Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suliyati

Kepemimpinan Presiden dari Masa Soekarno Sampai Masa Presiden Joko Widodo

Politik | 2023-01-03 20:28:25

Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam negara karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan bergantung pada kepemimpinan tersebut. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.

Di Indonesia ada 7 presiden yang pernah memimpin Indonesia dan berikut adalah gaya kepemimpinan pemimpin Negara Indonesia dari masa ke masa. Dengan telah dipimpinnya oleh 7 presiden, sejak Presiden Ir. Soekarno, hingga Presiden yang baru terpilih dalam Pemilihan Presiden 2014, Ir. H. Joko Widodo. Setiap kepemimpinan Presiden Indonesia memiliki ciri khas dan pencapaian yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan ke-7 presiden yang menjabat, Indonesia memiliki tiga era kepemimpinan yakni era orde lama, orde baru hingga yang sekarang masih diterapkan ialah era reformasi. Setiap era kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan perbedaan masing-masing. Tahun 1945 adalah tahun paling bersejarah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

1. Dr. Ir. H. Soekarno (Bapak Proklamator, 1945-1967)

Presiden Pertama Indonesia ini dikenal sebagai orang yang berwatak eksplosif, namun bisa menularkan semangat agung kepada orang lain. Soekarno tidak hanya kharismatik dan otoriter, tetapi juga seorang sarjana dan ideolog. Soekarno melakukan pengorbanan besar untuk Indonesia, terutama di mana ia berhasil membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Dilihat dari gaya kepemimpinannya, Soekarno tidak diragukan lagi termasuk dalam kelompok pemimpin bergaya karismatik yang memiliki pesona, wibawa, dan energi yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain terhadap pengikutnya.

Soekarno sangat mahir mengubah persepsi orang lain, sehingga mereka menjadi seperti dia dan bisa membuat mereka mengikuti perintah dan keinginannya dengan suka cita. Namun dibalik kelebihan yang dimilikinya, Soekarno memiliki kelemahan. Salah satunya, Soekarno adalah sosok yang kurang ulet dalam mengambil keputusan dalam situasi kritis. Hal ini tergambar dalam kasus G30 S/PKI yang merajalela di bawah kepemimpinan Soekarno.

2. Jendral TNI H.M. Soeharto (Bapak Pembangunan, 1967-1998)

Pemerintahan Presiden Soeharto dikenal sebagai zaman orde baru. Kualitas kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto adalah keberanian, kesederhanaan dan kemampuan untuk mengambil inisiatif dan keputusan yang konsisten dalam semua keputusan yang dibuat. Gaya kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan perpaduan antara gaya kepemimpinan proaktif, ekstraktif dan antisipatif adaptif yang mampu menangkap peluang dan mengidentifikasi tantangan yang berdampak positif serta memiliki visi ke depan dan perlunya langkah penyesuaian secara sadar. Selanjutnya gaya kepemimpinan yang diusung oleh Soeharto dikenal juga dengan gaya kepemimpinan otoriter.

Keberhasilan Soeharto saat menjabat adalah berkontribusi pada pembangunan sekolah, infrastruktur, fasilitas umum dan layanan publik. Beliau juga berkontribusi dalam pengembangan transportasi umum seperti PT. KAI, PT. PAL, PT. PINDA. Di sisi lain Soeharto memiliki kelemahan yaitu ia dikritik atas sikap diktator, penangkapan aktivis hak asasi manusia, pembunuhan massal tahun 1965, operasi militer di Aceh dan keterlibatannya dalam kolusi, korupsi dan nepotisme.

3. Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie (Bapak Teknologi, 1998-1999)

Gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya kepemimpinan dedikatif-fasilitasi, yang merupakan persatuan kepemimpinan demokratis. Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, kebebasan pers terbuka lebar, mengarah pada demokratisasi lebih lanjut. Dalam gaya kepemimpinan demokratis, ia melihat perannya terutama sebagai koordinator dan integrator berbagai elemen dan komponen organisasi, sehingga bergerak secara keseluruhan. B.J. Habibie pada dasarnya adalah seorang liberal karena umur panjang dan dibesarkan di dunia Barat. Gaya komunikatifnya penuh spontanitas, eksplosif, cepat bereaksi tanpa mau memikirkan resiko. Ketika Habibie dalam situasi emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan dengan cepat. Seolah-olah dia telah kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya.

