Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arjun Kaimudin

Lahirnya sosok Imbu

Sastra | Monday, 19 Dec 2022, 10:41 WIB

LAHIRNYA SOSOK IMBU

Di sebuah desa kumu, terdiri dari beberapa warga yang kental akan adat dan keyakinan budaya yang turun-temurun di jadikan pedoman hidup. Pedoman tersebut selalu menjadi acuan dalam bertindak dan memutuskansuatu hal. Mereka yang mengingkari pedoman tersebut maka akan di anggap bukan bagian dari mereka. Bahkan lebih lagi, secara tidak langsung bagi yang melanggar pasti akan mendapat karma yang buruk. Salah satu adat dan keyakinan mereka adalah menyuguhkan makananSangkola bagi para tamunya dan Pidawuano Kampo. Sangkola merupakan makan yang terbuat dari ubi pahit yang mereka olah menjadi bahan makanan yang sederhana dan memiliki kandungan serat yang cukup padat. Sedangkan Pidawuano Kampo bagian dari ritual terhadap roh jahat yang mengusik kehidupan kampung. Tujuan dari ritual tersebut agar kampung tidak terkena bahala dan malapetaka. Faktanya, bahwa adat dan keyakinan, menghiasi kampung yang kumu itu menjadi kampung yang gemilang. Selain itu, keindahan alamnya yang sangat asri seperti laut dan daratan pegunungannya yang berbentuk lekukan gunung merapi dapat menyilaukan mata.

Pada suatu hari, ada resepsi pernikahan antara la sila dengan wa sula yang begitu ramai. Warga setempat bersenag-senang menikamati acara tersebut bahkan burung-burung pun seakan-akan ikut meramaikan. Kicau dan riuhnya suasana meraka menciptakan kehangatan dan kedamain akan kehidupan yang abadi. Namun hal itupun hanya selayang pandang di pucuk mata. Karna keseokan harinya banyak yang kehilangan bulu hidung HAHAHA . Terwalah sang merpati dan burung nuri diujung pohon mangga yang mengintip dari kejauhan. Waktu pun berlalu begitu cepat, secepat jarum jam meninggalkan pusarannya. Seakan-akan suasana sepih menimpa kehidupan yang tak kunjung di gapai oleh jangkauan mata.

Beberapa tahun kemudian, sepasang suami istri itu masih girang hidup di kampung bernama Lapanga’. Mereka menjalani kehidupan yang baik. Dan mereka di karuniai dua orang anak yang bernama La Tanempe dan Wa Kunde’e dalam selang lima tahun setelah pernikahannya. Namun ibu dari kedua anak tersebut menginginkan anak lagi. Akan tetapi suaminya belum menginginkan. Setelah beberapa bulan ibu dari kedua anak tersebut mengandung tanpa di sadari. Dan dia segera pergi di dukun beranak untuk memastikan kandungannya “ apakah benar-benar hamil atau tidak” ternyata benar. Berlalunya waktu, kehamilannya sudah mencapai 9 bulan. Itu tandanya sosok yang dinantikan kedatangannya akan segera hadir di keluarga mereka. Namun sang suami tak menyadari kehamilan istrinya. Yang mana tak lama lagi sang buah hati itu lahir. Sang istri pun menutupinya sampai bayinya lahir. Sebenarnya, suaminya tidak menginginkan anak lagi. Akan tetapi, sang kuasa berhendak lain. karena keinginan sang istri begitu besarnya untuk memiliki anak lagi bahkan sang istri selalu berdoa di sepanjang malam, hingga ia lupa dengan ucapan sang suami, itulah yang dia lakukan sehingga kehamilannya di sembunyikan atas sang suami, Karena sang istri takut dan kuatir ada kejadian yang tak di inginkan di dalam rumah tangga. Ketika sang istri menyadari ucapan sang suami, sang istri pun kembali berpikir agar tidak memiliki anak lagi, namun keterlanjuran udah menghampiri karena kuatnya doa yang sang istri bermunajat kepada sang raja diatas raja yang menguasai alam fanah.

Buah tidur adalah mimpi; waktu yang di tunggu-tunggu telah tiba. Sosok sang buah hati pun lahir di alam jagat raya yang penuh dengan bermacam gelombang kehidupan seperti sandiwara di balik tempurung yang di balut oleh bumi. Namun sayang seribu sayang, ternyata bayi yang di lahirkan berbentuk lain, tidak seperti manusia pada umumnya. Dia berbentuk seperti gurita yang berwarna biru laut dan sekujur tubuhnya penuh dengan manik-manik yang mengkilau. Itulah yang disebut Imbu. Setelah lahir, kedua orang tuanya terlihat sok “ makhluk apaaaaan niiih” bapaknya terkejut. Dengan demikian, mereka berdua saling menatap kebingungan, sang suami pun mencurigai sang istri bahwa, “apa istrinya bersetubuh dengan jin dan kenapa selama kehamilanya sang istri tidak memberi tahu sang suami tentang kehamilanya.” Sang suami bertanya-tanya. Hal ini pun di laporkan ke kepala dusun untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian di datangkan dukun yaitu ahli makhluk tersebut dan di lakukan ritual di laut sebagai pelepasan dengan kehidupan kita. Karna dia tempatnya di laut.

Setelah sekian lama, dia pun tumbuh dewasa sperti halnya kita manusia. Dan setiap malam-malam tertentu di lakukan ritual untuk komunikasi antara orang tua dan dia di tempat dukun atau pawangnya. Biasanya mereka melakukan ritual tersebut pada malam senin, kamis, dan jumat. Pada mala-malam tersebut di yakini dia dating di kehidupan nyata masuk melalui tubuh seseorang dalam ritual.

Konon katanya dia selalu membantu manusia dalam kesusahan di lautan, seperti kecelakaan kapal, menghilangkan gelombang laut dan lainnya serta di membantu orang lain tanpa memandang bulu. Walaupun demikian dia hidup berbeda alam dengan kedua orang tuanya, namun dia selalu hadir di kehidupan mereka setiap saat walaupun tak dapat di lihat secara kasat mata. Karna dia juga ingin berbakti kepada kedua orang tuanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image