Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aeni Nurhakimah

PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SMPS NURUL JADID

Sastra | Tuesday, 27 Dec 2022, 17:12 WIB

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran ialah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Eagleton memberi pendapat bahwa sastra merupakan karya tulisan indah yang mencatatkan sesuatu dalam bentuk bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjang pendekkan, diputar balikkan atau cara pengubahan estetis lainnya melalui bahasa. Setiap guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama pada pembelajaran sastra Indonesia. Seorang guru harus memahami terlebih dahulu strategi, metode, serta media apa yang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran sastra.

Karya sastra memberikan kenikmatan dan kesenangan, karya sastra yang baik isinya bermanfaat dan cara pengungkapan bahasanya pun indah. Karya sastra tidak hanya untuk menghibur tetapi merupakan alat penyampaian wejangan-wejangan atau nasihat pendidikan dan sebagainya. Dengan karyanya seorang pengarang bermaksud menyampaikan gagasan, pan dangan hidup, dengan cara yang menarik dan menyenangkan pembaca (Sudjiman : 57). Wellek dan Warren (2014 : 3) menyatakan bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni.

Pada SMPS Nurul Jadid Singkut terdapat dua guru mata pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satunya telah diwawancarai oleh penulis secara online via WhatsApp beliau bernama Amri Evianti yang berasal dari Jambi. Beliau mengajar di SMPS Nurul Jadid sejak tahun 2013 dengan menggunakan KTSP namun karena adanya pergantian kurikum dan sekarang menggunakan K-13. Beliau mengajar di kelas VIII dan IX SMPS keduanya sama-sama menggunakan K-13. K-13 bertujuan untuk mempersiapkan warga Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efejtif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

Kurang lebih sudah 8 tahun ibu Amri Evianti menjadi guru bahasa Indonesia di SMPS Nurul Jadid Singkut. Beliau mendapatkan pengalaman yang luar biasa, setelah bertemu dengan peserta didik yang memiliki watak dan sifat yang berbeda-beda. Pada awal-awal menjadi seorang guru bahasa Indonesia beliau mengalami kesulitan, karena beliau memang bukan lulusan dari jurusan bahasa, walaupun demikian itu tidaklah menghalangi semangat beliau untuk tetap menjadi guru bahasa Indonesia. Menurut beliau perbedaan yang sangat mencolok dari KTSP dan K-13 adalah penggunaan tata bahasanya dan untuk yang K-13 lebih tinggi dan kekinian.

Pada saat proses pembelajaran yang pertama beliau lakukan ialah memutarkan video yang bertujuan untuk menarik minat peserta didik agar tidak bosan, kemudian menjelaskan tujuan dari materi sastra tersebut. Beliau menggunakan metode PBL Problem Based Learning untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran. PBL Problem Based Learning adalah pembelajaran yang dikembangkan melalui permasalahan untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik agar dapat berfikir kritis. Pembelajaran ini sudah sering diterapkan dengan langkah menyampaikan tujuan dan mengenalkan masalah, membagi peran peserta didik dalam tugas kelompok atau individu, memfasilitasi pessrta didiknya untuk mengidentifikasi maslah dan penyusunannya.

Kesulitan yang dialami saat proses pembelajaran sastra Indonesia di SMPS Nurul Jadid adalah kurangnya wawasan peserta didik dan juga informasi. Biasanya disebabkan minimnya minat baca yang tertanam dalam diri peserta didik, atau bisa juga disebabkan karena kurangnya fasilitas yang diberikan oleh sekolah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image