Ancaman Resesi Ekonomi 2023, Musibah Bagi Rakyat Indonesia?
Eduaksi | 2022-11-15 00:04:00Simpang-siur mengenai resesi yang akan terjadi pada tahun 2023. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, bahwa saat ini dunia sedang dilanda bahaya di mana berbagai ancaman dari sisi ekonomi yang disebabkan akibat perang Rusia-Ukraina memberikan dampak buruk pada ekonomi global. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan IMF (Dana Moneter Internasional) yang memperingatkan tentang memburuknya prospek ekonomi global serta lonjakan inflasi dalam beberapa dekade dapat memperparah kondisi ekonomi dunia, yang sudah terkapar akibat perang Rusia-Ukraina dan perlambatan China.
Akibat perang tersebut, muncul perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan depresiasi mata uang di banyak negara berkembang. Selain perang Rusia-Ukraina, pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu penyebab ancaman resesi ekonomi pada tahun 2023 nanti. Akibat perlambatan ekonomi ini 3 negara ini sudah menunjukkan aktivitas ekonomi yang melambat diantaranya, Eropa yang terkena dampak yang diakibatkan harga gas alam yang tinggi, China yang terkena dampak pandemi Covid-19 dan Amerika Serikat yang terkena dampak akibat lonjakan kenaikan suku bunga.
Bos Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan pandangan mengenai kemungkinan kondisi ekonomi dunia mengalami resesi global. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, resesi global hampir dipastikan akan terjadi. Beliau mengatakan jika resesi ekonomi ini bisa terjadi pada tahun 2023 atau bisa lebih cepat dari perkiraan. OJK sendiri belum dapat memperkirakan seberapa besar kebutuhan kebijakan relaksasi kredit untuk menghadapi situasi tersebut. Namun, OJK dan lembaga keuangan akan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan sesuai sasaran yang ditetapkan pemerintah. Ancaman resesi ekonomi sendiri sudah semakin dekat dengan Indonesia, semua pihak diminta untuk memiliki kesiapan dalam menghadapi ancaman resesi ini. Karena, resesi ekonomi ini berdampak pada kegiatan ekspor, peluang lapangan pekerjaan dan pada masyarakat biasa. Terutama bagi masyarakat di Kalimantan sampai dengan Sumatera yang menggantungkan hidupnya di komoditas yang terkena langsung oleh dampak resesi ekonomi ini.
Ekspor Indonesia akan terguncang karena pasar dunia yang lesu. Ekspor sendiri berkontribusi sebesar 23% terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal l-2022. Kemerosotan ekspor akibat resesi dunia tentunya akan memangkas PDB Indonesia. Dampak yang terasa bagi eksportir, pemintaan yang sepi akan mempengaruhi pendapatan perusahaan, namun di sisi lain beban operasional tetap harus berjalan seperti listrik, sewa gedung dan karyawan. Untuk mengurangi beban, kapasitas produksi pun dikurangi mengikuti permintaan yang turun. Selain itu,karyawan pun jadi korban dengan adanya potong gaji. Bahkan lebih parah dilakukannya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Melihat fakta bahwa kelak resesi ekonomi ini tidak dapat dielakkan, tetapi baik pemerintah maupun masyarakat secara individu dapat melakukan langkah preventif maupun pencegahan terhadap dampak dari resesi ekonomi sehingga nantinya tidak terlalu merasakan kesulitan ketika resesi ekonomi mulai melanda, perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah harus melakukan kebijakan-kebijakan pro terhadap masyarakat serta mengeluarkan kebijakan yang juga transparan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.