Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Zidan

Kasus HIV/AIDS Butuh Solusi Terbaik

Gaya Hidup | Friday, 16 Dec 2022, 10:34 WIB

Virus berbahaya dan mematikan HIV/ AIDS semakin menggejala di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Virus ini menyerang langsung ke sistem imun manusia yang menyebabkan daya tahan tubuh tumbang. Pemicu tertularnya virus yang belum ditemukan obatnya hingga detik ini adalah pelaku seks bebas termasuk hubungan sesama jenis.

Ngerinya penderita bisa menularkannya kepada pasangan bahkan anak-anak yang dilahirkan. Jarum suntik dan infus pun bisa menjadi perantara tertularnya virus HIV, maka tak heran jika angka penularan semakin melonjak drastis.

Data epidemiologi United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) mencatat pada 2021 jumlah orang dengan HIV sebanyak 38,4 juta jiwa.

UNAIDS Country Director Indonesia Krittayawan Boonto mengatakan situasi epidemi pada kelompok perempuan dan anak menunjukkan angka yang memprihatinkan. Di Indonesia, terdapat sekitar 543.100 orang yang hidup dengan HIV dengan estimasi 27 ribu kasus infeksi baru pada 2021.

Kasus infeksi baru ini sekitar 40 persen terjadi pada perempuan. Sementara lebih dari 51 persen terjadi pada kelompok remaja usia 15 sampai 24 tahun dan 12 persen infeksi baru pada anak. (Republika.co.id, 27/11/2022)

Sungguh malapetaka akan mengintai manusia jika aturan kehidupan ini tak berpijak pada tatanan Sang Pencipa Manusia dan Semesta. Sekulerisme liberal, yakni pemisahan agama dari kehidupan ditambah dengan gaya hidup kebebasan telah mencengkeram kehidupan umat manusia di negeri muslim besar ini. Akibatnya hawa nafsu menjadi liar sampai perilaku menjijikkan seperti hubungan sesama jenis pun dilanggar.

Sehingga penyakit mengerikan ini terus saja berkembang biak, padahal dampaknya akan meluas, tidak pada diri pelaku tapi juga orang-orang tak bersalah di sekitarnya.

Paham kebebasan yang telah menggerogori umat dan generasi menjadikan mereka tak lagi melihat halal haram ketika melakukan aktivitas. Kekayaan materi pun menjadi standar kebahagiaan hidupnya. Padahal semua itu adalah kebahagiaan semu.

Saat ini pergaulan bebas tak lagi dipandang suatu keburukan. Bahkan seks menyimpang sesama jenis pun dipaksakan ke tengah-tengah kaum muslimin agar diakui eksistensinya, dianggap sebagai manusia normal. Bahkan yang menolak dianggap tidak toleran dan berlawanan dengan konsep hak asasi manusia. Kehidupan bebas pun tidak akan jauh-jauh dari narkoba. Maka lengkaplah sudah kerusakan generasi yang semestinya menjadi tugas masyarakat dan negara untuk menjaganya.

Menaruh harapan kepada sistem kehidupan kapitalis untuk memberi solusi persoalan besar sama saja dengan pungguk merindu bulan. Sebab justru sistem buatan manusia inilah yang menjadi biangkerok berbagai persoalan yang melanda umat manusia.

Lihatlah solusi yang ditawarkan oleh kapitalisme sekulerisme, yakni penggunaan kondom, bahkan pasangan yang belum terikat pernikahan pun didukung sepenuhnya dengan berbagai tawaran menarik dan fasilitas yang memudahkan. RKUHP terbaru pun rentan dengan gaya hidup pergaulan suka-suka. Mereka tidak akan terjerat hukum selagi melakukan perzinaan tanpa paksaan.

Di Indonesia, Denpasar, Bali merupakan pintu masuk pertama terjadinya penularan HIV/AIDS. Sebab tempat ini telah dikenal oleh para turis dunia sebagai tempat menawan bagi para pemuja seks bebas tanpa takut terjerat hukum.

Upaya pemerintah untuk membendung arus penularan virus HIV/AIDS yang dikenal dengan solusi ABCD sejatinya adalah kebijakan yang ditawarkan kapitalisme. Yakni A, Abstinence (tidak seks bebas) dan B, Be faithful (setia hanya pada satu pasangan).

Namun anehnya ada pilihan C, Condom sebagai saran bagi pasangan yang belum menikah agar bisa melakukan seks bebas. Kondom pun dijual bebas, bahkan jika masuk bulan februari ditawarkan di mall dan minimarket bersama cokelat sebagai simbul kasih sayang xan sex.

Lalu ada larangan nge-Drugs (pengunaan obat terlarang) dengan jarum suntik sebagai salah satu sarana penyebaran virus HIV/AIDS. Namun pengedaran obat terlarang masih belum bisa diberantas hingga akarnya karena banyaknya para mafia di negeri ini.

Islam sebagai agama sekaligus sistem hidup memiliki solusi terbaik karena bersumber Sang Pencipta manusia. Untuk memberantasnya, pelaku zina pengidap HIV/AIDS yang sudah menikah (muhshon) dihukum rajam sehingga penularan bisa diputus serta mereka bisa terbebas dari siksaan dosa zina di akhirat.

Negara pun wajib menancapkan akidah yang kuat serta upaya edukasi tentang bahaya virus HIV/AIDS. Sehingga akan terbentuk manusia-manusia yang beriman dan bertakwa, memiliki kepribadian Islam tangguh serta tidak mudah terbawa arus kebebasan. Wallahu a'lam bishshawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image