Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image LPM El-Hakim

Kenali, Bukan Sesali

Gaya Hidup | Friday, 25 Nov 2022, 14:09 WIB

Pada salah satu seminar pengembangan diri, seorang narasumber meminta peserta menuliskan 10 kekurangan diri sendiri di secarik kertas. Peserta kemudian diberikan waktu 2 menit, dan sebagian besar peserta menyelesaikan tugas tersebut kurang dari semenit. Setelah itu, narasumber tadi meminta peserta untuk menuliskan kelebihan yang ada pada dirinya, juga diberi waktu 2 menit. Para peserta mulai saling pandang, ragu-ragu menulis kelebihannya sendiri. Setelah lewat dua menit berlalu, ternyata masih banyak peserta yang belum selesai menuliskan 10 poin kelebihan dirinya.

Gambaran di atas ini membuktikan bahwasanya kita seringkali meremehkan diri sendiri. Terlalu sibuk memikirkan apa kata orang hingga lupa menghargai potensi diri. Karena manusia seringkali mengenali keburukan jauh lebih baik dibanding kebaikan, lebih mudah berprasangka buruk ketimbang berprasangka baik. Lebih gampang negative thinking dibanding positive thinking.

Padahal Allah SWT jelas-jelas menciptakan setiap hamba-Nya memiliki kelebihan masing-masing. Setiap orang Adalah istimewa, terlahir dengan derajat yang sama di sisi-Nya. Namun mengapa kita seringkali lupa bersyukur atas kelebihan-kelebihan yang ada pada diri kita? Alih-alih bersyukur, kita menjadi hamba yang kufur.

Mengapa mengenali kelebihan diri sendiri itu penting? Sebuah ungkapan bijak dari Imam Sahl bin Abdullah at-Tastari, yang mengatakan;

من عرف نفسه فقد عرف ربه

“Barangsiapa yang mengenali dirinya, niscaya dia akan mengenali Tuhannya"

Dalam peribahasa indonesia kita kerap kali mendengar ungkapan "tak kenal maka tak sayang", bagaimana mungkin kita berharap dicintai jika kita sendiri tidak mencintai diri kita? Bagaimana mungkin kita mengenal pencipta kita jika kita sendiri tidak mengenal diri kita? Cintai diri kita, kenali kelebihan dan kekurangannya. Agar kita dapat memperbaiki kekurangannya, mengeksplore kelebihannya, dan melejitkan potensinya. Berhenti berfikiran buruk, cobalah tetap melihat ke bawah, pada mereka yang hidupnya lebih menderita sebagai pelajaran. Namun jangan lupa untuk melihat ke atas, pada mereka yang sukses menjadikan hidupnya lebih bermanfaat bagi orang lain sebagai acuan, sehingga kita tidak berjalan di tempat. Ada kemajuan yang dicapai, ada nilai-nilai kebaikan yang diperoleh, ada derajat ketakwaan yang semakin baik.

Karenanya ubah orientasi hidup kita, bukan menjadi orang yang dianggap baik atau terlihat baik di mata orang lain, tetapi jadilah yang paling taqwa, inilah sebaik-baik hamba di Hadapan Tuhan. Dengan demikian, kita lebih mampu mengenal diri kita, mensyukurinya, mencintainya, melejitkannya, mengenal penciptanya, dan dengannya kita memberi manfaat kepada sesama. Be positive!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image