Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shobihatunnisa Akmalia

Ketika 'Sampaikanlah Walaupun Satu Ayat' Disampaikan dengan Clickbait

Eduaksi | Tuesday, 29 Nov 2022, 18:53 WIB
ilustrasi video milik zavildatv (youtube.com/ZavildaTV)
ilustrasi video milik zavildatv (youtube.com/ZavildaTV)

Video dengan Judul “TANTE S3XY MIRIP CELINE EVANGELISTA INSYAF | PAKAI HIJAB CADAR BIKIN DIA NANGIS” lewat di linimasa YouTube milik Lia. Sebagai seorang muslimah, ia ingin konten-konten yang membahas ilmu-ilmu agama tetap ada dalam media sosial dan YouTube-nya. Namun, entah mengapa algoritma menuntunnya untuk melihat konten itu. Lia sempat heran ketika melihat judul yang super click-bait itu, sebab terkesan merendahkan perempuan.

Ekspektasi Lia terhadap video itu benar adanya. Judul yang mengobjektifikasi perempuan, isi video yang intoleran, dan bahkan tidak nyaman untuk ditonton bagi sesama muslimah. Zavilda TV, channel YouTube yang mengunggah video-video yang click-bait itu. Lia menge-scroll video milik Zavilda lainnya, ternyata semua video yang dia unggah memiliki template yang sama.

Ternyata, keresahan ini tidak hanya dirasakan oleh Lia, banyak netizen di luar sana juga mengecam tindakan Zavilda TV. Salah satunya adalah Kalis Mardiasih, seorang aktivis, yang dalam postingan instagramnya, @kalis.mardiasih, mengecam tindakan yang dilakukan Zavilda. Dalam caption postingannya, Kalis mengatakan, “... Vilda melakukan perbuatan tidak menyenangkan, intimidasi, mengontenkan tanpa izin publikasi! Ngaku aja kalo tujuan lo biar viral, biar komersil, ngga ada itu tujuan-tujuan dakwah!”

Memang ilmu yang diajarkan oleh Zavilda merupakan ilmu yang baik. Menyuruh wanita muslimah agar menutup auratnya sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Namun, apakah harus dengan cara-cara yang kurang etis? Haruskah dengan cara mengobjektifikasi perempuan?

Rasulullah mengajarkan agar berdakwah dengan penuh kelembutan sesuai dengan sabda Rasulullah “Hendaknya ia memberi kepada orang lain apa yang ia suka untuk diberikan padanya” (HR. Muslim). Hadis ini juga memiliki implikasi bahwa jika seseorang ingin berdakwah maka sepatutnya ia membayangkan bahwa dirinyalah yang akan menjadi objek dakwah.

Menurut Ustaz Syahirul Alim, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, dakwah harus dilakukan secara step by step. Dimulai dengan menyampaikan secara baik-baik tentang perintah kewajiban menutup aurat. Lalu, kita memang perlu mengajaknya untuk menutup aurat namun alangkah baiknya kita memberikan waktu kepada seseorang itu untuk menelaah dan merenungi perintah yang disampaikan.

“Kalaupun setelah itu dia memutuskan untuk tetap tidak memakai kita tidak perlu memaksanya. Sebab, tugas kita hanya ‘menyampaikan’ saja. Dakwah sendiri kan artinya menyampaikan.”, tutur Ustaz Syahirul.

Lia mengakui, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan memang memerlukan waktu. Ada yang cepat dan disadarkan, ada juga yang menempuh waktu yang lama dan melalui jalan yang penuh rintangan. Komunikasi antara Tuhan dan makhluknya memang memiliki banyak pendekatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak bisa ketika seseorang sudah menyampaikan suatu dakwah dapat mengharapkan perubahan yang terjadi secara langsung. Apalagi perubahan tersebut datang dari sebuah paksaan.

“Kita memang perlu mengajaknya untuk menutup aurat namun alangkah baiknya kita memberikan waktu kepada seseorang itu untuk menelaah dan merenungi perintah yang disampaikan.” ujar Ustaz Syahirul.

Menyampaikan dakwah memang penuh rintangan. Namun, itu bukan alasan untuk melakukannya dengan cara-cara yang kurang pantas. Dakwah juga harus dilakukan dengan niat yang tulus agar mendapatkan rahmat dari Allah Swt. Tidak ada yang tahu bagaimana niat di hati Zavilda, tetapi dengan ia mengemasnya begitu bombastis dan terlihat “kebelet viral” serta hal ini membuat netizen memiliki asumsi-asumsi yang buruk terhadap dirinya.

Selain tidak sesuai dengan ketentuan dakwah yang diajarkan, perbuatan yang Zavilda lakukan juga telah melanggar UU ITE No.11 Tahun 2008 dan Pasal 29 UUD 1945 karena memakai unsur pemaksaan pada perempuan untuk menggunakan hijab dengan narasi yang merendahkan, mengintimidasi korban di ruang publik, dan mempublikasikan tanpa izin dengan tujuan komersial.

Hingga kini, kasus yang ramai diperbincangkan di internet bulan Juli lalu ini masih teringat di benak Lia. Konten-konten yang diunggah dalam channel milik Zavilda TV masih terpampang di halamannya. Apa yang dapat kita lakukan? Salah satunya adalah menyampaikan. Menyampaikan terkait kekeliruan yang Zavilda lakukan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image