Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Paxia Meiz Lorentz

Siapakah yang Akan Memimpin Indonesia di 2024 Nanti?

Politik | Monday, 26 Dec 2022, 13:13 WIB

Perubahan merupakan hal yang senantiasa hadir di dalam dinamika perkembangan zaman, di dalam setiap lini kehidupan. Salah satunya adalah dalam bidang kepemimpinan. Para pemimpim terdahulu memberikan tongkat estafet kepemimpinannya kepada generasi penerus, dengan harapan dan juga restu, agar impian mengenai masyarakat yang sejahtera dapat terealisasikan.

Di dalam media, masyarakat dapat menilai sendiri, kriteria-kriteria apa saja yang dimiliki oleh pemimpin yang ideal. Mereka adalah pemimpin yang peduli kepada masyarakatnya, terjun langsung ke lapangan, berinteraksi dan mendengarkan aspirasi dari seluruh lini masyarakat, membuat kebijakan-kebijakan yang membawa manfaat bagi masyarakat, meningkatkan taraf hidup layak, dan disukai oleh masyarakatnya. Tak jarang pula, kita melihat pada layar gawai atau televisi, masyarakat yang tampak antusias sekali dalam menyambut para pemimpin tersebut. Beberapa meminta tandatangan, berjabat tangan, atau bahkan meminta untuk foto bersama. Tak lupa pula, senyum bahagia menghiasi wajah para warga yang didatangi oleh pemimpin-pemimpin tersebut.

Selain itu, di media sosial, para pemimpin juga melakukan interaksi dengan para warganet melalui akun pribadi mereka. Bahasa yang santai namun santun, membuat para masyarakat lebih leluasa dalam berinteraksi dan atau memberikan keluh kesah mereka mengenai daerah yang mereka tinggali. Selain itu, untuk membangun kedekatan dengan warganet, para pemimpin ini juga tidak jarang pula untuk mengeluarkan candaan atau menggunakan meme di dalam postingan mereka. Kedekatan-kedekatan seperti inilah yang membangun hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan pengikutnya (follower).

Masyarakat juga dapat menilai mengenai siapa-siapa saja yang memimpin dengan tulus dan sepenuh hati, dimana kepemimpinan tersebut tidak hanya dimaknai sebagai simbol kekuasaan atau power semata, tetapi juga dimaknai sebagai suatu bentuk pengabdian kepada masyarakat akan amanah yang diberikan untuk memegang tongkat kepemimpinan.

Di dalam buku Organizational Communication Approaches and Processes yang ditulis oleh Katherine Miller, disebutkan bahwa terdapat beberapa model di dalam kepemimpinan. Pertama, adalah teori sifat (trait theories) dalam kepemimpinan. Teori ini menyatakan bahwa terdapat kualitas khusus yang dimiliki oleh pemimpin yang akan menghasilkan aktivitas kepemimpinan yang berhasil. Di dalam studi yang dilakukan oleh Northouse pada 1997, ditemukan bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin diantaranya: kecerdasan, kepercayaan diri, determinasi, integritas, dan adanya sifat ramah yang dimiliki oleh pemimpin. Oleh karenanya dalam Pemilu yang dilakukan oleh KPU, kerap diadakan tes untuk menyeleksi agar para calon pemimpin yang akan dipilih oleh masyarakat adalah mereka yang memiliki track records baik dan mampu memimpin.

Kedua, adalah style theories atau teori gaya, dimana seorang pemimpin dapat dievaluasi berdasarkan “perhatiannya dalam memberikan hasil” dan juga “perhatiannya untuk masyarakat”. Pendekatan ini merupakan suatu jalan yang mana memaknai sikap-sikap tertentu agar tercapai perlakuan-perlakuan yang diharapkan.

Ketiga, adalah contingency theory. Teori ini menekankan karakteristik dan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu.

Dan terakhir, adalah teori kepemimpinan transformasional, yang membuat perbedaan diantara pemimpin transaksional dan pemimpin transformasional. Kepemimpinan transaksional adalah hubungan dimana terdapat pertukaran diantara pemimpin dan juga pengikut (follower)nya. Dan kepemimpinan transformasional – dengan melalui proses komunikasi – membuat komunikasi diantara pemimpin dan juga pengikutnya sehingga mereka dapat mencapai potensi terbaiknya, yang mana mengubah baik sang pemimpin dan juga pengikutnya. Yang menjadi fokus dari kepemimpinan transformasional adalah konsep eksemplifikasi, yakni para pemimpin yang hendak menerapkan ide mengenai kerja keras dan perilaku etisnya dapat menerapkan kedua hal tersebut dalam perilakunya.

Dari keempat model ini, proses-proses komunikasi merupakan hal yang utama agar tercapai proses kepemimpinan yang maksimal dan didapatkan hasil yang diharapkan.

Di era reformasi hingga era yang sekarang ini, Indonesia telah banyak memiliki pemimpin-pemimpin yang disukai oleh masyarakat karena kinerja dan juga interaksinya di dalam masyarakat. Terlebih dengan adanya internet dan media sosial, para pemimpin tersebut memanfaatkan ruang siber untuk melaporkan kinerja, berinteraksi dengan masyarakat dan media untuk membangun rapport, mendengarkan masukan dari masyarakat mengenai hal-hal yang perlu dibenahi. Kedekatan yang muncul melalui ruang siber ini membawa keuntungan bagi kedua belah pihak dan menimbulkan hubungan yang ideal diantara pemimpin dan pengikutnya.

Pemilu 2024 sendiri akan dilaksanakan beberapa tahun kedepan. Tapi dengan adanya sikap yang baik, hubungan dengan para followers, track record, hasil kerja, dan hal-hal lainnya, masyarakat tentunya sudah dapat menentukan siapa-siapa saja yang akan mereka pilih untuk memimpin Indonesia pada lima tahun yang akan datang.

Diharapkan untuk kedepannya, mereka yang memimpin Indonesia dapat meneruskan dan bahkan memberikan kinerja-kinerja yang baik dan membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih sejahtera, yang mana mampu membawa segenap bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang maju dan mampu berdaya saing secara lokal maupun global.

Siapa pun yang akan memimpin Indonesia kedepannya nanti, masyarakat tentunya berharap agar mereka merupakan sosok-sosok pemimpin yang amanah, ramah, baik hati, bijaksana, tegas, transparan, yang mana kinerja dan juga kebijakannya dapat mensejahterakan dan memakmurkan bangsa Indonesia.

Kendati sekarang sudah terlihat mengenai siapa-siapa saja yang akan mengajukan dirinya untuk turut serta dalam Pemilu 2024, diharapkan pula polarisasi antarpendukung pasangan calon di masyarakat tidak terjadi. Polarisasi seperti itu hanyalah menimbulkan keributan dan juga amarah diantara para masyarakat, bahkan hingga keributan antarkeluarga. Para calon pemimpin, dengan sifat-sifat teladan dan amanahnya, diharapkan mampu menanggulangi kemungkinan adanya polarisasi antarpendukung tersebut sehingga terciptalah iklim pemilu yang kondusif dan juga khidmat. Karena siapa pun pemimpinnya nanti, rakyat-lah yang akan mendapatkan hasil dari pilihan yang telah mereka berikan.

Ditulis oleh Paxia Meiz Lorentz

Mahasiswa Program Magister Ilmu Komunikasi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image