif.

Mahasiwa memiliki tugas yang penting dalam membangun peradaban manusia. Dalam seminar kuliah umum Universitas Darunnajah Muhammad Irfanudin Kurniawan menyampaikan bahwa, seorang mahsiswa itu memiliki peran sebagai pengajar, peneliti dan pengabdian. Oleh karena itu mahasiswa bukan hanya numpang nama akan teteapi harus benar-benar berusaha agar bisa sehingga menjadi luar biasa memperoleh hasil yanbg istimewa dalam menjalankan peran nya menajdi agen perubahan bagi negara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image