Dampak Terjadinya Konflik
Edukasi | 2023-01-05 22:51:04Menurut Daniel Webster (2001: 1) konflik dapat ditujukan pada kebaikan maupun keburukan. Konflik itu sendiri mungkin sangat diharapkan. Arah konflik itu dapat bersifat destruktif. Lebih mudah untuk menyatakan aspek negatif dari suatu konflik.
konflik ialah proses atau keadaan dimana dua atau lebih dari pihak-pihak itu melakukan persaingan,pertentangan, perselisihan dan perseteruan.
Konflik merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat. Konflik dapat bersifat tertutup (latent), dapat pula bersifat terbuka (manifest).
Dampak adalah sesuatu yang dimungkinkan sangat mendatangkan akibat atau sebab yang membuat terjadinya sesuatu, baik yang membuat terjadinya sesuatu baik yang bersifat positif maupun negatif. Menurut Richard Nelson Jones (1996: 303) dampak negatif dari konflik adalah banyak dan bervariasi. Konflik dapat menyebabkan kesengsaraan jiwa yang mendalam. suatu hubungan yang menawarkan peluang yang cerah bagi kedua belah pihak dapat saja berubah menjadi buruk karena konflik tidak dikendalikan secara efektif. Keluarga dapat menjadi hancur, perkawinan retak, dan kondisi kejiawaan anak-anak menjadi terancam. Pada tingkat yang lebih mendalam, konflik dapat memperburuk suatu hubungan dan menyebabkan keretakan hubungan, meningalnya salah satu nyawah, luka kecil, atau serius terbukti menimbulkan keresahan bagi seluruh warga masyarakat di kedua desa tersebut.
Menurut Daniel Webster (2001: 1) konflik dapat ditujukan pada kebaikan maupun keburukan. Konflik itu sendiri mungkin sangat diharapkan. Arah konflik itu dapat bersifat destruktif. Lebih mudah untuk menyatakan aspek negatif dari suatu konflik.
Untuk memperbaiki keseimbanganya ada empat aspek positif dalam konflik yaitu:
1.Keyakinan yang Lebih Besar
Konflik dapat membangun keyakinan. Orang yang dapat
berhubungan walaupun memiliki perbedaan, demikian juga orang yang dapat bekerja melalui perbedaan itu, akan merasakan bahwa hubungan mereka lebih aman dari pada hubungan orang-orang yang tidak mengalami hal tersebut.
2.Meningkatnya Tali Keeratan
Aspek penting dari konflik adalah kemampuan untuk memberi dan
menerima umpan balik yang jujur. Tenggang rasa yang ikhlas dapat terjadi bila setiap pihak dapat saling terbuka dan bekerja melalui perbedaan mereka daripada hanya memperbesar peretentangan mereka. 3.Meningkatnya Harga Diri.
Warga masyarakat yang dapat mengendalikan konflik mereka secara efektif dapat menegakan harga diri mereka karena sejumlah alasan. Mereka mengetahui bahwa hubungan mereka cukup kuat untuk mempertahankan konflik. Warga masyarakat akan mendapatkan hal-hal yang bernilai dalam pengendalian konflik.
4.Penyelesaian yang Kreatif
Arah konflik yang produktif dapat dipandang sebagai proses pemecahan masalah yang terpadu. Pemecahan yang kreatif yang memnuhi kebutuhan kedua belah pihak, terkadang disebut penyelesaian “menang-menang”, dapat menjadi jalan keluar bagi proses ini. Lawan dari penyelesaian “menang-menang” adalah penyelesaian “kalah-kalah” dimana tak seorang pun yang memperoleh manfaat.
Menurut Soerjono Soekanto, akibat negatif yang timbul dari sebuah konflik sosial sebagai berikut:
1.Bertambahnya solidaritas anggota kelompok yang berkonflik
Jika suatu kelompok terlibat konflik dengan kelompok lain, maka solidaritas antar warga kelompok tersebut akan meningkat dan bertambah erat. Bahkan, setiap anggota bersedia berkorban demi keutuhan kelompok dalam menghadapi tantangan dari luar.
Jika konflik terjadi pada tubuh suatu kelompok maka akan Menjadikan Keretakan dan keguncangan dalam kelompok tersebut, Visi dan misi dalam kelompok menjadi tidak dipandang lagi sebagai dasar penyatuan. Setiap anggota berusaha menjatuhkan anggota lain dalam kelompok yang sama, sehingga dapat dipastikan kelompok tersebut tidak akan bertahan dalam waktu yang lama.
2.Berubahnya kepribadian individu Dalam konflik sosial biasanya membentuk opini yang berbeda, misalnya orang yang setuju dan mendukung konflik, ada pula yang menaruh simpati kepada kedua belah pihak, ada pribadi-pribadi yang tahan menghadapi situasi konflik, akan tetapi ada yang merasa tertekan, sehingga menimbulkan penderitaan pada batinnya dan merupakan suatu penyiksaan mental.
3.Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa
Setiap konflik yang terjadi umumnya membawa kehancuran dan kerusakan bagi lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan masing-masing pihak yang berkonflik mengerahkan segala kekuatan untuk memenangkan pertikaian. Oleh karenanya, tidak urung segala sesuatu yang ada di sekitar menjadi bahan amukan. Peristiwa ini menyebabkan penderitaan yang berat bagi pihak-pihak yang bertikai. hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa wujud nyata akibat konflik.
4.Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. Jika setiap pihak yang berkonflik mempunyai kekuatan seimbang, maka muncullah proses akomodasi. Akomodasi menunjuk pada proses penyesuaian antara individu dengan individu- individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Ketidak seimbangan antara kekuatan- kekuatan pihak yang mengalami konflik menyebabkan dominasi terhadap lawannya. Kedudukan pihak yang didominasi sebagai pihak yang takluk terhadap kekuasaan lawannya.
Sebagai contohnya, konflik dalam bentuk lunak biasanya digunakan dalam seminar-seminar dan diskusi-diskusi sebagai media penajaman konsep-konsep atau persoalan ilmiah. Selain itu, konflik dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat, dapat pula menghasilkan suatu kerja sama di mana masing- masing pihak melakukan introspeksi yang kemudian melakukan perbaikan- perbaikan dan konflik dapat memberi batas-batas yang lebih tegas, sehingga masing-masing pihak yang bertikai sadar akan kedudukannya dalam masyarakat.
Dalam penyelesaian “menang-kalah” hanya salah satu pihak yang dapat memenuhi keinginannya. dari berbagai dampak konflik diatas ada dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatifnya berupa dampak psikologis yaitu keadaan trauma, kondisi kejiwaan mereka dalam keadaan sangat mengenaskan, akibatnya merasa panik, trauma, serta tercekam dalam ketakutan.
Adapun bentuk penyelesaian konflik yang lazim dipakai, yakni konsiliasi, mediasi, arbitrasi, koersi (paksaan), detente. Urutan ini berdasarkan kebiasaan orang mencari penyelesaian suatu masalah, yakni cara yang tidak formal lebih dahulu, kemudian cara yang formal, jika cara pertama tidak membawa hasil.
Erlina Nur Azizah Mahasiswa AP FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.