Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azkia Faza Azizah

Pentingnya Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Islam Sejak Dini

Agama | Saturday, 10 Dec 2022, 11:03 WIB

Anak-anak itu seperti spons, siap menyerap apapun yang ada di sekitarnya. Mereka adalah pengingat yang baik. Mereka menyerap apa yang mereka lalui dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengetahuan, sikap bahkan tindakan. Perilaku negatif orang tua yang mungkin ditiru oleh anak dan menyebabkan anak berperilaku buruk, seperti suka berteriak atau membentak, bersikap kasar, tidak sopan, berbohong, dan melanggar peraturan. Karena itu, keluarga adalah pendidikan pertama atau madrasah pertama yang dialami oleh anak. Adanya peran atau kerjasama dari semua anggota keluarga maka keinginan harapan untuk mendapat anak baik yang saleh atau salihah yang berkarakter kemungkinan besar bisa tercapai. Peran keluarga dalam proses perkembangan kepribadian anak sangat besar, keluarga mempersiapkan perkembangan kepribadian anak sejak dini. Dengan dorongan keluarga dapat membantu anak membuat perubahan kompensasi sekarang dan di masa depan. Peran keluarga dalam pendidikan anak dari perspektif hukum Islam adalah keluarga berperan aktif dalam pendidikan agama anak-anaknya, membesarkan anak dengan berbakti kepada kedua orang tua, mendidik anak untuk meningkatkan kesadaran akan adanya pengawasan dari Allah SWT pendidikan gambaran oleh Allah SWT terhadap proses kehidupan umat manusia dan melatih anak untuk menjaga diri dan keluarganya agar terhindar dari siksaan dunia dan akhirat, mengajari anak untuk berdoa dan berbuat kebaikan serta menjauhi perbuatan dosa, serta melatih anak untuk tidak berperilaku sombong dalam proses kehidupan.

Peran orang tua dalam mengenalkan pendidikan agama pada anak ada beberapa hal, yaitu: Orang tua adalah pendidik bagi anaknya, maka orang tua harus memahami posisinya sebagai pendidik yang memiliki peran sangat penting. Orang tua sebagai motivator, orang tua berkewajiban untuk memberikan dorongan kepada anak dalam pendidikan. Orang tua sebagai fasilitator sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anaknya, karena pendidikan harus memenuhi kebutuhan anaknya. Orang tua sebagai selector, orang tua harus menanamkan rasa takut kepada Allah karena mereka wajib menjaga keselamatan keluarganya. Adapun beberapa faktor-faktor yang menghalangi orang tua untuk mengajarkan pendidikan agama kepada anaknya, yaitu: Faktor tekanan waktu bagi orang tua yang bekerja. Pengetahuan orang tua yang terbatas, mempersulit orang tua untuk menanamkan ajaran agama kepada anaknya. Faktor komunikasi dari lingkungan rumah yang membuat anak sulit diatur. Faktor lingkungan teman sebaya yang berpengaruh signifikan terhadap perkembangan akademik anak. Jika anak salah memilih teman maka anak akan ditempatkan pada posisi negatif, dan sebaliknya jika anak bermain di lingkungan yang baik maka akan menjadi satu. Yang memberi efek positif pada anak-anak.

Pendidikan karakter Islam dimulai sejak dini, yaitu usia 0-6 tahun, dimana masa ini terdapat masa emas atau golden age. Masa emas adalah masa keemasan seorang anak yang merupakan masa paling penting dalam pembentukan intelektual dan akhlak anak. Seorang ahli telah membuktikan bahwa 80% kapasitas perkembangan anak terjadi pada usia ini, dimana 50% pada empat tahun pertamanya kemampuan belajar anak terbentuk dan 30% sebelum usia 8 tahun. Masa golden age disebut juga masa yang kritis, dimana pada masa ini anak sangat peka dan sensitif terhadap rangsangan atau pengaruh dari luar dan akan mempengaruhi perkembangan di periode berikutnya dan di masa dewasa nanti. Apabila anak mendapat pengasuhan yang kurang tepat, seperti mendapat kekerasan, bentakan, tidak dihargai maka akan mengakibatkan luka psikologis pada diri anak, sehingga perkembangan kemampuan anak tidak berkembang secara maksimal. Sebaliknya, apabila pada masa golden age anak mendapat pengasuhan yang baik maka akan semakin bagus kemampuan belajar anak terbentuk.