Pada masa pemerintahannya, B.J. Habibie memiliki kelebihan yaitu, Pesawat N250 Gatot Kaca yang menjadi bukti bahwa Indonesia mampu membuat produk pesawat sendiri untuk bersaing di kancah Internasional, sedang kelemahannya yaitu terlalu cepat mengambil keputusan tanpa harus mengkaji ulang kebijakan yang dikeluarkan. Keputusannya menunjukkan bahwa B.J. Habibie dianggap terlalu terburu-buru untuk membebaskan Timor Timor.

4. K.H. Abdurrahman Wahid (Bapak Pluralisme, 1999-2001)

Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah kepemimpinan yang responsif dan akomodatif yang berusaha merangkum semua berbagai kepentingan yang diharapkan menjadi kesepakatan atau keputusan yang sah. Diharapkan implementasi dan keputusan yang diputuskan dapat menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena mereka merasa terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan.

Gus Dur berperan penting dalam menanamkan pada generasi muda perlunya membela pluralisme dan toleransi terhadap perbedaan ras atau kelompok. Namun kelemahan kepemimpinan Gus Dur adalah tidak suka kompromi dan tidak tertantang pendapatnya. Hal ini menimbulkan ketegangan antara Gus Dur dengan birokrat lainnya.

5. Megawati Soekarnoputri (Ibu Wong Cilik, 2001-2004)

Megawati Soekarnoputri memiliki sikap yang tenang dan tampak kurang acuh terhadap masalah. Namun dalam kasus-kasus tertentu, Megawati sudah tegas dalam kepemimpinannya, misalnya dalam masalah BPPN, kenaikan harga BBM dan darurat militer di Aceh Nanggroe Darussalam.

Gaya kepemimpinan non-kekerasan Megawati sangat cocok untuk menghadapi situasi panas yang dihadapi bangsa. Cukup demokratis, tetapi kepribadian Megawati dengan cepat terlihat tertutup dan emosional. Dia alergi terhadap kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan dan hal-hal negatif dan hampir tidak pernah menyentuh visi dan misi pemerintahannya. Namun, selama masa jabatannya, ia memiliki kelemahan seperti perilakunya yang pasif dan tertutup. Selain itu, ia dianggap tidak kompeten sebagai pemimpin kharismatik yang sangat berbeda dengan ayahnya, yaitu Soekarno.

6. Susilo Bambang Yudhoyono (Bapak Pertahanan, 2004-2014)

Memiliki gaya kepemimpinan responsif, demokratis, dan proaktif. Tipe kepemimpinan dengan gaya keputusan ini selalu mengundang beberapa wakil bawahan, namun keputusan tetap berada di tangan mereka. Selanjutnya, para pemimpin demokratis mencoba mendengarkan pendapat yang berbeda, mengumpulkan dan menganalisis pendapat tersebut untuk membuat keputusan yang tepat.

Secara teori, tipe kepemimpinan ini dapat menerima kritik, kritik juga bertemu dengan kontra kritik. Bukan rahasia lagi bahwa kita sering melihat dan mendengar SBY membalas kritiknya. SBY meyakini kebenaran hanya bisa diperoleh dari wacana publik yang melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat. SBY telah berperan dalam pembentukan KPK dan peningkatan kualitas pendidikan melalui sertifikasi guru, peningkatan anggaran dan program LPDP. Kelemahan SBY dalam memimpin adalah lambat dalam mengambil keputusan dan seringkali mengurangi tekad untuk mengambil keputusan. Pemimpin ini terkadang tidak tegas dalam mengeksekusi keputusan karena terkadang enggan menerima begitu banyak informasi dalam proses pembuatan kebijakan.

7. Ir. H. Joko Widodo (Bapak Infrastruktur, 2014-Sekarang)

Konsep kepemimpinan Jokowi adalah servant, dimana dalam konsep kepemimpinan ini pemimpin adalah menjadi seorang pelayan, dimana yang dimaksud adalah Jokowi secara langsung terjun kedalam kehidupan masyarakat dan mengetahui bagaimana nasib dan keluhan yang mereka alami saat ini.

Dikenal juga dengan gaya kepemimpinan filantropis. Dia memainkan peran yang menentukan dalam pembangunan infrastruktur dan transparansi birokrasi. Banyak hal yang sebelumnya sulit diatur karena birokrasi yang rumit kini bisa dilakukan secara online. Pengembangan One Data (BIG), pedoman pendaftaran CPNS online, pembayaran pajak, dan manajemen keimigrasian menciptakan birokrasi yang lebih bersih. Kelemahan Jokowi dalam memerintah adalah ia mendapat banyak kritik karena terjebak dalam politik oligarki, tanggapannya terhadap masalah SARA, dan sikapnya yang cenderung lamban dan bimbang dalam menyelesaikan masalah.

Suliyati

Program Studi Administrasi Publik

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image