Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Chaerunnisa Rahmatika

Menilik Bagaimana Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Regenerasi Petani

Edukasi | Tuesday, 03 Jan 2023, 12:42 WIB
Salah satu sawah yang berada di Jatinangor. Foto: Chaerunnisa Rahmatika

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar, salah satunya di sektor pertanian. Bahkan Indonesia sendiri dijuluki sebagai negara agraris. Selain bukan karena banyaknya lahan pertanian yang ada, sebagian besar penduduk Indonesia bahkan bekerja di sektor pertanian. Disamping itu, sektor pertanian juga menjadi salah satu penopang ekonomi negara. Maka tidak heran jika melambatnya regenerasi petani di Indonesia menjadi salah satu permasalahan pertanian saat ini.

Melambatnya regenerasi petani dapat disebabkan oleh beberapa hal. Regenerasi petani dapat diartikan menjadi dua kondisi. Pertama, anak dari seorang petani. Apakah ia akan memutuskan untuk menjadi petani atau tidak. Kedua, orang-orang yang memang tidak memiliki latar belakang orang tuanya sebagai petani, namun ia memiliki keinginan yang kuat untuk berkecimpung di sektor pertanian.

Adapun beberapa hal yang dapat menjadi alasan mengapa regenerasi petani ini melambat atau tak kunjung membaik. Pertama, masalah pendidikan. Kebanyakan para petani saat ini memiliki latar belakang pendidikan yang kurang baik. Karena kurangnya pendidikan yang dimiliki, maka para orang tua yang memiliki bekerja sebagai petani seringnya mendorong anak-anak mereka untuk tidak menuturkan jejak mereka, karena anggapan pekerjaan petani ini sebatas mencangkul, menanam dan memanen. Selain itu, hasil panen yang tidak menjanjikan juga menjadi alasan mengapa para orang tua yang bekerja sebagai petani tidak ingin anak mereka memiliki pekerjaan yang serupa.

Padahal, di masa kini, inovasi-inovasi di bidang pertanian sudah mulai tersedia. Tidak hanya berkutat pada pengelolaan lahannya saja, namun sekarang sudah berkembang seperti usaha foodpreneur dan masih banyak inovasi lainnya. Bersinggungan dengan masalah pendidikan, munculnya stigma negatif menjadi alasan lain mengapa regenerasi petani ini melambat.

Dalam benak pikiran orang-orang, menjadi petani masih sebatas bekerja di sawah, mencangkul, menanam dan memanen. Alih-alih menjadi petani, anak muda saat ini lebih mengidam-idamkan untuk bekerja di sektor lain. Melansir dari artikel Riset: Mahasiswa pertanian tak ingin menjadi petani, apa sebabnya? Yang diterbitkan oleh The Conversation, sebanyak 577 mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan jika lulusan pertanian memiliki minat yang rendah untuk bekerja di sektor pertanian akibat kurangnya pengetahuan, rendahnya kepercayaan diri, stigma, hingga keadaan dukungan dari orang tua maupun pendidik.

Dalam artikel tersebut dijelaskan jika pandangan mahasiswa terhadap pekerjaan petani adalah untuk orang yang berpendidikan rendah. Sebagian responden penelitian dalam artikel tersebut adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan tinggi di universitas. Tidak heran jika mereka enggan menjalani pekerjaan tersebut akibat melekatnya stigma pendidikan rendah terhadap para petani.

Selain kedua alasan yang telah dipaparkan sebelumnya, kurang meratanya penyuluhan terkait dari pertanian itu seperti apa. Mengingat saat ini, ada banyak inovasi-inovasi di bidang pertanian yang melibatkan teknologi atau pun hal lainnya yang dapat menarik minat generasi muda. Ini dapat menjadi alasan yang bisa diterima, mengingat tidak semua orang memiliki atau mendapatkan pengalaman atau kesempatan yang sama dalam merasakan inovasi-inovasi pertanian apa saja yang hadir saat ini. Akibat dari hal tersebut, ketertarikan generasi muda akan hal tersebut sangat minim.

Meski ada banyak permasalahan dalam bidang pertanian, namun pelaku pertanian dalam hal ini petani itu sendiri, menjadi hal utama dalam menggerakan berjalannya sektor pertanian ini. Itulah mengapa, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 7 Tahun 2013, yang berisi tentang pedoman pengembangan generasi muda pertanian.

Tujuan dibuatnya peraturan tersebut ialah; meningkatkan kedudukan dan peran Generasi Muda Pertanian dalam pembangunan pertanian, mengintegrasikan dan mensinergikan program pengembangan Generasi Muda Pertanian ke dalam program pembangunan pertanian, mewujudkan Generasi Muda Pertanian mengenal dunia pertanian, mencintai dan berminat berusaha di bidang pertanian, dan mewujudkan Generasi Muda Pertanian menjadi Petani Muda Wirausaha yang kreatif, inovatif, berdaya saing, berwawasan global dan profesional.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka dibentuk beberapa program yang disesuaikan dengan tujuan yang telah ditentukan. Program-program itu terdiri dari, pengenalan pertanian, Perjusami Siaga, penggalang binaan Saka Taruna Bumi, Gerakan Pramuka Saka Taruna Bumi, peningkatan kompetensi Generasi Muda Pertanian, peningkatan akselerasi Generasi Muda Pertanian, pemberdayaan Generasi Muda Pertanian, serta integrasi dan sinergi pengembangan Generasi Muda Pertanian.

Program-program yang telah dirancang tersebut dilaksanakan melalui tiga kegiatan yang masing-masing kegiatannya sudah disesuaikan dengan program-program yang ada. Kegiatan pertama bernama Taruna Bumi. Kegiatan tersebut berfokus pada peningkatan minat dan karakter Generasi Muda Petani agar memiliki jiwa kewirausahaan, keahlian teknis agribisnis, dan manajemen kepemimpinan pertanian. Kegiatan kedua bernama Taruna Tani, berfokus pada menumbuhkan minat Generasi Muda Pertanian terhadap pertanian, peningkatan keahlian teknis pertanian dan peningkatan manajemen dan kepemimpinan. Ada dua jalur pembinaan dalam kegiatan Taruna Tani, yakni penyuluhan dan diklat pertanian.

Dan kegiatan terakhir adalah kegiatan Petani Muda Wirausaha. Dalam kegiatan tersebut akan difokuskan untuk meningkatkan kompetensi teknis pertanian, akselerasi, pemberdayaan, dan integrasi dan sinergi pengembangan Petani Muda Wirausaha. Dengan adanya program dan kegiatan seperti itu diharapkan regenerasi petani di masa yang akan datang dapat meningkat atau jauh lebih baik dari sebelumnya.

Seperti yang kita ketahui, populasi manusia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini kemudian sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan pangan. Maka dari itu sudah semestinya regenerasi petani ini dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini, pemerintah harus lebih memperhatikan program-program dan kegiatan yang dibuatnya dalam rangka mengajak generasi muda agar mau untuk bergelut di sektor pertanian. Tidak hanya dibuat, tapi program dan kegiatan tersebut harus dijalankan sebagaimana mestinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image