Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Resti Amanda

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomin dalam Kebijakan Fiskal di Indonesia

Ekonomi Syariah | Monday, 12 Dec 2022, 12:13 WIB

Kebijakan fiskal merupakan penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara yang disingkat APBN untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih baik dan laju pembangunan ekonomi yang dikehendaki yang umumnya ditetapkan dalam rencana pembangunan. Kebijakan fiskal menuju pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran (belanja) dan pendapatan (pajak). Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter yang bertujuan menstabilkan perekonomian tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pajak dan pengeluaran pemerintah di Indonesia.

Adapun faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni :

(1) Konsumsi masyarakat,

(2) Investasi swasta,

(3) Pengeluaran pemerintah,

(4) Ekspor/impor. Apabila sebagian besar faktor-faktor di atas mengalami perubahan negatif, maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menjadi turun/rendah, misalnya kontribusi pengeluaran pemerintah yang sangat kecil juga akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2022 Tumbuh Impresif 5,72%

Kuatnya pertumbuhan ekonomi domestik pada Triwulan III-2022 juga ditopang oleh kinerja neraca perdagangan Indonesia yang menunjukkan surplus sebesar US$14.92 miliar, atau tumbuh sebesar 12,58% (yoy). Indonesia juga masih mendapatkan windfall profit akibat tingginya harga beberapa komoditas unggulan yang didominasi oleh batu bara 13,31%, kemudian minyak kelapa sawit 8,95%, serta besi dan baja di angka 6,38%. Hasilnya, sektor ekspor mampu tumbuh double digit sebesar 21,64% (yoy).

impor juga tumbuh tinggi sebesar 22,98% (yoy) selama Triwulan III-2022 dengan didorong oleh kenaikan impor bahan baku dan barang modal untuk mendukung aktivitas ekonomi yang menciptakan nilai tambah lebih tinggi, sehingga masing-masing mampu tumbuh 34,22% dan 44,08% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga hampir terjadi di seluruh sektor lapangan usaha selama Triwulan III-2022. Sektor Industri Pengolahan sebagai kontributor terbesar PDB tumbuh positif sebesar 4,83% (yoy). Sektor utama lainnya, seperti Sektor Pertambangan dan Pertanian mengalami pertumbuhan, masing-masing sebesar 3,22% (yoy) dan 1,65% (yoy). Di saat yang sama, Sektor Transportasi dan Pergudangan merupakan sektor dengan pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 25,81% (yoy), diikuti Akomodasi dan Makanan Minuman 17,83% (yoy) dan Administrasi Pemerintahan 12,42% (yoy).

Secara keseluruhan daerah di Indonesia juga melanjutkan pertumbuhan positif pada Triwulan III-2022. Meski masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 56,30%, kelompok provinsi di Pulau Sulawesi mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 8,24% secara (yoy) di mana industri pengolahan dan pertambangan dan penggalian menjadi sumber pertumbuhan utama.

Prospek ekonomi Indonesia diperkirakan kedepannya semakin cerah yang tercermin dari berbagai leading indicators, seperti indeks keyakinan konsumen (IKK) yang terus berada di level optimis. Sejalan dengan itu, aktivitas dunia usaha juga semakin bergeliat dan tergambar dari level Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada September 2022 yang kembali melanjutkan level ekspansif selama 14 bulan beruntun dengan berada di tingkat 51,8. Nilai PMI Indonesia juga tercatat lebih tinggi dibanding negara-negara di ASEAN lainnya seperti Thailand (51,6), Vietnam (50,6), Malaysia (48,7), dan Myanmar (45,7).

Hal-hal yang perlu kita ketahui ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai ke depannya tahun 2023 antara lain potensi kemunculan varian baru Covid-19, isu disrupsi suplai dan volatilitas harga energi yang memberi ketidakpastian pada tingkat inflasi, risiko pada stabilitas keuangan emerging markets. Dan juga, normalisasi kebijakan moneter negara maju dengan menaikkan suku bunga, tensi geopolitik yang masih tinggi, dan isu perubahan iklim juga menjadi risiko-risiko yang perlu diwaspadai ke depan.

Referensi :

https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/576/471

https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Pertumbuhan-Ekonomi-Triwulan-III-Impresif

https://ejournal.borobudur.ac.id/index.php/1/article/download/869/803

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image