Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image vina erni pratiwi

Belajar Menjadi Manusia Melalui Filosofi Stoicism

Sastra | Tuesday, 15 Nov 2022, 14:12 WIB

Emosi yang dikeluarkan oleh manusia adalah output dari ekspektasi manusia, seringkali manusia berekspektasi terlalu berlebihan padahal hal yang diekspektasikan seringnya berbanding terbalik dengan realita, sehingga hal tersebut akan berdampak pada psikologis manusia. Filosofi stoicism membantu manusia untuk mengontrol diri manusia. Filosofi stoicism mengajak manusia untuk hidup realistis, membaca diri, antisipasi diri, dan evaluasi diri. Hidup manusia harus selalu siap dengan tantangan dan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan realita. Ajaran stoic mendidik manusia agar tau bahwa dunia tidak dapat diprediksi, dan hidup akan selalu cepat berlalu, juga mengajarkan untuk lebih menghargai waktu.

Filsafat Stoicism ada sejak abad ke-3 sebelum masehi, diccetuskan oleh para filsuf Yunani Kuno di Athena bernama Zeno. Filsafat ini dianut oleh beberapa filsuf dari Yunani mulai dari Epictetus yaitu mantan budak, Seneca yaitu politisi di era Kaisar Nero dan Marcus Ausrelius yaitu seorang kaisar. Beberapa ajaram filosofi stoicism diantaranya adalah retorika, dialektika, fisika, dan etika secara teologi dan politik.

Para filsuf Stoicism berpendapat bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan utama hidup yang harus dikejar, namun lebih fokus ke cara mengurangi emosi, stress, sedih dan perasaan-perasaan yang masih bisa dikendalikan manusia itu sendiri. Menurut konsep stoicism ada beberapa konsep kontrol diri sebagai berikut :

1. Intropeksi diri, adalah suatu konsep kemampuan melihat diri sendiri, dunia, dan manusia lain secara objektif serta mampu menerima sifat denga napa adanya.

2. Disiplin mencegah diri sendiri dikendalikan oleh keinginan Bahagia atau takut terhadap rasa sakit atau penderitaan.

3. Membuat sekat dan membentuk mindset terhadap segala sesuatu yang dapat dikendalikan (pikiran, persepsi, keyakiann, dan tindakan diri sendiri) dan tidak dapat dikendalikan

Filsafat Stiocism mengungkapkan bahwa sebuah kebijaksaan merupakan suatu kebahagiaan dan penilaian yang didasarkan pada perilaku. Stoik pada masa Seneca dan Epictetus mendoktrin ajaran Stoa sejak awal bahwa orang bijak akan kebal terhadap berbagai masalah, karena sikap kebijaksanaan sudah cukup untuk mencapai suatu kebahagiaan. Namun hal tersebut tidak lantas membuat persepsi bahwa hanya orang bijak saja yang bebas dari penderitaan sedangkan orang lain tidak.

Bagi sebagian manusia yang memiliki kebiasaan buruk menunda-nunda pekerjaan atau tugas perlu menerapkan pola berfikir dari filsafat stoicism ini, diantaranya adalah:

1. Membedakan antara hal yang dapat dirubah dan yang tidak dapat dirubah

2. Membiasakan diri untuk menjadwalkan kegiatan dengan model to do list

3. Tenang dan sabar menghadapai segala masalah

4. Tanamkan bahwa sesudah kesulitan akan muncul suatu kebahagiaan baru

5. Dan selalu ingat bahwa manusia hanya butiran debu di alam semesta

Nah, jika lima pola berfikir diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pasti ada banyak manusia yang hidup Bahagia. Didalam filososfi stoicism manusia diminta untuk bertanggung jawab atas cara pandang manusia terhadap sesuatu. Konsep tersebut menganggap bahwa salah satu penyebab dari penderitaan yang dialami adalah karena kesalahan diri sendiri, jadi diri sendirilah yang berhak menentukan penderitaan ataupun kebahagiaan yang ingin dirasakan.

Adapun cara mengimplementasikan filosofi Stoicism dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Kendalikan bagaimana cara berfikir

Epictetus mengungkapkan bahwa manusia dapat mengontrol apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Bagaimana cara berpikir tentang berbagai hal yang terjadi, jika berpikir negative maka kemungkinan besar akan dilanda rasa cemas, takut, dan sedih. Maka konsep Stoicism mengajarkan agar menjadi manusia bersifat netral, sebab apa yang terlihat mengerikan bisa jadi sepele bagi orang lain.

2. Melatih pikiran

Senece mengungkapkan bahwa dengan menuliskan hal-hal yang dirasakan saat merasa kesal dengan sesuatu yang bersifat sepele atau melakukan sesuatu menggunakan emosi.

3. Menerima kenyataan

Epictetus berkata apabila manusia berharap semesta dapat memberi apapun yg diinginkan maka yang didapat hanyalah kekecewaan, namun jika manusia menerima apapun yang diberikan semesta maka hidup akan damai.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image