Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Habibatul Unayah

Mengolah Limbah Cair Kosmetik dengan Elektrokoagulasi Sistem Batch

Teknologi | 2022-12-30 09:28:51

Maraknya pemberitaan mengenai krisis lingkungan yang terjadi juga memunculkan tren baru di masyarakat. Beberapa tahun belakangan ini tren kembali ke alam (back to nature) banyak dimanfaatkan oleh para produsen dan juga brand untuk menarik perhatian masyarakat terkait isu lingkungan yang sedang terjadi, seperti: pengurangan penggunaan plastik, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor, pembangunan ruang terbuka hijau, dan lain-lain. Kesadaran masyarakat hanya berhenti pada gambaran besar permasalahan lingkungan saja sehingga banyak faktor lain yang tidak diperhatikan masyarakat yang salah satunya adalah penggunaan produk vegetarian dan kemasan daur ulang.

Membicarakan terkait tren dan minat wanita saat ini di dunia kecantikan seolah tidak ada habisnya. Bahkan seiring dengan berkembangnya berbagai merek produk kecantikan kosmetik. Pengguna kosmetik saat ini bukan hanya wanita dewasa saja melainkan berbagai kalangan sudah mulai menggunakannya dari kalangan laki-laki bahkan juga mulai menggunakannya.

Berdasarkan informasi dari Kementerian Industri pada tahun 2016 pertumbuhan pasar Industri yang dicapai dalam 5 tahun terakhir 9,67% termasuk industri kosmetik. Dilihat dari penggunaannya Kosmetik dibagi menjadi dua area yaitu Kosmetik untuk perawatan kulit (Skin Care) yang berfungsi untuk, memelihara, merawat dan mempertahankan kondisi kulit tetap sehat. Jenis Kedua yaitu kosmetik rias yang digunakan untuk mempercantik wajah. Dalam riasan kosmetik, ini zat pewarna berperan penting.

Zat warna yang terkandung dalam kosmetik dari berbagai sumber dan termasuk sebagai zat warna alam yang larut, zat warna sintetis dan pigmen-pigmen alam dan pigmen-pigmen sintetis. Zat warna sintetis dibuat dari bahan kimia seperti anilin, toluena, benzena, maupun antrasena. Sedangkan pigmen alami seperti aluminium silikat, oksida besi atau mangan oksida.

Sebuah laporan BBC yang dilansir Tirto menemukan bahwa industri kosmetik rupanya ikut menyumbang polusi, terutama mikroplastik. Padahal, hingga saat ini, banyak produk kosmetik yang dibubuhi mikroplastik, yang kemudian berakhir di sistem pembuangan limbah, lalu ke lingkungan, dan akhirnya ke rantai makanan kita.

Butiran mikroplastik ini sangat umum terdapat pada pembersih wajah untuk membantu proses pengelupasan sel kulit mati dan kotoran dari epidermis. Selain itu, butiran plastik mini ini juga dapat ditemukan pada pasta gigi, lulur, sabun, maskara, lipstik, dan alas bedak. Butiran halus plastik ini menjadi sampah karena tidak dapat terurai di tanah, selokan, sungai atau laut.

Limbah cair kosmetik bersumber dari pencucian peralatan dengan menggunakan sabun/detergen dan air. Dengan demikian limbah kosmetik dekoratif dapat mengandung lemak/minyak, mineral logam, deterjen dan zat warna. Sehingga limbah cair dimungkinkan memiliki nilai BOD COD dan TSS yang tinggi.

Dampak Bagi Lingkungan

- Kehidupan laut dan ekosistem terancam. Faktanya, banyak penelitian telah meneliti efek mikroplastik yang terakumulasi di lautan, termasuk perusakan ekosistem dan kematian hewan laut.

- Mikroplastik yang tertelan oleh biota laut ini pun beresiko masuk ke sistem pencernaan manusia bila dikonsumsi sehingga dapat membahayakan tubuh.

- Mikroplastik dapat menjadi media bagi mikroorganisme laut, bahkan virus-virus tertentu yang mempunyai dampak negatif.

- Mikroplastik juga merupakan salah satu penyumbang terbesar pemanasan global. Karena dapat menghasilkan gas rumah kaca seperti metana yang dapat menyebabkan pemanasan global.

Pengolahan Limbah Cair Secara Elektrokoagulasi

Metoda pengolahan limbah cair secara elektrokoagulasi adalah metoda pengendapan dengan koagulan yang dibangkitkan secara listrik dengan mengorbankan elektroda. Metoda ini sederhana dan mudah dapat diterapkan dengan sederhana dan mudah diterapkan dengan kemampuan yang baik dalam mengumpulkan berbagai polutan organik maupun anorganik. Teknologi elektrokoagulasi ini tidak memerlukan lahan yang banyak dan tanpa memerlukan bahan kimia. Dengan begitu teknik ini dapat menjadi alternatif pengolahan limbah kosmetik. Keberhasilan dari teknik ini ditentukan oleh kerapatan arus dan voltase yang diterapkan serta jenis limbah cair yang diolah.

Pengolahan limbah cair kosmetik dengan elektrokoagulasi dapat likasukan dengan jarak antara elektroda aluminium 5 cm. Jika semakin tinggi voltase yang diterapkan maka akan semakin baik penurunan COD dan TTS. Namun menaikkan pH hasil olahan limbah.

Teknik elektrokoagulasi ini dianggap mampu untuk mengatasi limbah cair kosmetik yang berada pada lingkungan. Sehingga dapat mengurangi pencemaran akibat dari limbah yang dihasilkan dari kosmetik tersebut.

Ditulis oleh: Habibatul Unayah Mahasiswa pendidikan biologi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image