Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdur Rahman Al Akmal

Bagaimana Pentingnya Peran Emosi menurut Aspek Psikologi Komunikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Eduaksi | Wednesday, 04 Jan 2023, 08:01 WIB

Pentingnya Peran Emosi dalam Aspek Psikologi Komunikasi di Kehidupan Sehari-hari

gambar tema

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu berinteraksi dengan sesama. Dalam interaksi tersebut selalu menimbulkan emosi dalam setiap individu dalam interaksi tersebut. Emosi selalu ada semenjak kita dilahirkan, emosi tersebut ada karena adanya rangsangan oleh setiap individu yang menyebabkan hal tersebut seperti pengalaman yang terjadi pada suatu individu akan mengembangkan serta meningkatkan peran emosi tersebut. Perkembangan emosi ini terjadi didukung dari 2 faktor, yaitu internal serta eksternal. Faktor internal seperti pertumbuhan usia, lingkup keluarga, dll. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah pertemanan yang seumur, lingkup sosial di sekolah maupun di masyarakat. Setiap individu memiliki pola dan karakteristik emosi masing-masing. Emosi juga muncul ketika kita mengalami perubahan situasi yang terjadi secara tiba” baik dari hal positif maupun negative.

Apa Itu Emosi ?

Sebelum kita mengenal lebih jauh bagaimana pentingnya peran emosi dalam Psikologi komunikasi di kehidupan sehari-hari, kita harus mengerti pengertian apa sih itu emosi dan bagaimana emosi itu ada. Emosi pada awalnya berasal dari Bahasa latin yaitu “emovere” atau dalam Bahasa prancis yaitu “émotion”. Menurut Daniel Goleman pada buku terbitan Oxford English Dictionary (2002) menjelaskan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Sedangkan menurut Ahli Sudarsono pada tahun 1993, mengungkapkan bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks dari organisme seperti tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam organ tubuh yang sifatnya luas, biasanya ditambahi dengan perasaan yang kuat, mengarah ke suatu bentuk tingkah laku tertentu.

Kategori di Dalam Emosi

Robert Plutchik (1988) dalam Darwis (2006) memasukkan emosi ke dalam tiga kategori:

1. Bersifat positif dan negative (they are positive or negative)

2. Primer dan Campuran (they are primary or mixed)

3. Banyak yang kekutub yang berlawanan (many are polar opposites).

4. Intensitasnya bervariasi (they vary in intensity)

Disini kita bisa lihat dan bisa dimengerti bahwa emosi merupakan keadaan yang rumit, melibatkan perubahan yang pada hakikatnya, berdasarkan perubahan perilaku, dan mempengaruhi fungsi-fungsi psikologis lainnya seperti persepsi individu, berpikir suatu individu, dan reaksinya.

Emosi pada individu-individu terbagi menjadi dua point, yaitu emosi dasar dan juga emosi campuran. Emosi dasar bisa juga disebut dengan emosi primer, emosi ini memiliki enam dasar macam, yaitu kegembiraan/Bahagia, kesedihan, jijik, ketakutan, marah dan juga terkejut. Sedangkan Emosi campuran, emosi ini berasal dari gabungan emosi dasar yang terpengaruh oleh kondisi situasi individu tersebut seperti rasa bangga, malu, cemas dan juga emosi lainnya yang menggabungkan beberapa emosi dasar. Emosi juga terbagi menjadi emosi positif serta negative. Emosi Positif biasanya emosi yang dikeluarkan ketika adanya suatu rangsangan yang baik seperti lucu, kegembiraan, kebahagiaan, dll yang menyangkut hal positif. Sedangkan Negatif, biasanya ada karena individu memiliki suatu masalah/konflik dan juga tekanan pikiran yang menjadikan emosi tersebut tidak bagus seperti, marah, cemas, jengkel, benci, dll.

· Peran Emosi terhadap Efektifitas Komunikasi Keluarga

Dalam ruang lingkup/lingkungan keluarga, sudah pasti kita berinteraksi kepada sesama anggota keluarga seperti berbicara tentang suatu hal, berdiskusi, ataupun bersenda gurau. Terlebih dalam keluarga, kita ditempatkan untuk harus saling berinteraksi terhadap sesama dan menunjang hubungan yang baik antar anggota keluarga. Peran emosi memiliki fungsi yang sangat penting ketika berinteraksi/berbicara, tidak hanya dibutuhkan di lingkup khalayak umum. Peran emosi juga dibutuhkan dalam efektifitas interaksi/komunikasi keluarga, terlebih kita harus lebih memperhatikan peran emosi kita ketika dalam keluarga. Dikarenakan kita sudah mengetahui satu sama lain dalam keluarga, jadi kita tidak boleh seenaknya mengungkapkan emosi kita tanpa melihat konteks dan situasi yang ada. Contoh, ketika anggota keluarga mencibir diri kita dengan pernyataan-pernyataan, kita harus memilih peran emosi serta perkataanyang tepat untuk membalas omongan tersebut, semakin kita beranjak dewasa semakin juga berkembang pola emosi kita, pengalaman juga bisa mengembangkan emosi kita, karena apa yang sudah terjadi membuat kita menjadi lebih baik dalam menutur emosi serta perkataan kita terhadap apa yang terjadi. Jadi kita bisa lebih bijak terhadap sesuatu hal yang terjadi dalam komunikasi keluarga, tidak cepat marah, dan menanggapi dengan positif itu sudah bagus. Dengan adanya emosi juga memberikan peluang untuk kita dalam mempererat hubungan sesame keluarga, lebih terbuka terhadap keluarga, serta bisa merasakan apa yang anggota keluarga rasakan terhadap suatu peristiwa ataupun kejadian. Peran Emosi itu memiliki fungsi paling penting dalam komunikasi keluarga, tanpa adanya emosi. Komunikasi tersebut tidak akan berjalan dengan lancar, karena dengan adanya emosi, kita bisa mengetahui apa yang dirasakan oleh pembicara kepada kita tentang apa yang dia rasakan. Seperti anggota keluarga memberitahukan kita tentang mobil yang dia dapat dengan menggunakan nada serta emosi yang positif. Itulah mengapa peran emosi sangat penting untuk menjalin hubungan serta mendapatkan efektivitas dalam komunikasi di keluarga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image