Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shintia Rahayu Safitri

Masjid Babah Alun Bernuansa Tionghoa

Agama | 2022-12-22 15:48:51
Sumber foto diambil dari hasil pribadi saat liputan

Pria keturunan Tionghoa asal Samarinda, Mohammad Jusuf Hamka membangun masjid di bawah kolong Tol Wiyoto Wiyono dengan berarsitektur khas Tionghoa. Masjid yang bernuansa seperti kelenteng ini kerap disebut Masjid Babah Alun. Selain karena pendirinya keturunan Tionghoa, hal yang menarik dari masjid ini terletak pada posisi masjid yang menimbulkan daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Masjid Babah Alun adalah nama bangunan unik di utara Jakarta. Masjid ini tak memiliki kubah atau menara layaknya masjid pada umumnya. Bangunannya pun berbentuk persegi delapan.

Nuansa oriental akan semakin terlihat ketika memasuki masjid. Di atas pintu berbentuk bundar besar, tulisan nama masjid terukir dengan bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin.

Melansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (21/12) nama Babah Alun diambil dari sosok Jusuf Hamka. Ia adalah orang yang berandil besar atas terbangunnya masjid itu.

Jusuf Hamka adalah seorang pengusaha muslim keturunan Tionghoa. Ia membangun masjid itu pada 2017 silam. Babah artinya bapak, sedangkan Alun nama panggilan Jusuf waktu kecil. Begitu asal usul penamaan masjid.

Jika baru sekali ke daerah tersebut, orang pasti akan menebak-nebak, bangunan apa yang berada tepat di bawah kolong tol, dengan desain yang cukup unik. Namun, ketika waktu shalat tiba, kita akan tahu, bangunan itu adalah masjid.

Dilansir dari kompas.com Rabu (21/12) Masjid yang dibangun pertama kali adalah Masjid Babah alun yang letaknya di kolong Tol Layang Tanjung Priok, Jalan Warakas, Papanggo, Jakarta Utara. Satu tahun kemudian berdiri musala di kolong Tol Ir. Wiyoto, Jalan Pasir Putih, Ancol, Pademangan, Jakarta. Kemudian yang terakhir berlokasi di pinggir Tol Depok-Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan.

Satuan Pengamanan (Satpam), Andi bukan nama sebenarnya, mengatakan Masjid Babah Alun berlokasi di tiga tempat. Pertama, lokasinya di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kedua, di bawah flyover Ancol. Ketiga, di Cilandak, Jakarta Selatan, tepatnya di pinggir Tol Depok-Antasari. “Selain di sini, ada juga Masjid Babah Alun di dekat Tol Desari, dan satu lagi di Ancol, tetapi itu musala”, ucap penjaga masjid saat memberikan penjelasan, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (16/12).

“Ada juga kantornya, itu letaknya di Jalan Yos Sudarso samping Apartemen Sunter Park View”, lanjut satpam.

Sementara itu, Masjid Babah Alun ini terbuka dua puluh empat jam. Sebab, setiap hari banyak warga yang melakukan aktivitasnya di sekitar masjid. “Kalo disinikan dekat dengan lingkungan masyarakat, hampir setiap hari masyarakat banyak ke sini. Jadi ketika habis isya itu masih banyak orang,” ungkap Satpam.

Kegiatan yang dilakukan di sini tidak dibatasi untuk hal yang positif. Sebab, kondisi rumah warga yang jarang memiliki halaman rumah, sehingga masjid ini dijadikan pusat kegiatan untuk kepentingan warga.

Tidak hanya masyarakat disana, masjid sering digunakan oleh masyarakat yang bukan dari sekitar lingkungan masjid. Bagi mereka yang ingin menggunakan masjid, mereka dapat meminta izin serta mengajukan proposal kepada Kantor Perusahaan Masjid Babah Alun.

“Selagi kegiatannya umum dan bersifat positif, dipersilahkan yang penting izin dulu, ngajuin proposal ke perusahaan, dan tinggal disetujui. Kalo udah dapet izin dari perusahaan silahkan. Ga langsung maen berdiriin tenda begitu, karena ada izinnya juga”, pungkas satpam.

Lanjut, satpam mengatakan, pada komplek ini tidak hanya masjid saja, tetapi pada bagian belakang masjid terdapat Taman Kanak-kanak (TK) serta tempat pembelajaran Al-Qur’an yang fasilitasnya bisa dipergunakan oleh warga secara gratis.

“Itu TK, kalo pagi tuh kadang-kadang hari Senin sampai Jumat ada kegiatan di situ,” kata Satpam.

Selain memiliki TK, pada bagian depan masjid juga terdapat halaman yang luas yang biasanya digunakan untuk bermain. Sehingga, halaman tersebut tidak pernah sepi dengan sorak ria anak-anak.

Salah satu pengunjung yang enggan disebutkan namanya, menuturkan tertarik untuk membuat acara di belakang Masjid Babah Alun tersebut. Sebab, gaya arsitekturnya yang unik menjadi potensi tersendiri seperti tempat wisata. “Saya bukan warga sini, tetapi saya tertarik karena bangunan masjid di sini unik seperti kelenteng”, ujarnya, Minggu (16/12).

Pengunjung lain, wirda—bukan nama sebenarnya mengungkapkan, suka dengan nuansa masjid yang dibangun oleh Jusuf Hamka. Sebab, perpaduan warna yang menarik dan bentuk bangunan yang unik. Hal tersebut tidak hanya dirasakan oleh warga sekitar, namun orang yang melewati sana pertama kali bahkan mengira itu bukan masjid. "Mungkin kalo pertama kali tau ngiranya itu bangunan wisata, padahal itu adalah masjid," ucapnya saat diwawancarai di lingkungan sekitar Masjid Babah Alun yang berlokasi di kolong Tol Wiyoto Wiyono, Senin (16/12).

Dengan begitu, Masjid yang kerap disebut Masjid Babah Alun tidak hanya memiliki keunikan dalam konsep bangunan serta perpaduan warna yang unik. Namun, masjid tersebut juga memiliki manfaat untuk warga sekitar yang membutuhkan tempat untuk kegiatan mereka.

PENULIS : SHINTIA RAHAYU SAFITRI MAHASISWA SEMESTER III UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image