Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image 041_Maryana Kamilah Octarine

Benarkah Ekstrovert Lebih Baik daripada Introvert?

Pendidikan dan Literasi | Wednesday, 21 Dec 2022, 21:05 WIB

Generasi sekarang ini, erat hubungannya dengan dunia digital. Informasi-informasi dengan mudah didapatkan melalui teknologi digital, salah satu bentuknya adalah media sosial. Media sosial yang mendukung tersampainya informasi yang berisi pengetahuan mengenai berbagai hal, tentu sangat bermanfaat bagi generasi saat ini yang mulai menjajaki dan tertarik tentang kesehatan mental. Generasi sebelumnya yang mungkin belum mendapatkan informasi dan riset-riset yang lebih luas, dapat bergabung bersama generasi saat ini untuk lebih peka terhadap kesehatan mental.

Kesehatan mental memang menarik perhatian dan banyak informasi yang disebarkan oleh masyarakat akhir-akhir ini. Bahkan, banyak komunitas baru yang ikut menyuarakan kesehatan mental. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih belum tertarik dan cenderung bodoamat terkait isu-isu yang terjadi di sekitar, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan mental. Penggunaan istilah-istilah kesehatan mental sebagai bentuk ejekan juga kerap terjadi. Selain itu, istilah yang digunakan terkadang bukan makna yang dimaksud alias salah pengartian. Kesalahan informasi tersebut juga dengan mudah diterima oleh masyarakat karena kurangnya pemahaman.

Membahas kesehatan mental, dekat hubungannya dengan kepribadian. Jika membahas istilah yang kerap disalahartikan, salah satunya adalah teori kepribadian miliki Carl Gustav Jung. Ya, di dalam teorinya membahas mengenai kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Nah, ekstrovert sering kali dianggap lebih baik daripada introvert. Apakah benar ekstrovert lebih baik dari introvert? Simak penjelasannya.

Carl Gustav Jung mengungkapkan bahwa manusia hidup dengan hal-hal yang diwariskan oleh terdahulu, kemudian membentuk kepribadian tidak sadar dan terbentuk melalui proses yang panjang dari masa ke masa. Nah, kepribadian ini nantinya dapat diamati melalui reaksi yang ditimbulkan oleh individu ketika berhadapan dengan suatu hal, entah ketika memandang pengalaman yang pernah terjadi atau hal-hal baru yang belum pernah terjadi.

Ternyata ekstrovert dan introvert konsepnya tidak semudah seperti ekstrovert adalah orang yang ramai dan introvert adalah orang yang pendiam.Yang menjadi perbedaan mendasar antara ekstrovert dan introvert adalah bagaimana cara mereka mengisi ulang energy mentalnya.

Teori Hans Eysenck mengungkapkan bahwa inrovert dikatakan aktivitas otaknya lebih tinggi, sehingga tidak jarang mereka menarik diri dari stimulus eksternal dan ekstrovert memang bisa mengisi energinya ketika mereka dapat stimulus eksternal.

Menurut Carl Gustav Jung sebagai pencetus teori ini sendiri menyebutkan tidak ada orang yang 100 persen introvert ataupun orang yang 100 persen ekstrovert. Tiap orang punya kapasitas keduanya, yaitu kapasitas ekstrovert sendiri dan kapasitas introvert sendiri. Jung juga mengungkapkan bahwa orang yang sehat secara psikis atau mental itu berarti orang yang selalu berusaha menyeimbangkan keduanya, antara ekstrovert dengan introvert.

Jadi, sudah jauh lebih tercerahkan ya, bahwa tidak ada yang lebih baik antara ekstrovert dengan introvert. Bahkan, orang yang berusaha menyeimbangkan keduanya adalah orang dengan mental yang terbilang bagus. Jika kapasitas ekstrovert sangat besar dari introvert, itu tidak dibenarkan bahwa baik, begitu juga dengan introvert.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image