Dalam pandangan Islam anak adalah amanah, penyejuk hati, penenang jiwa orang tua, perhiasan dunia tetapi anak juga bias menjadi ujian dan cobaan bagi orang tua karena anak bisa menjadi fitnah dan musuh bagi kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua memanfaatkan masa emas ini dengan sebaik-baiknya dengan mendidik, merawat, mengurus anaknya agar kelak anak tumbuh menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa, agar kelak anak menjadi manusia yang seutuhnya yaitu manusia yang fitrah dengan segala potensi yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Pembentukan karakter Islam sejak dini sangat ditekankan sekali, agar anak mempunyai pondasi yang kuat sehingga kelak anak tidak terbawa arus hedonisme.

Cara untuk menanamkan pondasi yang kuat pada anak usia dini ini kembali pada Al-Qur'an dan hadits, setidaknya ada 4B, yaitu :

Pertama, bekali tauhid dengan mantap.

Menanamkan keyakinan beragama pada anak membutuhkan proses yang lama, membutuhkan keikhlasan, kesabaran, ilmu dan waktu yang tidak bisa ditentukan. Caranya yaitu : Pertama, membiasakan anak mendengarkan kalimat tauhid atau mendengarkan ayat suci Al-Quran sejak dalam kandungan sampai anak dilahirkan. Kedua, biasakan anak untuk mengucapkan kalimat thoyyibah, seperti apabila anak mendapat musibah atau kesulitan ajarkan anak untuk bersabar, mengucap istighfar 'astaghfirullah hal 'adzim', dst. Ketiga, ajarkan anak untuk tidak mempersekutukan Allah (menceritakan kisah-kisah nabi dst)

Kedua, beri keteladanan

Keteladanan dalam hal beribadah. Dapat dilakukan dengan cara : 1. Ajari anak tentang salat, puasa dan ajari anak untuk bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Ajari anak tentang adab atau perilaku yang baik, bagaimana cara sopan santun terhadap orangtua, teman sebayanya, dll. 3. Ajari anak tentang adab berpakaian.

Ketiga, bersahabat dengan anak

Dapat dilakukan dengan cara : 1. Biarkanlah anak bermain, karena dengan bermain adalah dunianya anak, anak bisa berimajinasi, mengeluarkan ide-ide yang ada dalam dirinya, dan anak dapat mendapatkan pengalaman/pengetahuan baru yang bisa memuaskan hatinya. Dengan bermain perkembangan fisik, kognitif, bahasa, dan perkembangan interaksi terhadap orang lain akan berkembang dengan baik. 2. Ikut bermain dengan anak. 3. Beri pujian ketika anak melakukan perbuatan yang baik. Sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan jangan langsung dimarahi, tetapi harus diberitahu pelan-pelan atau berkala.

Keempat, beri nutrisi yang halal

Nutrisi atau makanan sebaiknya didapat dari rezeki yang halal, karena makanan yang halal bisa menajamkan pikiran dan bisa mendatangkan keberkahan dari Allah SWT, sebaliknya jika di dapat rezeki dari yang haram, maka makanan tersebut dapat menghambat untuk perkembangan anak.

Orang tua diharapkan lebih berperan aktif dalam mendorong atau mengajarkan pendidikan agama dan serius mendidik anak, baik secara formal maupun informal. Karena orang tua yang diberi peran harus mendidik anaknya agar memperoleh ilmu yang bermanfaat dan bermanfaat bagi kemajuan umat manusia. Semoga para orang tua bisa mendapatkan anak yang saleh salehah, yang bukan hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas berkarakter Islam sesuai syariat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image